Bab 24. Siapa Yang Kejam?

387 23 0
                                    

Nisa dan Rian baru kembali dari dokter kandungan. Segalah macam pemeriksaan sudah mereka ikuti dan kini hasil dari pemeriksaan itu pun sudah didengar langsung oleh mereka. Satu hal yang membuat Rian cemberut bahkan memilih mendiamin Nisa sepanjang perjalanan pulang adalah karena Nisa yang terus-terusan mengajukan agar mereka melakukan aborsi. Ia tidak menginginkan anak ini. Entalah apa alasannya? Tapi bukankah itu Kejam?

Rian tidak biasanya diam. Nisa yang selama ini menganggap Rian cerewat mendadak kembali mengingat bagaimana sosok Rian yang diam seperti pertama kali bertemu.

Nisa beberapa kali mencuri pendang. Namun tak sedikitpun dibalas lelaki itu. Sifat overprotektif Rian dimana? Kenapa mendadak hanya ada Rian yang dingin?

"Ri?"

Dan panggilan Nisa menjadi salah satu hal yang paling dibenci Rian. Bukankah sejak sebulan yang lalu Rian meminta bahkan dengan secara paksaan agar Nisa jangan memanggilnya demikian, namun tetap masih dilakukan wanita itu.

Rian melirik sekilas. Lalu kembali fokus pada jalanannya. Tidak biasanya Rian mengabaikan Nisa.

"Apa?" Ketus Rian. Semacam ada yang munusuk didalam sana ketika diabaikan seperti ini. Apa harus sesakit ini?

"A__kuu lapar" Ungkapnya ketar-ketir.

Tanpa banyak bicara Rian mengambil jalan pintas yang tentu membawa mereka pada restorant kesukaan Nisa dipenghujung jalan. Tapi tunggu dulu. Sejak kapan Rian tahu Restorant kesukaan Nisa berada digang itu?

Mobil itu melaju pelan. Dan akhirnya berhenti di depan restoran yang bertuliskan "Rumah makan favorit".

Rian duluan turun. Ia berjalan mengitari mobil lalu membuka pintu penumpang. Nisa segera turun namun tidak didapat suara sang suami. Mendadak Rian menjadi hangat. Dia begitu manis. Melihat hal itu, Nisa justru menjadi sedih ketika diabaikan disaat perlakuan manis itu bersifat nyata di depan mukanya.

Mereka masuk. Duduk berhadapan dengan tidak ada sama sekali kalimat yang di utarakan. Nisa sebetulnya mau berbicara pada Rian. Sayangnya ia takut jika mendadak Rian marah seperti pas di ruang dokter ketika Nisa berkonsultasi mengenai aborsi pada sang dokter. Bayangan Rian yang emosi dan berteriak marah masih begitu jelas dalam bayangan.

'ITU ANAKKU. KAMU MEMANG MENGANDUNGNYA. TAPI INGAT, JIKA TANPA SPERMAKU KAMU TIDAK BISA HAMIL. JADI STOP UNTUK MEMBAHAS HAL YANG AKAN KAMU SESALI NANTINYA. ANJING' Rian meraup wajah frustasi. Ia berkata kasar tepat di depan Nisa sekaligus Dokter. Setidaknya itulah yang diingat Nisa ketika kali pertama melihat Rian begitu berang. Bahkan dalam kemarahannya di selipkan kata makian padahal setahu Nisa, Rian yang notabene selalu tenang jarang bertutur kata kasar. Mungkinkan Nisa kelewatan sampai membangunkan amarah Rian sebesar itu?

"Ini daftar menunya"

Rian baru buka suara ketika pelayan itu bertanya. Dan tanpa diminta Rian memesan sesuai yang ingin di pesan Nisa. Setelah pelayan pergi keheningan kembali melanda. Rian menjadi sosok yang jauh lebih diam dari sebelumnya.

Pelayan kembali dengan semua pesanan. Dan pergi ketika semua pesanan telah tersaji. Mereka makan dalam diam. Tidak ada kebisingan pasti kecuali decapan makanan dan dentuman sendok dan piring.

Nisa setia mengekori Rian. Tapi suaminya tidak menunjukan reaksi yang menyatakan bahwa ada semacam interaksi bagi keduannya.

Tiba-tiba ponsel Nisa berdering. Ada nama "Sayang" disana. Siapa lagi kalau bukan Dimas? Itu jelas Dimas.

Nisa menatap cukup lama ponsel yang tergeletak di atas meja. Ia seperti enggan mengangkat. Bukan enggan tapi takut jika hal itu justru semakin mambuat Rian bertambah marah padanya. Nisa tidak mau itu terjadi.

Cinta Tanpa Batas [END]Where stories live. Discover now