11

2.6K 162 2
                                    

Amanda meremas pundaknya yang masih terasa panas. Akibat kejadian kemarin seluruh tubuhnya penuh dengan luka lebam. Bahkan wajahnya juga terkena imbasnya. Jadi hari ini dengan terpaksa dia pergi ke sekolah menggunakan jaket dan juga masker.

Pagi ini dia lebih memilih untuk diantarkan sopir pribadi Andi, karena tubuhnya sudah tidak kuat mengayuh sepeda. "Tch... Sial, tubuh gue sakit semua. Liat aja, suatu hari nanti gue becek-becek tu om om tua" dumelnya kesal.

Sopir yang ada di dalam mobil itu hanya diam dan sesekali melirik Amanda dari spion mobil. Dan saat Amanda menyadarinya, dia balik menatap dengan tatapan tajam. Akhirnya sopir itu hanya bisa tersentak lalu kembali menatap jalanan.

"Mata lo kenapa sih. Mau, gue cungkil sekalian"  ucapnya kesal. Namun si sopir tidak memberikan respon sama sekali.

Mobil menepi tepat didepan gerbang sekolah. Amanda dengan perlahan turun dari mobil dengan kaki setengah pincang. Anak OSIS yang berjaga di gerbang hanya menatapnya sekilas lalu kembali sibuk dengan urusan mereka.

Amanda mengangkat salah satu alisnya. "Berarti bukan pertama kali ini Rasta datang ke sekolah dengan keadaan kayak gini" dia menghela nafas panjang. "Pantesan dia bunuh diri".

Sebelum sampai ke dalam kelas dia sudah dihadang oleh Bella dan Rani. "Heh cupu. Lo ikut sama kita".

Amanda memutar matanya malas. Sekarang moodnya benar-benar tidak bagus dan mereka membuatnya makin buruk. Karena kesal dia mendorong Bella hingga terjatuh agar menyingkir dari jalannya.

Namun Rani tak membiarkannya dengan mudah.  Dia mencengkram tas Amanda lalu menarik maskernya hingga talinya terputus. Dia seketika tertegun ketika melihat ujung bibir Amanda yang sedikit robek dengan luka keunguan di pipi kirinya.

"Berani-beraninya elo" Amanda menarik rambut Rani lalu menamparnya. "Heh sialan. Kalau lo gak mau mati di sini. Sebaiknya lo pergi sekarang" ucap Amanda dengan suara yang tertahan.

Tubuh Rani langsung gemetaran. Dia menepuk tangan Amanda agar melepaskan rambutnya. "I-iya.... G-gue pergi sekarang".

Setelah mereka pergi Amanda langsung masuk ke dalam kelas lalu duduk di kursinya. Dia mengambil ponselnya dan melihat pantulan dirinya di sana.  Amanda menghela nafas panjang. "Ini. Butuh waktu satu minggu biar lukanya hilang".

Dua orang anggota OSIS masuk ke dalam kelas. Semua anak yang awalnya sibuk bermain langsung diam di tempat lalu menatap mereka dengan wajah serius.

"Pagi semua. Kalian pasti tau apa maksud kami datang ke kelas ini" ucap salah satu anggota OSIS dan yang satunya lagi menempelkan kertas di papan tulis.

"Pengambilan rapot akan dilakukan tiga hari lagi. Dan pastinya dengan dampingan wali murid. Untuk peringkat umum akan diumumkan pada hari itu juga" lanjutnya.

Kedua orang itu tersenyum penuh arti. "Ingat. Tinggal kelas sama saja di keluarkan dari sekolah" setelah mengatakan itu mereka pergi begitu saja.

Amanda memiringkan bibinya. "Waw mereka menganggap semua ini seperti sebua game".

Dia mengalihkan pandangannya ke orang-orang yang sekarang menatapnya dengan tatapan remeh.

"Yah kita tau siapa yang akan keluar".

"Anjiir tu bocah semester kemarin peringkat sepuluh kebawah kan"

"Malu-maluin nama kelas aja"

*****

Amanda menatap jendela dan sesekali melirik Angga yang duduk di depannya sambil senyum-senyum gak jelas. "Lo kenapa di sini?" Tanya Amanda mulai risih.

CRAZY GIRL (transmigrasi) ENDWhere stories live. Discover now