25

1.4K 77 0
                                    

Sudah lewat beberapa hari setelah Bintang sembuh, kini waktu berputar seperti biasanya lagi. Amanda menatap hujan dari balik jendela sambil mendengarkan gunjingan anak-anak tentang Tasya.

Entah apa yang sudah dilakukan oleh Rani, tapi sepertinya itu sukses membuat Tasya berubah mulai dari mental dan fisiknya.

Kini dia menjadi kurus, kantung matanya nampak hitam dan tatapannya begitu kosong. Seperti sudah tidak ada harapan lagi di sana. Ditambah orang-orang yang makin memperburuk suasana.

"Cuma gara-gara cowok" gumam Amanda heran. Semua yang terjadi saat ini sudah di luar ekspetasinya.

Dia kira semuanya akan berakhir dengan persahabatan yang retak, namun ternyata kepercayaan dua keluarga hancur.

"Gila nakutin banget" Amanda tersenyum miring. "Yah jadi gue tinggal nonton aja kan, gak perlu ngotorin tangan buat cewek kayak dia".

Amanda mengamati sarang burung yang ada di pohon tak jauh dari kelasnya. "Semuanya tetap berjalan sama seperti biasa..." Suara Amanda terhenti ketika melihat benda besar jatuh di depannya.

"Tasya" Amanda berdiri lalu membuka jendela. Matanya seketika membulat ketika melihat tubuh Tasya yang sudah terkapar bersimbah darah.

"Kyaaaaaak!!!!"

"Anjirr apaan tuh!!!"

Amanda menghela nafas berat ketika menyadari jika mereka sempat bertatapan saat itu.

"Kenapa harus gue yang lo liat terakhir kali" gumam Amanda kesal.

*****

"Bro, bro, bro. Ada yang jatuh dari atap sekolah"

Roy menoleh ke sumber kegaduhan. Dia mengangkat salah satu alisnya lalu beranjak pergi.

"Lo mau ke mana?" Tanya salah satu anak yang ada di tempat itu.

Roy tersenyum simpul. "Gue pengen liat" balasnya tampa menoleh ke lawan bicaranya. Dia berjalan santai ditengah-tengah orang yang berlarian karena penasaran.

Langkah Roy terhenti ketika melihat Rasta yang duduk di gazebo dengan sepotong roti di tangannya.

"Lo di sini?".

Rasta menoleh ke sumber suara. "Ah. Lo ternyata".

"Yah" Roy duduk di samping Rasta. "Gak pengen liat?"

"Gue dah liat" balasnya dingin.

Roy menatap Rasta sambil tersenyum ramah. "Lo kan yang mulai".

Rasta mengangkat salah satu alisnya. "Kalau bener emang kenapa".

"Gak. Gak ada gunanya kalau gue ikut campur. Tapi yang ganggu lo bukan cuma Tasya kan".

"Haha" Rasta tertawa kecil. Dia menatap Roy sambil tersenyum miring. "Jangan harap lo bisa  memprovokasi gue. Gue gak sebego Tasya".

"Haaa jadi lo udah tau".

"Tch.. lo kan yang nyuruh Tasya bunuh diri".

Roy bertepuk tangan karena senang. "Anjir baru kali ini gue ketemu orang yang menarik kayak lo. Tapi kenapa lo bisa berubah kayak dirasuki orang lain".

"Kalo bener gimana?".

Roy terdiam sejenak. " Kalau bener berarti lo sebuah karma kan. Entah karma Tasya atau diri lo sendiri yang dapat karma".

"Lo percaya sama yang gue omongin?".

"Hemmm, entah kayaknya lebih sulit buat gak percaya".

Rasta berdiri lalu berjalan pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Roy tidak keberatan dengan itu, dia juga harus pergi untuk melihat-lihat sebentar. Sebelum polisi datang dan membersihkan semuanya.

*****

Amanda tersenyum ketika melihat Fajar duduk di atas motor tak jauh dari gerbang sekolahnya.

Dia menghampiri Fajar. "Lo temennya Bintang kan?".

"Gak usah basa-basi. Sekarang ikut gue, ada yang mau gue omongin".

Mereka berdua pergi menuju cafe yang tak jauh dari sekolah dan memesan minuman.

"Lo mau bicara apa?" Tanya Amanda penasaran.

"Jauhi Bintang".

"Owh" Amanda mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oke".

Fajar tersentak, dia tidak mengira jika akan semudah itu. "Haha, lo selama ini emang manfaatin dia kan, lo gak bener-bener suka sama dia. Pasti karena Bintang kaya".

Amanda terkekeh. "Bener gue manfaatin dia, tapi salah kalau soal dia kaya. Gue gak perduli dia mau kayak gimana".

"Terus lo manfaatin dia buat apa".

"Nah, itu bukan urusan lo sih".

"Ok gue gak perduli, yang penting lo jauhi Bintang".

"Ya tapi kasih gue waktu".

Fajar mengerutkan keningnya. "Lo mau apa?. Kenapa gak sekarang, apa lo mau nyuci otaknya biar dia lebih gak bisa lepas dari lo".

"Haaaah" Amanda menghela nafas panjang. "Lo bisa gak sih berfikiran positif soal gue. Lagian gue cuma butuh waktu beberapa Minggu doang, setelah itu gue jamin dia gak bakal ketemu sama gue lagi".

"Emang apa jaminannya?" Tanya Fajar tak percaya.

"Gak ada, soalnya gue gak punya apa-apa sih".

Tiba-tiba beberapa mobil polisi dan ambulans lewat menuju kearah sekolah.

"Astaga, mereka baru dateng".

"Btw kenapa hari ini lo pulang satu jam lebih awal, dan kenapa ada polisi lewat".

Amanda memiringkan kepalanya. "Owh bener lo belum tau ya. Tasya jatuh dari atap sekolah" ucapnya sambil menyeruput minuman yang sudah ia pesan.

"Apa!" Seru Fajar terkejut. "Terus sekarang dia gimana".

"Ya tentu aja dia mati. Siapa juga orang yang selamat kalau udah jatuh dari ketinggian itu, yah kecuali dia jelmaan Saitama".

Fajar menghela nafas berat. "Sial, kenapa dia bisa jatuh".

"Yah, akhir-akhir ini dia dibully sih sama semua orang.  Gak heran kalau bunuh diri, emang agak ngerepotin kalau bunuh diri di sekolah tapi karena itu juga gue bisa pulang lebih awal".

"Lo sikopat apa gimana, bisa-bisanya ngomong gitu ketika ada temen satu sekolah bunuh diri".

Amanda tersenyum miring. "Lo tau pepatah gak, siapa yang menanam dia yang menuai" dia beranjak dari tempat duduknya. "Ok gue pergi dulu ya. Terus ini semua lo kan yang bayar, see you".

*****

Ok , sekian untuk hari ini. Sorry banget telat seminggu up nya. Yah soalnya sibuk banget 😌.

Jangan lupa vote dan comment. Terus kasih masukan buat author biar bisa buat cerita yang lebih baik lagi. Thank you, Selamat membaca...

CRAZY GIRL (transmigrasi) ENDWhere stories live. Discover now