Perjodohan

3.8K 281 37
                                    

Hay! Jangan lupa komen+vote ya.

Happy Reading gaes gaes!

***

Seperti hari-hari biasanya, cowok berahang tajam itu harus menghabiskan waktunya dengan tumpukan berkas-berkas yang harus ditanda tangani dan di chek.

Bersama cowok yang terus saja murka dengannya.

Elfino Alzatara. Laki-laki berwajah tegas, rahang tajam, suka terpancing oleh permainan gila.

Laki-laki satu ini sangat sering menguras emosi sahabatnya. Yang hampir 4 bulan berada di Indonesia. Jex, cowok berdarah Australia yang sering emosian oleh tingkah sahabat bejatnya.

Cowok itu berada di Indonesia semata-mata membantu saja, dan ya sekalian mencari info soal gadis yang telah dihancurkan masa depannya oleh Elfino.

Keduanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kali ini Jex tidak sibuk dengan bekas-bekas perusahaan milik El, dia sibuk mengurus kepindahan temanya yang bekerja di Australia dan hendak pindah ke Indonesia karena sesuatu.

Tangan El yang sedari tadi sibuk dengan pena dan berkas kini terhenti karena terlintas sesuatu. Netranya kini menatap Jex, cowok yang tengah sibuk dengan labtop hitam miliknya.

"Napa lo liat-liat?" tanya Jex yang ternyata terusik oleh tatapan El.

"Harus banget gue tanggung jawab?" pertanyaan sukses membuat rahang Jex mengeras. Tangannya yang sibuk mengetik kini menjadi keras mengepal.

"Begok. Apa harus orang lain yang tangguh jawab?!" teriak Jex emosi.

Jika Jex punya penyakit jantung, mungkin cowok itu sudah berada di rumah sakit karena ulah sahabat sintingnya. Untungnya tuhan memberikan tubuh yang sehat dan bugar.

"Tapi ... gak mungkin banget dia hamil Jex, kalo pun dia selamat pasti pihak rumah sakit bakalan koret dia gak sih? Yang otomatis cebong-cebong gue kebersih," ucapnya sambil menyandarkan kepalanya pada kepala kursi.

Jex menutup labtopnya, menyingkirkan benda ringkih itu menjauh. Agar tidak terkena imbas emosinya yang sudah berada di kulit ari-ari kepala.

"Seenggak maunya lo tanggung jawab, El?" Jex tersenyum getir. Tangannya terkepal siap untuk terbang ke wajah yang masih terlihat memar.

"Bukan itu, Jex. Gue mau-mau aja. Tapi kita gak tau dia di mana sekarang, kita gak tau keluarganya. Harus banget gue buat berita acara? Kalo gue nyari cewek yang udah gue perkosa? Iya?"

"Harus! kalo lo punya nyali si," cibir Jex. Kata-kata itu sukses membuat El membisu, wajahnya menjadi sedikit muram.

"Kenapa diem? Takut ngelakuinnya? Kemarin-kemarin kenapa gak takut? Ngerasa jantan banget lo? Sekarang tunjukin kejantanan lo!" tegas Jex.

El bangkit dari tempat duduknya. Cowok itu membalikkan badan menatap keluar jendela besar yang ada dibelakang kursinya. Jendela yang menunjukkan gedung-gedung tinggi perkotaan.

"Kalo perjodohan ini gak ada. Mungkin udah gue lakuin Jex," ucapnya dengan nada lesuh.

Jex membulatkan matanya. Perjodohan? Maksudnya? Cowok sinting itu dijodohkan?

"Perjodohan?"

"Bokap gue jodohin gue sama anak temannya. Semenjak lo ngomong soal hamil-hamil itu, otak ama hati gue bekerja Jex. Ada niatan buat cari dia, dan mau tanggung jawab. Tapi semalam habis itu, bokap gue ngadain kumpul keluarga-" El menjeda kalimatnya. Ia berbalik menatap Jex yang begitu serius mendengarkan perkataannya.

RANNA • END • TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang