"Lo liat ga!" tanya Joly tapi dengan nada ngegas.

"Oh handphone dengan case monokurobo dan ada stiker love itu punya Lo? gue tadi nemu disana, gue simpen karena takut ada yang ambil. Jadi gue nunggu disini siapa tahu ada pemiliknya Dateng, taunya bener." Pria itu merogoh tasnya untuk mengembalikan Ponsel Sephia.

"Oh gitu, makasih ya. " Sephia menerima ponsel yang pria itu berikan.

"Sama-sama."

Namun setelah Sephia dan Joly berniat mengakhiri pertemuan itu, terasa sesuatu menahan tas gendong Sephia karena terasa berat.

"Tunggu."

Laki-laki gondrong itu ternyata yang menarik tas Sephia, sehingga gadis itu menoleh untuk memastikan.

"Kayaknya rugi deh kalo kita gak kenalan," ucap Pria itu dengan senyumnya yang membuat ia semakin tampan.

"Hah?" Sephia mencerna kalimat itu.

"Heh dia anak baru nih, jangan digodain lah." Joly tampak kesal dan juga kaget.

"Oh anak baru itu Lo," tunjuknya.

"I...iya."

"Gue Musa, Musa Mahesa." Anak laki-laki bernama Musa itu segera memberikan tangannya tanda perkenalan.

Sephia masih melihat tangan yang menggantung itu, kemudian melihat ke sisi Joly tanda keraguan.

"Kenalan doang."

Akhirnya Sephia menjabat tangan itu setelah melihat Joly mengangguk pertanda aman, "Gesma Sephia, Lo boleh panggil gue Sephia."

"Sephia? atau Sepi ya?" Reaksi tak terduga dari Musa benar-benar sangat menyebalkan.

"Disatuin, bukan dipisah." Sephia membalas dengan sedikit kesal.

"Oke oke gue cuma bercanda."

"Udah kan kenalannya? keburu ujan nih, kita mau pulang," sewot Joly.

"Hati-hati," bisik Musa tepat di telinga sebelah kanan Sephia membuat ia merinding.

Akibatnya membuat ia menerima pukulan khas Joly yang lumayan keras, "jangan digodain, tar dia gak betah sekolah disini."

"Sakit!" rintih Musa sambil mengusap tangan bagian atasnya bekas pukulan Joly.

"Tapi makasih ya, udah nemuin handphone gue."

Pria itu hanya mengangguk dengan manis, Sephia ingat sekali hari itu ia benar-benar terkesima dengan pria cantik Bernama Musa. Apalagi jika ia berada di jarak terdekat, terlihat sekali bagaimana tuhan menciptakannya secara sempurna.

****

Satu Minggu kemudian..

"Pia, ke kantin Yuu." Joly merayu dengan nada suara yang dibuat-buat.

Ia sudah berulang kali mengajak Sephia untuk makan di kantin, tapi gadis itu masih saja sibuk dengan buku dongeng bergambar yang sering ia baca.

"Yaudah Ayo," ucap Sephia mengaku kalah karena merasa kasihan melihat sahabat sebangkunya kelaparan.

Setelah memesan makanan, mereka berdua duduk di sebuah bangku bekas gerombolan pria yang baru saja selesai untuk makan, namun salah satu dari mereka terlihat kembali dan seperti berniat menggoda Sephia.

"Hay, boleh kenalan?" Tanyanya dengan senyuman yang tak terlalu menarik.

"Sana deh mending pergi, ganggu tau gak! kita mau makan," usir Joly dengan suara cemprengnya.

Kemudian teman pria itu ikut juga menghampiri sambil menepuk pundaknya, "jangan digangguin, incerannya Musa."

"Hah? jadi ini Sephia?" tunjuk anak laki-laki bertubuh gempal itu.

"Iya, gue Sephia."

"Yaudah deh ga jadi kenalannya, udah ada yang booking." Kedua pria tadi melangkah menjauh tanpa ada penjelasan lebih lanjut.

"Maksud mereka apa? gue incerannya siapa?" Sephia mengulang pembicaraan.

"Musa, Lo incerannya Musa, Pia," jawab Joly.

"Musa siapa?"

"Musa Mahesa, Lo lupa? kelas Theater," ucap Joly dengan mata membulat.

"Oh, yang gue bilang cantik?"

Joly hanya berdehem membenarkan.

"Ia, tuh anak kok gak keliatan lagi semenjak seminggu lalu?" tanya Sephia sambil mengaduk mie ayam yang baru saja tiba.

"Dia di skors satu Minggu, karena ketahuan berantem di luar sekolah Sambil bawa-bawa almamater." Joly mode ghibah.

"Ih berarti dia nakal?" Sephia bergidik.

"Gak nakal sih, mungkin lebih tepatnya apes kali ya. Dia tuh gak pernah berantem sebelumnya, sekalinya berantem, ketahuan. Bahkan dia sebenarnya adalah kebanggaan sekolah karena sering menjuarai olimpiade matematika dari kelas sepuluh."

"Oh ya?"

"Iya, dia tuh terkenal murid yang tergila-gila sama matematika. Karena kalo udah lagi ngerjain soal, gak bisa diganggu. Selain itu, dia juga jadi makin hits karena kegantengannya sama semenjak jadi ketua taekwondo." Joly masih menjelaskan.

"Tapi katanya pas kemarin dia ketahuan berantem, dia berantemnya kayak orang kesurupan. Dan ada juga yang bilang dia dijebak," tambahnya dengan suara sedikit dipelankan kali ini.

"Dijebak kenapa?"

Joly mengangkat kedua bahu tanda ketidaktahuan.

"Udah ganteng, pinter, jago bela diri. Pasti ceweknya banyak," gumam Sephia meringkas.

"No no, Sephia. Meskipun para cewek banyak ngejar dia, seperti yang gue bilang, karena dia kegilaan sama matematika dan sibuk di taekwondo. Dia gak pernah keliatan pacaran, apalagi ngajak kenalan. Cuma sama Lo doang dia ngajak kenalan, mangkanya waktu itu gue kaget."

Sephia menyeruput minuman rasa jeruknya dengan santai, "iseng doang kali dia."

"Lo gak denger kata cowok gendut tadi? dia bilang Lo inceran Musa. Kayaknya Musa serius sama Lo," ucap Joly berpendapat.

"Joly, gue baru ketemu dia sekali itu pun seminggu lalu dan gak ngobrol. Mana mungkin orang tiba-tiba suka di pertemuan pertama," sanggah Sephia sambil mengelap mulutnya yang baru selesai makan.

"Kita liat aja nanti," ucap Joly seperti nada menantang.

Selain itu, penjelasan Joly mengenai Musa adalah tentang kelemahannya. Meskipun dilihat dari sisi luarnya ia begitu sempurna, tapi kesempurnaannya cukup sampai disitu. Nyatanya, ia lemah dari segala bidang pelajaran kecuali olahraga dan matematika. Nilai fisika, kimia dan bahasanya benar-benar rendah tak tertolong. Satu-satunya nilai yang membawa dia untuk naik kelas adalah matematika dan olahraga, selain itu ia termasuk kategori pria yang pendiam dan tak banyak teman. Namun, semenjak ia menjadi ketua taekwondo dan diskors gara-gara berantem, para siswa pria di sekolah itu jadi sedikit segan terhadapnya.

Terimakasih sudah membaca Jktc, dukung aku dengan voted juga komen nya ya guys.

Ig: acha.nuralbi

Musa Mahesa, pria yang dibilang cantik oleh Sephia pada pandangan pertama🤭

Musa Mahesa, pria yang dibilang cantik oleh Sephia pada pandangan pertama🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang