44. SDA

26 21 8
                                    

“Mencari kebenaran itu penting”.
–Narendra Karla

Happy Reading•••••

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Happy Reading




Kedua cowok ini berdiri cepat, setelah mendapati seorang wanita bersetelan jas putih keluar dari ruang IGD tersebut.

"Dokter, gimana keadaan saudara saya? Apa dia baik-baik saja, Dokter?" cemas Vano tidak terbendung lagi- ke khawatirnya terhadap Alam.

"Tenang saja Dek, teman kamu keadaannya baik-baik saja. Hanya saja, jangan buat dia seperti itu lagi. Sepertinya, dia pernah mengalami trauma dimasa lalu. Oleh sebab itu, jangan pernah memarahi atau membentaknya. Sebab, mental saudara kamu sang tipis, dan bisa menambah lagi keterpurukannya dalam hal apapun," pesan Dokter itu, diangguki kedua cowok ini.

"Ingat pesan saya, jangan pernah membentak atau memarahi nya, karena akan berpengaruh buruk terhadap mental saudara kamu," pintanya kembali, mengingatkan kedua cowok itu.

"Baik Dok, pesan Dokter Vania akan kami ingat dengan baik." Ucap Vano

"Apa sekarang kami boleh masuk kedalam?" tanya Vano.

"Silahkan," Ujarnya mengangguk.

Bergegas tanpa menghiraukan keberadaan Semesta, Vano melenggang masuk begitu saja. Karena saking, ingin melihat kondisi saudaranya.

"Gangguan mental? Trauma?" lirih cowok itu, masih berdiri di tempatnya.

"Iya, sepertinya teman kamu itu... Punya riwayat masa lalu yang buruk. Buktinya saja, dia dibentak langsung ketakutan. Sepertinya dia butuh seseorang, buat dengerin keluh kesahnya." pikir Vania berbicara kepada Semesta.

"Kata Kak Candra, dia broken home. Karena ayahnya," balas Semesta.

"Sepertinya kamu tertarik pada gadis itu Ta. Gue, dukung lo buat pacaran sama dia." dukungan dari Vania, membuat Semesta melototkan matanya dengan cepat.

"Lo kira pacaran sama cewek gitu gampang?" tanyanya menaikkan nada suara.

"Yang ada gue stress, terkekang sama kondisinya!"

Vania hanya tersenyum mendapati jawaban dari Semesta. Ia menepuk kedua bahu lelaki itu.

"Sepertinya, kalau Tante Lusi lihat anaknya bisa berubah- itu bagus. Mama kamu pasti akan senang liatnya, lihat anaknya bisa berubah sifat dan gak kaya gini lagi." kata Vania. Semesta terdiam mencerna perkataan saudara-nya tadi.

"Jaga dia baik-baik Ta. Gue yakin, lo udah kenalin dia ke bokap lo," sambungnya sebelum melenggang pergi.

"Benar perkataan lo Ni, Mama gue pasti seneng liatnya. Gue yakin, kalau sifat gue bisa berubah menjadi baik... Pasti mama dan papa akan senang lihatnya. Terlebih, kelemahan cewek itu adalah... Ketika orang lain menceritakan keluarganya. Dan sedangkan dia, dia... Mempunyai masa lalu yang keram dan tidak akan mungkin untuk mengingatnya kembali. Jika sudah membuatnya terluka seperti ini," balas Semesta menghentikan langkah kaki Vania.

SEMESTA DAN ALAM Donde viven las historias. Descúbrelo ahora