🔹45. Jangan Percaya

Mulai dari awal
                                    

"Di rumah Naira! Gue penasaran sama rumah Naira!" kompak Keyla dan Sasya.

"Jangan di ruma—"

"Di rumah gue aja gimana?" tawar Anthala membuat Naira tersentak.

"Kak Antha..."

"Tenang saja," ucap Anthala pelan.

"Mendingan di rumah Nalan. Rumah Nalan luas dan lagi pula Nalan punya banyak makanan, bagaimana?"

"Iya benar di rumah Nalan aja," ucap Naira cepat. Jika ke rumahnya ketiga sahabatnya akan langsung mengetahui identitasnya karena saat masuk ke rumahnya mereka akan disuguhka foto besar dirinya dengan suaminya.

"Oke fiks di rumah Nalan sama Gama aja. Gue sama Keysa naik motor, kalau Sasya sama Naira naik apa?" tanya Keyla.

"Aku naik taksi aja."

"Semuanya naik taksi aja," putus Anthala karena dia tidak mau istrinya sendirian naik taksi.

"Taksi mana muat, pake bus aja," ujar Raja dibalas persetujuan dari mereka.

*******

"Subhanallah, ternyata rumah kalian berdua mewah juga!" seru Sasya berdecak kagum pada rumah megah bergaya eropa di depannya.

"Rumah Nalan kecil, beda jauh dari rumah papahara dan Marvin."

"Ayo masuk," ajak Gama membuka pintu rumahnya lebar-lebar.

Satu kata, sepi. Rumah ini sepertinya tidak ada penghuni selain Gama dan Nalan.

"Di mana kedua orang tua kalian dan pembantu kalian?"

"Oh ini kedua orang tua Nalan," tunjuk Nalan pada Gama membuat mereka melongo.

"Jangan bercanda, gue mau salim ke orang tua lo tahu!" Raja menampol kening Nalan dengan gemas. Bukannya kesal Nalan malah tertawa.

Teman-teman Gama dan Nalan kecuali Marvin memang baru pertama kalinya ke rumah ini.

"Nalan gak bohong, papah dan mamah Nalan memang Gama. Iya, kan Gama?"

Gama tersenyum lalu mengangguk. "Sebaiknya kamu ganti baju sana. Jangan lupa masukin baju yang kotor ke mesin cuci."

"Baik Gama!" teriak Nalan sambil memberikan hormat lalu pergi menaiki anak tangga.

"Orang tua gue meninggal dunia saat gue dan Nalan berusia 5 tahun," ucap Gama akhirnya menceritakan kisah hidupnya bersama Nalan.

Mereka semua duduk di ruang tamu tanpa Nalan.

Pasti banyak yang heran hidup seseorang yang terlihat bahagia di mata kita sendiri pasti hidupnya tidak ada beban. Itu salah, nyatanya kehidupan Nalan dan Gama jauh dari kata bahagia.

Diusia lima tahun Nalan dan Gama sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, mereka hidup dengan kakek yang satu-satunya keluarga mereka dan saat usia mereka sepuluh tahun mereka harus kembali ditinggalkan oleh kakek. Nalan dan Gama hidup berdua, mereka menjalankan hidup tanpa ada orang dewasa di sisinya.

Bagi Gama manusia itu munafik, banyak saudaranya yang terus ingin dekat dengannya karena harta warisan yang kakeknya titipkan ada padanya dan juga Nalan. Nalan dan Gama hidup berkecukupan dari warisan kedua orang tua dan juga kakeknya selama ini.

ANTHALA || SUDAH TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang