GENTHA | Kita cerai

31.2K 1.8K 446
                                    

Karena paksaan Thara yang terus-menerus memaksa Gendra untuk di bawa ke rumah sakit—meskipun Gendra sudah menolaknya berkali-kali, pada akhirnya Gendra terpaksa di bawa ke rumah sakit.

Kini, Gendra tengah terbaring di atas hospital bed dengan kakinya yang sudah di perban oleh dokter.

"Gendra, lo gapapa 'kan?" pekik seorang gadis yang baru saja memasuki ruang IGD dengan raut wajah yang tampak sangat khawatir.

Gendra menggeleng pelan. "Gue gapapa, cuma kena tembak doang."

Nathalie menghembuskan nafasnya kasar. "Kena tembak doang lo bilang? just so you know, you make me worry!!"

Di dalam ruang IGD itu bukan hanya ada Gendra dan Nathalie, tetapi juga ada Thara dan anggota inti The Tiger yang sedang duduk di sofa—menyimak pembicaraan keduanya.

Gendra terkekeh pelan melihat kekhawatiran sahabatnya itu.

"Kak, aku pamit pulang," ujar Thara, menghentikan obrolan keduanya.

"Ya udah, lo pulang aja. Lo 'kan, lagi hamil, biar gue yang jagain Gendra," timpal Nathalie.

Thara tersenyum tipis ke arah Nathalie.

"Lo pulang sama si—"

"Sama kak Malvyn," potong Thara, lalu mengajak Malvyn untuk mengantarkan dirinya tanpa memedulikan Gendra lagi setelah berpamitan dengan yang lain juga.

Tanpa sadar, kedua tangan Gendra terkepal kuat seraya menatap kepergian Thara dan Malvyn yang sudah tak terlihat lagi di ambang pintu IGD.

Thara dan Malvyn tiba di area parkiran. Malvyn mengambil helm dan memakaikannya ke kepala Thara.

"Kak Malvyn, anterin aku ke rumah Papa, ya?"

Dahi Malvyn mengernyit bingung. "Ngapain ke rumah Om Argas?"

"Aku mau minta tolong ke Papa buat urus surat perceraian aku sama kak Gendra," jawab Thara, tanpa menatap wajah Malvyn yang semakin kebingungan.

"Are you serious about divorcing Gendra?"

Thara mengangguk ragu. "Aku serius."

Malvyn menghembuskan nafasnya pelan, tangannya bergerak untuk membuka helm yang sudah Thara pakai dan membawa Thara ke taman rumah sakit agar lebih nyaman untuk mengobrol.

"Pikirin dulu baik-baik, jangan main asal cerai aja," ucap Malvyn setelah mereka tiba di taman. "Gue tau lo sayang sama Gendra, lo cinta sama Gendra. Sebenernya, lo nggak mau 'kan, cerai sama Gendra? dan emang Gendra udah setuju sama keputusan lo? kalo dia nggak setuju, lo jangan mengambil keputusan sepihak," jelas Malvyn.

"Tapi aku capek, kak. Aku udah nggak sanggup bertahan sama kak Gendra," keluh Thara, menampilkan ekspresi wajah sendunya.

"Gue tau lo capek. Tapi gue yakin, Gendra pasti bakal berubah, cuma belum waktunya aja," tangan Malvyn terulur untuk mengusap lembut puncak kepala Thara. "Pernikahan itu cuma ada sekali seumur hidup. Pikirin juga tentang anak lo. Kalo lo cerai sama Gendra, kasian setelah anak lo lahir nggak ada yang bisa dia panggil Papa."

"Aku bisa ngurus anak aku sendiri," lirih Thara.

"Sekarang lo bisa ngomong kayak gitu, tapi setelah anak lo lahir, lo pasti bakal ngerasa bersalah dan sedih ngeliat anak lo yang terus-terusan nanyain di mana Papanya."

"Nanti aku bakal bilang sama kak Gendra," ucap Thara, berusaha menahan tangisannya.

Malvyn menarik Thara ke dalam pelukannya. "Gue mau lo kasih dia satu kesempatan lagi. Kalo misalkan dia nyakitin lo, bilang aja sama gue. Dan kalo misalkan Gendra nggak berubah, gue nggak bakal ngelarang lo buat cerai sama Gendra. Gue bakal biarin kalian cerai."

GENTHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang