Bab 9. Racun?

494 28 0
                                    

Aku jadi kesal sendiri. Ada-ada saja dengan diriku. Dasar plin-plan. Disatu sisi aku ingin mengganggu meraka. Namun, disisi lain aku ingin menjadi gadis baik dengan tidak menjadi pengganggu. Aku dilemah. Tapi tetap, niat hati terus berteriak-teriak ingin menampar dan mencabik-cabik mereka. Anehnya saat itu pula, suara Nira kembali menggema dalam pendengaranku. Suara-suara itu seperti iblis dan malaikat. Aku jadi serba salah dan tambah tertekan. Aku tidak diberi kesenangan karena nasihat Nira.

Aku akui, aku memang terlalu naif. Seharusnya aku tidak begini. Seharusnya aku biarkan saja mereka mengekspresikan diri sesuka hati. Toh, pada dasarnya mereka memang sepasang kekasih. Sementara aku? Hanya sebatas wanita asing yang secara mendadak masuk dalam kehidupan mereka.

Sesampai dikamar aku langsung kembali menutup pintu asal, segera mendekati ranjang lalu membuang diri disana.

Sudah dua malam berturut-turut, aku mengurung diri dikamar. Untuk apa keluar kalau hasil yang aku dapati sangatlah mengecewakan.

Hatiku mendadak menjerit sakit, ada kekecewaan di dalam sana. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini. Bisa-bisanya Rian hampir mengulurkan tangan untuk menamparku demi wanita itu. Aku tahu, dimatanya aku tidak memiliki arti namun setidaknya jangan perlakukan aku seperti itu. Begini-begini aku masih istri sah-nya. Cinta memang bisa memutakan segalah hal.

Sakit hatiku bertambah satu porsi. Belum habis masalah lama kini muncul masalah baru. Ku anggap perlakuan kasar Rian adalah masalah serius yang berhasil melukaiku. Jujur aku belum perna dikasarin sebegitunya. Belum lagi tatapan memojokan itu terlalu jelas dari balik mata nya. Aku benci dia yang bisa kusebut suami.

Tanpa aku sadari air mata jatuh menuruni pipi. Aku terisak dalam diam. Kepedihan hati tidak mampu aku jabarkan melalui kata-kata selain air mata. Paling tidak inilah rasa sakit yang aku rasakan.

Dan aku langsung menyadari tentang sebuah keanehan, kejanggalan yang baru aku temukan dalam diriku. Aku bisa berbohong kalau tangisanku bagian dari kekerasan yang secara sadar Rian lakukan terhadapku. Aku tidak munafik bahwa aku terlukan karena melihat Rian bersama wanita lain. Beberapa waktu lalu mungkin aku terlalu percaya diri kalau Rian bisa aku dapatkan, bahwa dia akan menjadi miliku. Sayang itu mustahil, ada wanita lain yang sementara mengurung hatinya. Membuat Rian hanya fokus padanya, Ranti. Dan aku? sialan......

"Brengsek...Bisa-bisanya aku menangisi pria tak berhati itu. Coba aja tadi dia berani menamparku. Akan aku pastikan burungnya kucincang-cincang jadi adonan bakso." Aku tertidur dengan posisi menyamping. Tanganku memegang dada dan merasakan sakit disana. Air mata dengan brengseknya terus mengalir, membuatku semakin kesal pada Rian. Dia harus membayar lunas lukaku. Aku berani menjamin, sehabis ini akan kubuat perhitungan dengannya. Rian salah telah berlaku kasar padaku. Lihat saja pembelasanku.

Sial.....

Semestinya pagi tadi aku tidak menyimpan rasa bersalah. Buat apa aku berusaha meminta maaf kalau dianya tidak merasakan apa-apa. Aku bodoh telah menganggapnya terluka akibat permaian ranjang yang tertunda. Mestinya aku sadar diri kalau pagi tadi Rian dikuasai nafsu. Kemudian saat semuanya telah berlalu, dia tak akan memperdulikan apa-apa. Karena apa? Karena dia tidak perna mencintaiku. Memang aku yang bodoh.

Tapi baguslah. Keputusanku pagi tadi sangatlah bijak. Rian pasti sangat sengsara. Burungnya sudah siap begitu tapi tidak diberi makan. Ku doakan sekalian biar burungnya mati gara-gara hasrat yang tertunda.

Mampus dia.

Sekitar pukul 1 malam, aku mulai merasa lapar. Memejamkan mata, aku sengaja mengabaikan rasa lapar itu. Barangkali akan reda jika aku kembali tidur. Namun, ketika aku sengaja mengabaikan hal itu. Aku justru mendapati dadaku yang kian sakit. Semua ini mungkin berfaktor karena energiku yang terkuras habis akibat menangis. Ini semua gara-gara Rian. Biar aku ingatkan sekali lagi kalau aku memang tidak munafik bahwa aku tidak cemburu. Aku memang cemburu dan itu dalam takaran kecil. Rasa sakitku jauh lebih besar karena diperlakukan kasar.

Cinta Tanpa Batas [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin