Hutan Pinus

1.9K 150 31
                                    

JANGAN LUPA VOTE+KOMEN YA!
-
-
-

JANGAN LUPA VOTE+KOMEN YA!---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading gaes
-
-

"Akting lo cukup."

"Gak salah gue pilih orang." Elfino mengeluarkan selembar kertas putih, lalu memberikannya pada sosok itu. "Ini bayaran buat lo."

"Makasih. Gue pamit," ucapnya lalu segera bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

Elfino adalah laki-laki gila, ia membayar seseorang untuk menyamar menjadi Kavandra, luka dan darah itu benar. Sosok itu rela menyiksa dirinya demi bayaran Elfino yang fantastis.

Jaman sekarang, selagi itu menghasilkan uang, siapa yang akan menolaknya.

Setelah orang itu pergi, Elfino menelpon seseorang. "Lakukan sekarang. Minimal dia terluka," titahnya. Tanpa menunggu jawaban si penerima, Elfino langsung memutuskan panggilannya.

"Sekarang tinggal menunggu si putri," gumamnya seraya tersenyum tipis.

Disisi lain, Ranna benar-benar bergegas tanpa memastikan kebenarannya. Ia pergi meninggalkan rumah tanpa pengaman, bahkan tanpa mengatakan apapun. Kala itu rumah sedang sepi, hanya ada pak satpam yang menjaga di pos.

Beliau juga sempat meneriaki Ranna, karena gadis itu pergi begitu saja ditengah hujan deras. Ranna menulikan telinganya, dibenaknya kala ini hanyalah Kavandra.

Tak perduli bahwa bahaya lain tengah menghadang.

Hujan semakin lebat, di tambah angin bertiup cukup kencang. Namun, tak mengurungkan niat gadis itu untuk berhenti.

Ia terus berlari di tepi jalan, air matanya kini sudah bergabung dengan air hujan. Khawatir, itu yang ia rasakan.

Lama gadis itu berlari menuju tempat yang telah di kirimkan oleh nomor asing itu. Alamat itu menunjukan ke sebuah tempat yang terkenal sepi, meskipun tempatnya bagus.

Sekitar 20 menit, Ranna sampai di tempat itu. Ia menatap sekeliling yang terlihat sangat sepi. Hanya ada gemercik air yang terdengar karena hujan.

"Kavandra!" pekik gadis itu dengan dada yang terasa sesak.

"Siapapun?! Gue udah dateng, tolong jangan sakiti Kavandra." Suara Ranna terdengar bergetar. Dadanya terasa sesak, matanya pedih.

Gadis itu mengedarkan pandangannya, menatap sekeliling tempat itu. Tempat yang mana terlihat ilalang tumbuh nyariss selututnya.

RANNA • END • TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang