Bab 30. Siapa Yang Akan Terluka?.

588 33 1
                                    

Aku melangkah penuh kehancuran. Sekelilingku rasanya hampa. Tidak ada tujuan pasti dikala logika ku ditutupi oleh sejuta rasa sakit. Setiap ketukan langkah berpacu seirama ingatanku tentang mimpin yang mungkin terdengar lucu jika didengar oleh lelaki itu, Rian. Ya, aku perna membayangkan mengenai rumah tangga yang indah sekalipun itu harus bersama dirinya. Lelaki yang dengan jelas menganggap aneh perasaanku padanya. Aku perna berharap dialah sosok lelaki yang mampu mewujudkan mimpi gilaku. Tapi, hari ini lelaki yang aku percayai, lelaki yang dengan sadar aku harapkan seakan menghancurkan semuanya. Bahkan didepan mataku tampak jelas kehancuran itu.

Aku ingin mengklaim bahwa apa yang tengah menimpahku hanyalah sebuah ilusi. Sebuah mimpin yang dengan senjaga hadir untuk menakutiku. Namun lagi-lagi aku mendapati bahwa ketakutanku benar-benar nyata. Aku tidak bisa menampik ketakutanku itu. Segalah rasa sakit yang kurasa memang tercipta untukku dari dia, Rian suami yang sudah berhasil mengambil hatiku.

Aku terlalu berharap lebih padanya bahwa ketika aku mengutarakan isi hatiku Rian akan dengan segenap hati menarikku kedalam pelukannya, lalu mengelus lembut setiap helaian rambutku sambil berbisik 'Aku juga merasakan hal yang sama seperti halnya yang sedang kamu rasakan' meskipun itu harus didepan Ranti dan Diamas. Karena bagaimanapun juga instingku mengatakan itu, bahwa Rian memiliki sedikit hati terhadapku. Yang pada akhrinnya aku disadarkan bahwa hal itu hanya sekedar keyakinanku, bukan katanya. Bodoh bukan? Ya, Aku memang bodoh karena mengharapkan hal itu dari lelaki yang mencintai wanita lain. Apa pengaruhku dalam hidupnya sampai Rian mau melakukan itu didepan Ranti cintanya?

Aku ingin berteriak. Memaki setiap orang yang menatapku aneh. Bila perlu memukul lelaki yang merobek luka hatiku sampai sedalam ini. Tapi apa dayaku? Aku tidak bisa. Aku terlalu lemah akibat lukaku. Bisaku adalah menyimpan segalah sakitku dalam diam lalu menyalurkan lewat kepingan demi kepingan air mata.

Terdengar teriakan Rian dari belakangku"Nisa....."

Sakit. Itulah yang aku rasakan ketika mendengar suaranya. Suara itu dengan sendirnya mampu mengerakan air mataku. Ia mengalir dengan deras tanpa diminta.

Dan aku sama sekali tidak perduli dengan teriakan Rian.

Jangan harap aku mau berhenti atau sekedar mendengarkan perkataannya. Jangan harap pula aku senang dengan segalah perkataan serta perlakuan Rian barusan. Aku hampir gila. Bahkan tanpa sadar aku menahan sebuah taxi lalu pergi begitu saja. Tanpa berpikir jika saja mobil yang aku tumpangi adalah seorang penjahat. Dan aku tidak memusingkan itu. Bahkan aku lebih tidak perduli teriakan Rian. Bilang saja aku tuli.

Sepanjang perjalanan pulang kerumah, aku menangis sejadi-jadinya. Aku berteriak. Menjerit dan memukul membabi buta tanpa arah. Aku marah pada diriku sendiri, sangat marah karena telah mengutarakan apa yang tidak pantas aku ucapkan kalau saja Rian akan melukaiku dengan perkataan tidak berperasaannya. Aku sedih. Aku luka. Aku hancur. Sampai sopir yang aku tahu telah lanjut usia hanya menatapku prihatin dengan tidak ada rangkaian kalimat untuk sekedar menghiburku. Bahkan beliau tak henti-hentinya melempar mata kearahku, berusaha memastikan kalau aku baik-baik saja. Dan jelas aku sedang tidak baik. Aku sakit. Sangat amat.

Aku memegangi dada. Perut. Sebaliknya dada dan seterusnya perut. Dua bagian tubuhku itulah yang selalu kupegang. Aku tidak bisa menangkis salah satu diantara kedua rasa sakit itu. Dan aku mulai takut dengan kondisiku yang terbilang memprihatinkan. Terutama perutku yang dengan jelas menunjukan efek sakit melebihi rasa sakit hatiku.

Aku mulai merutuki kebodohanku, seandainya tadi aku tidak mencegah Dimas yang mau membawaku kedokter mungkin sekarang aku akan tahu apa yang sebetulnya terjadi dengan perutku. Kenapa tadi aku malah menyuruh Dimas untuk mengantarku ke apartemen ketimbang dokter? Sekarang aku malah harus merasakan perutku yang bisa-bisanya sesakit ini.

Cinta Tanpa Batas.Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum