GENTHA | Déjà Vu

Začať od začiatku
                                    

Di samping Gendra, Thara hanya bisa menangis seraya terus mengusap-usap kedua bahu Gendra.

Kemudian, Gendra menatap satu-persatu orang yang berada di sana. "This is a prank, right? bilang aja kalo ini bukan Papa. Padahal kemarin sore, gue ketemu sama Papa, dan dia baik-baik aja. Kenapa sekarang tiba-tiba meninggal? BILANG KALO INI CUMA PRANK!!!"

"Kak..." lirih Thara, menenangkan suaminya.

"Ikhlaskan Papamu, Nak..." ucap Caitlin, ikut menenangkan keponakannya.

Gendra tertawa renyah mendengarnya. "Ikhlasin? Gendra nggak bakal ikhlas sebelum Gendra liat langsung, apa Papa bener-bener udah meninggal atau nggak."

Setelahnya, Gendra menggali tanah merah itu menggunakan kedua tangannya sendiri. Ia akan membuktikan bahwa itu bukanlah Argas.

Thara menghentikan kedua tangan Gendra, namun segera di tepis oleh Gendra.

Semuanya panik melihat Gendra yang tengah menggali tanah itu.

"Gen, stop!!! Om Argas beneran udah meninggal! dia di bunuh!" sentak Malvyn, menghentikan aktivitas Gendra.

Gendra menatap kosong ke arah depan, bibirnya menyunggingkan senyuman miring. "Who?"

"Kita juga belum tau siapa pembunuhnya. Xevar sama yang lain lagi nyelidikin," sahut Chitto.

Caitlin ikut berjongkok di samping Gendra. "Nak, Papa sama Mama kamu sudah tenang di atas sana. Kamu coba ikhlaskan, ya? Tante tau perasaan kamu, sayang. Tapi, Tante nggak mau kamu sedih terus. Masih ada Tante sama Om Jayland, so you are not alone," ucap Caitlin dengan tulus.

"Yes, that's right. After this, never feel lonely, because we will always be there for you. Not only us, but also your wife," timpal Jayland.

Gendra menoleh pada Thara yang juga tengah menangis di dalam pelukan Caitlin. Lalu, Gendra berdiri, melangkahkan kakinya pergi dari sana tanpa berpamitan pada siapapun.

Thara yang menyadari kepergian Gendra, lantas ikut menyusulnya di belakang setelah ia berpamitan pada semua orang.

Gendra masuk ke dalam mobil lebih dulu. Ia memukul setir mobil dengan kuat. "ARGHHHHHH!!" teriak Gendra, frustasi.

"Kak Gendra..." lirih Thara setelah ikut masuk ke dalam mobil, ia menatap sendu ke arah Gendra.

"Why? WHY DOES ALL THIS HAVE TO HAPPEN TO ME?!! FUCK!!" lagi-lagi Gendra memukul setir mobilnya. Bahkan, ia hampir menonjok kaca pintu mobil, jika saja Thara tidak segera menahannya.

Thara lalu membawa Gendra ke dalam dekapannya, menenggelamkan kepala suaminya di ceruk lehernya. Tangannya mengusap pelan kepala Gendra dengan penuh sayang.

Hati Gendra merasa sedikit tenang berada dalam pelukan Thara, ia sangat nyaman. Rasanya, Gendra enggan untuk melepaskan pelukannya.

"Thar, kalo gue minta lo buat jangan ninggalin gue juga, boleh nggak? maksud gue, gue pengen lo batalin perceraian kita, gue pengen kita sama-sama terus untuk selamanya. Boleh, Thar?" tanya Gendra, ia menguraikan pelukannya untuk melihat wajah Thara.

Thara menatap lekat mata Gendra. "Apa dengan aku batalin perceraian kita, apa aku bakal hidup bahagia sama kakak? maksud aku, will you love me later? aku cuma pengen hidup di dalem pernikahan yang di sertai oleh cinta."

Perkataan Thara membuat Gendra bungkam. Bukannya ia tidak mau menjawab, namu ia masih belum menemukan jawaban yang pasti dan masih tidak yakin dengan perasaannya sendiri.

"Thar," Gendra memandangi wajah Thara. "I don't know what to answer. Gue—"

Cup!

Thara membungkam mulut Gendra dengan mulutnya. Ia hanya melumat bibir Gendra sebentar, kemudian kembali menatap Gendra. "It's okay, aku nggak maksa kakak buat jawab."

GENTHA [END]Where stories live. Discover now