Sebelum kejadian

11.2K 499 10
                                    

Siapa yang mengira, sebuah senyum yang sering terukir pada gadis cantik itu pupus dalam sesaat. Tubuh yang begitu aktif, tawa yang terus tergambar, hangus dalam semalam.

Tubuh yang menjadi ringkih, hancur berkeping-keping. Jiwanya hancur, sehancur-hancurnya.

Maniknya menatap langit-langit gedung tua yang penuh dengan sarang laba-laba. Tubuhnya kaku tak mampu lagi bergerak.

Cairan bening keluar dari ujung netranya. Giginya bergetar, menahan sakit.

Cairan kental berbau anyir memenuhi ruangan itu. Tidak, tidak lagi berbau anyir. Sudah hampir memburuk. Darah yang berceceran di sana sudah berbau busuk. Namun, cairan itu masih terus keluar dari bagian-bagian tubuhnya.

Gadis itu benar-benar mengenaskan. Wajah cantik itu kini penuh luka dan memar. Ia hanya tergeletak kaku, pakaian yang sudah compang-camping. Bagian-bagian sensitif yang terlihat.

Tidak ada siapapun di sana. Hanya dia, dan luka. Entah siapa yang tega melakukan hal bejat itu pada gadis tak berdosa itu.

_________________________

Seorang gadis berjalan menuju gedung perpustakaan dengan beberapa belas buku di tangannya.

Ia tersenyum ramah pada setiap orang, sudah sangat di kenal gadis cantik, ramah, pintar, penuh dengan keceriaan itu. Ia adalah Ranna Adeleorna. Gadis yang berusia belum genap 18 tahun.

"Ran!" teriak seseorang membuatnya menoleh.

Orang tersebut adalah Kavandra Juan Abiyanata.  Laki-laki yang bucin setengah mampus pada Ranna.

"Kenapa?" tanya gadis itu sembari mengernyit kan dahi.

Ia tersenyum cute. "Hari ini mau pulang bareng apa gue deluan?" tanya pada gadis itu.

Mereka berdua memang begitu dekat, sudah hampir 3 tahun kedekatan mereka. Laki-laki tampan, berwajah baby face, pintar, salah satu cowok populer di sekolah SMA NEGERI CEMPAKA.

"Kayaknya gue pulang telat deh. Hari ini ada rapat, gue ada tugas kelompok yang harus gue selesai sampai malem di sekolah."  Gadis itu menjelaskan. Kavandra menganggukkan kepalanya paham.

"Ya udah, kalo gitu gue deluan nanti." Ranna tersenyum tipis. Kavandra kemudian mengambil alih buku-buku yang ada di tangan Ranna.

"Gue aja yang bawak. Lu bisa balik ke kelas," ucap kemudian berlari menaiki anak tangga menuju perpustakaan.

Ranna tersenyum dan bergumam, "udah cocok jadi pacar saya." Disusul kekehan singkat gadis itu.

***

"Van, pulang sendiri??" tanya Seno pada Kavandra yang tengah memasang helm.

Kavandra menganggukkan kepalanya. "Iye, pacar gue masih banyak tugas."

"Pacar lo? Gak salah? Lo kan ditolak muluk ama dia," sahutnya dengan senyum mengejek.

Wajah Kavandra berubah masam. "Anggep aja pacar gue lahh, Sen." Kesalnya.

Seno tersenyum. "Nih, yak. Mau lu bilang apa juga, mau gue bilang iya juga. Semesta juga tau lu cuman friendzone hahaha." Tawa Seno dengan sangat kencang. Bahkan, semua orang yang berada di parkiran pun dengan susah payah menahan tawa.

"Mulut lu mau gue jadiin sumpelan kenalpot?" kesalnya sembari melempar tatapan tajam.

Plak

Sebuah tepukan pelan, dari belakang. Tanpa permisi langsung naik di atas motor hitam milik Kavandra.

"Udah, bang. Kagak usah lu ladenin Bang Seno. Dia emang radek sedeng," ucapnya.

"Dia ngatain gue." Kavandra mengerucutkan bibir.

"Dia gak ngatain elu, Bang Van. Dia cuman nyadarin elu aja. Udah, ah. Ayok, anter gue pulang. Gue kagak bawak motor, kagak di jemput, gue pulang dengan status jomblo." Cowok itu berceloteh.

Kavandra memutar mata malas. Kemudian. Kemudian mulai menjalankan motornya pergi dari parkiran.

"Deluan, bang."

"Iya, Ko. Ati-ati."

***

okeh, sampai sini aja dulu wkwkwk. Jan lupa baca jqn lupa vote, jan jadi setan ya:)

 Jan lupa baca jqn lupa vote, jan jadi setan ya:)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
RANNA • END • TELAH TERBITWhere stories live. Discover now