22. Perkara Shena

40 30 2
                                    

"Bacotnya tinggi introfeksi nya rendah"
- Semesta Ryan Alveno

Happy Reading




Narendra menuruni motornya menatap lekat markas Black Wolf dihadapannya. Dengan mata intis menatap tajam serta tangan mengempal dikedua sisi, membuat Narendra langsung memasuki markas Black Wolf tanpa rasa takut. Begitu juga keadaan di markas Black Wolf— yang sepi hanya tersisa dua motor, membuat Narendra ingat jelas siapa pemilik motor itu.

"SEMESTA DIMANA LU!! KELUAR SEKARANG!! JANGAN JADI PENGECUT!" Teriak Narendra masuk begitu saja ke dalam markas.

Semesta yang berada di kamar mandi langsung keluar akan mendengar teriakan itu. Begitu juga dengan Arga—yang sedang menikmati mie pedas di dapur belakang. Langsung menghentikan aktivitasnya— mencari sumber suara itu.

"Ini ngapain masuk markas orang pakek teriak-teriak segala! Gak ada sopan santun apa banget, sih!" omel Arga dengan sebal berhenti makan mie.

"Huah... Pedes banget anjir! Padahal cuma level lima ini mie." Seru Arga langsung meneguk air dingin dihadapannya.

Arga berlari menghampiri Semesta dengan kepedasan melanda mulutnya. "Ga, itu siapa yang teriak-teriak di ruang depan? Terus manggil nama gue juga?" Tanya Semesta bingung kepada Arga.

"KELUAR SEKARANG GAK?! KALAU LU GAK MAU KELUAR— TERPAKSA GUE BAKAR MARKAS PUNYA LU!" Seru Narendra mengancam.

"Udah mending kita samperin aja," ujar Arga mengajak Semesta keluar— melihat ke ruang depan. Semesta memunculkan dirinya dihadapan Narendra. Betapa kagetnya mendapati Narendra di markas miliknya.

"APA-APAAN SIH LO! DATANG KE SINI MAIN TERIAK-TERIAK!!" Seru Semesta tidak terima Narendra teriak-teriak di markas Black Wolf.

"SEHARUSNYA GUE YANG NANYA SAMA LU! LU APAIN SHENA HAH?! SAMPAI BUAT DIA JADI PENDIAM!" Balas Narendra emosi.

"Kita gak tau apa-apa. Jadi lu gak usah main tuduh kita aja." sahut Arga bicara baik-baik.

"OMONG KOSONG LU!!" Sentak Narendra dengan geram menonjok pipi Semesta.

BUGH!!

Wajah Semesta menoleh ke kanan saat Narendra memukul pipi kirinya. Pukulan cowok itu membuat Semesta tersungkur ke lantai.

"JAWAB GUE TA!! KENAPA LU MAININ HATINYA SHENA!"

Arga tak tinggal diam, ia langsung mendorong tubuh Narendra jauh dari Semesta. Arga menyalurkan tangannya membantu Semesta berdiri. "LU NGGAK USAH MAIN PUKUL ESTA!! KALAU KITA NGGAK TAHU APA-APA!!" Balas Arga menaikkan suaranya. Ikut emosi karena lelaki itu main tangan dahulu.

"INI SEMUA SALAH LU TA! GARA-GARA LU SAMA ALAM JADIAN, SHENA JADI PENDIAM SAMA AODRA!" Tekan Narendra meluapkan emosinya.

"GUE NGGAK TAHU KENAPA SHENA BISA JADI PENDIAM DAN GUE NGGAK PERNAH MAININ PERASAANNYA! JADI, LU NGGAK USAH BAWA-BAWA GUE KE URUSAN LU!" Pekik Semesta memegang sudut mulutnya yang keluar darah akibat pukulan Narendra.

"LU JUGA SEORANG PEMBUNUH!!PEMBUNUH SAHABAT SENDIRI! SEHARUSNYA LU SEKARANG DIPENJARA— BUKAN MALAH BEBAS SENANG-SENANG KAYA GINI!" Seru Narendra menyalahkan Semesta lagi.

"UDAH!! LU BERDUA DIAM! KITA BISA SELESAIKAN MASALAH INI TANPA BERANTEM SEPERTI INI. APA KALIAN GAK MIKIR GIMANA DAVA MAU TENANG DI SANA, JIKA KALIAN TIDAK MENYELESAIKANNYA DENGAN BAIK. DAN APA KALIAN GAK KASIHAN KALAU SHENA LIHAT KALIAN BERDUA BERANTEM?! INGAT, KALIAN ITU SAHABAT DULUNYA— DARI SMP. TAPI SEKARANG, KENAPA HANCUR HANYA KARENA TAK ADA PENJELASAN JELAS DIANTARA KALIAN BERDUA KARENA KEMATIAN DAVA?" Arga menghentikan pertengkaran diantara mereka. Kedua cowok itu saling diam, menatap satu sama lain.

SEMESTA DAN ALAM Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon