28

1.7K 90 0
                                    

Roy menatap Bintang dari kaki hingga ujung rambut. Entah kenapa rasanya dia sangat berbeda dari biasanya.

Bintang tampak kelelahan, dan pakaiannya begitu lusuh. Bahkan kantong matanya tampak begitu jelas.

Roy berdiri di depan gerbang rumahnya dengan wajah yang tampak tidak biasa. Lebih tepatnya dia tertegun ketika melihat kondisi Bintang.

"Ada apa?" Tanyanya dengan malas.

"Ah" Roy tersenyum ramah. "Bang, tadi ada orang yang nitipin sesuatu".

Bintang mengangkat salah satu alisnya. "Siapa?".

Roy tak menjawab, dia merogoh sakunya lalu menyodorkan kunci dan kertas kecil yang ada di sana.

Mata Bintang membulat, sekarang yang Roy berikan kepadanya adalah kunci serep gerbang yang dia berikan kepada Rasta.

"Lo dapet ini dari mana?" Tanya Bintang dengan wajah serius.

"Ada orang yang nitipin ini ke gue" balas Roy.

"Siapa?" Bintang meminta penjelasan, namun Roy hanya menggelengkan kepalanya.

"Gue gak kenal, dia om om. Pas gue mau tanya dia siapa eh udah ngilang duluan".

Wajah Bintang langsung tampak panik, dia membuka kertas yang Roy bawa lalu membacanya.

"Jembatan tempat gue, lo, dan Bima ketemu".

Bintang dengan cepat bergegas mengambil motornya, lalu pergi ke jembatan yang tertera di kertas itu.

Roy tersenyum miring. "Lo harus cepat sebelum semuanya terlambat ".

*****

Di atas pagar jembatan, sudah ada Amanda yang duduk santai sambil meminum susu hangat yang sudah dia beli tadi.

Dia menatap pemandangan sekitar dan juga air yang nampak deras di bawahnya.

"Ini kan yang lo mau". Amanda menoleh , menatap Rasta yang kini duduk di sampingnya dengan dress warna putih melekat di tubuhnya.

Rasta tidak menjawab, dia hanya menatap Amanda dengan senyum simpul terukir di wajahnya.

"Anjing gue ngomong sendiri" Amanda terkekeh.

"Yah lo ngerepotin gue banget. Sumpah, lain kali kalau lo mau minta tolong lagi gue gak mau bantu, pokoknya gak mau bantu" oceh Amanda dengan rasa kesal menumpuk di hatinya.  "Gue juga udah gak mau idup lagi, kalau mati ya mati gak usah disasarin ke tubuh orang, apalagi kalau orangnya kayak elo".

Amanda terdiam sejenak. "Yah, tapi setidaknya sekarang karena gue lo jadi ada yang suka kan, dan saat tubuh ini bener-bener jadi kaku, ada orang yang menangis di atasnya. Lo harusnya berterima kasih banget sama gue".

Amanda mengeluarkan struk makanan ketika Bintang mengajaknya kencan pertama kali. Dia menatap kertas itu lalu meletakkannya dengan kaleng susu sebagai pemberat di atasnya. Amanda juga melepaskan jaketnya, jaket yang pertama kali dia beli ketika uang sakunya naik.

"Haaaaaahhhh.... gue bakal pergi jauh banget, dan semuanya akan selesai. Lagian gak akan ada good ending buat orang kayak gue. Jadi gak papa, gue terima".

Beberapa saat kemudian, Bintang datang. Dia sama sekali tidak melihat seorangpun di jembatan itu hanya kaleng susu dan juga jaket hitam yang tergantung di sana.

"Rasta" panggil Bintang.

"Rasta lo di mana?" Dia menatap sekitar, namun hasilnya nihil.

Bintang mengambil jaket yang ada di sana dan juga struk yang ada di bawah kaleng.

"Ini punya Rasta kan".

Dengan wajah gelisah dia berlarian kesana-kemari, berusaha menemukan sosok yang dia cari. Dan mulutnya tak berhenti menyerukan namanya.

Satu jam berlalu, Bintang tak kunjung menemukannya. Dia memutuskan untuk bersandar di pagar sambil melihat struk kecil di tangannya. "Haha, dia segitunya sampai nyimpen kertas ini segala".

Reflek dia membalik kertas itu dan menemukan tulisan tangan,  tentu saja Bintang langsung tau jika Rastalah yang menulisnya.

"live for yourself, and good bye.
Gue pulang Bintang".

Seketika mata Bintang berkaca-kaca. Dia berdiri lalu menatap air sungai yang kini tampak sangat deras.

"Argh sial" ucapnya dengan suara bergetar.

Bintang memeluk jaket Rasta dengan erat, perlahan air matanya jatuh dan membasahi pipinya.

"Prak!!"

Suara ponsel jatuh dari jaket Rasta.

Bintang mengambil ponsel itu lalu mengaktifkannya, dan tangisannya menjadi-jadi ketika melihat foto Rasta yang sedang berdiri tegak di pagar pembatas jembatan dengan senyum lebar terukir di wajahnya. Senyuman yang bahkan baru Bintang lihat selama dia bersama dengan Rasta.

Senyuman tampa beban yang nampak hangat dan menyenangkan.

*****

Dengan cepat polisi melakukan pencarian di sungai itu. Dan tiga hari kemudian mayat Rasta ditemukan sejauh dua kilometer dari titik awal.

Bintang terdiam menatap tubuh Rasta yang kini sudah terbujur kaku. Matanya sembab dan wajahnya tampak pucat.

Karena Rasta tidak mempunyai keluarga, Bintang memutuskan mengantarkannya hingga ke pemakaman bersama dengan Kasa, Rico, Roy serta Nia yang masih menangis.

Roy hanya bisa menghela nafas panjang, tidak di sangka semuanya akan berakhir di sini. Bahkan Angga hanya mengunci dirinya di kamar ketika mendengar kabar Rasta sudah di temukan.

"Gue harap tu anak gak bikin masalah di rumah".

Kasa menepuk pundak Bintang. "Bintang. Masih ada gue dan semua anak-anak. Jika lo capek, lo bisa pergi ke kita. Lo gak sendirian"

Rico tersenyum simpul. " Gue yakin Rasta juga gak mau ngeliat lo sedih kayak gitu. Ditinggal orang tercinta emang sakit, tapi bukan berarti semuanya jadi hancur".

Kasa pergi menghampiri Nia yang tak kunjung berhenti menangis, dia berusaha menenangkannya bahkan sampai memeluknya dengan lembut. "Nangis aja, keluarin semua yang ada di hati lo".

Mendengarkan ucapan itu tangisan Nia makin menjadi-jadi.

Bintang memeluk foto Rasta dengan sangat erat sambil menahan air matanya. "Ini salah gue karena gak bisa bantu lo. Bahkan gue gak tau apapun soal elo" ucap Bintang dengan suara rendah.

"Gue minta maaf, karena gue gak nemu solusi buat masalah lo,  dan sekarang semuanya jadi begini. Gue bener-bener minta maaf Rasta, tolong maafin gue".

*****

Bau bau mau end....

Selamat membaca untuk kalian

Sorry jika ada kalimat yang agak ruwet.

Gue juga baru belajar soalnya.
Boleh kasih kritik dan saran, lumayan uga kalau mimin dapet ilmu.

Jangan lupa vote dan comments ☺️

CRAZY GIRL (transmigrasi) ENDWhere stories live. Discover now