[SUDAH TERBIT]
Segera baca part masih lengkap
⚠"𝚂𝚎𝚞𝚓𝚞𝚗𝚐 𝚔𝚞𝚔𝚞 𝚕𝚘 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚗𝚒 𝚜𝚎𝚗𝚝𝚞𝚑 𝚒𝚜𝚝𝚛𝚒 𝚐𝚞𝚎 𝚕𝚘 𝚑𝚊𝚋𝚒𝚜 𝚍𝚒 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚐𝚞𝚎 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚒𝚝𝚞 𝚓𝚞𝚐𝚊."
-𝗔𝗡𝗧𝗛𝗔𝗟𝗔-♕︎
________
Apa jadinya jika ketua geng moto...
Jangan lupa berikan vote dan komen sebagai support untuk penulis:)
"Aku mulai ragu apakah impianku untuk pergi ke lima negara akan terwujud atau tidak."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
_______
Naira pergi ke rumahnya menggunakan taksi, dan saat sampai di rumah ia sudah buru-buru masuk ke kamar mencari apa yang sebenarnya suaminya sembunyikan darinya.
"Sebenarnya apa yang kamu sembunyikan dariku kak?" gumamnya sambil mengigit bibirnya dalam-dalam.
Tangannya terus mencari apapun yang dilihat mencurigakan. Dari mulai kasur, dalam lemari dan terakhir di nakas, namun yang ia cari tidak kunjung ia dapatkan.
Naira benar-benar tidak tahu apa yang suaminya sembunyikan padanya, tapi yang pasti suaminya mempunyai penyakit yang sampai saat ini belum ia ketahui.
"Sepertinya kak Antha tidak menyembunyikan apapun di kamar ini, pasti dia menyembunyikan sesuatu di kamar sebelah."
Saat Naira akan pergi, pandangannya jatuh pada meja belajar milik suaminya dan juga miliknya. Ia belum memeriksa tempat itu. Dengan cepat Naira menggeledah meja belajar miliknya dan ternyata tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Dan saat ia menggeledah meja belajar milik suaminya ia menemukan secarih kertas putih yang membuat tangannya bergetar.
Ia tidak mampu untuk membukanya, namun ia harus membukanya. Dengan perasaan takut dan tubuh bergetar Naira membuka serta membaca satu persatu kalimat demi kalimat di atas kertas itu.
Dan perlahan kakinya seketika melemas, ia jatuh ke lantai yang dingin tanpa ada tenaga untuk berdiri. Wajah dibalik cadar putihnya pun memucat dan saat itu juga ia menangis, menangis pilu mengetahui suaminya ternyata menderita penyakit kankter otak selama ini.
"Bodoh kamu Naira! Suamimu memiliki penyakit mematikan pun kamu tidak tahu!" rutuknya pada dirinya sendiri.
Naira belum bisa menerima kenyataan pahit ini, dia menyesal karena mengetahui penyakit suaminya. Jika seperti ini ia lebih baik tidak tahu apapun. Rasanya begitu sakit ... sangat sakit, sampai-sampai untuk bernapaspun begitu menyesakan.
