Dia datang

4.3K 353 12
                                    

Hai! Sebelum baca, yuk di vote dulu! Jangan lupa komennya.

Happy Reading gaes!

18+

***

Perlahan-lahan gadis itu bangkit, ia terus berjalan dengan merambat. Ranna, nyaris tidak pernah berjalan. Jika dia turun dari ranjang pun, dia akan menggunakan kursi roda.

Bukan karena apa, tapi memang kakinya tidak bisa menopang lama-lama. Di tambah bagian vital Ranna sering terasa sakit jika berjalan atau berdiri, hal itu membuat Ranna tidak berjalan.

Gadis itu menyibakkan gorden, membiarkan cahaya matahari masuk. Selama 3 bulan ini, hanya beberapa kali gorden dibuka. Itupun Satya yang melakukannya.

Ranna lebih suka suasana kamar yang remang-remang. Menurutnya, dia jauh lebih aman. Dia juga tidak begitu jelas melihat dirinya.

Gadis itu menatap ke arah luar, kamar Ranna memang langsung menghadap ke jalan.

Saat gadis itu tengah termenung, netranya kini dibuat kaget dengan mobil hitam yang terlihat tak asing.

Seketika tubuhnya merasa panas dingin yang menjalar begitu cepat. Oksigen di dalam kamar juga terasa menipis, tubuhnya lunglai.

"Di-d-dia." Air matanya menetes, dan tubuhnya ambruk. Ia terduduk, tangan gadis itu mulai menjambak rambut.

Ia menggeleng kuat, teringat kejadian 3 bulan lalu. Semua kejadian kembali teringat.

"Gak! Gak! Gaaakkkk! Dia di sini!! Abang!! Tolong!! Hiks! Tolong!" Ranna berteriak histeris.

Ternyata suara Ranna terdengar oleh Ray, yang senan tiasa berjaga di depan pintu kamar Ranna.

"Nona? Anda baik-baik saja?" tanyanya dari balik pintu yang tertutup rapat.

"Pergii!"

Prak!!

Suara bendah pecah terdengar. "Jangan mendekat! Abang!! Haaa! Tolong! Hiks ... hiks ...."

"Nona? Ada apa?" Rey benar-benar kebingungan sekarang. Ia bingung harus berbuat apa.

"Aaaaakk! Gue bilang pergi! Jangan ganggu gue, jangan lakuin itu lagi. Gue mohon! Hiks ... hiks ...."

"Sial! Nona Ranna kambuh," umpatnya kemudian berlari mencari keberadaan Ranna.

Ranna menangis tersedu-sedu, sembari berteriak kencang. Ia terduduk di pojokan lemari sembari memeluk kaki.

"Hiks ... hiks ... takut ... dia di sini, dia ada di sini. Di sini ...," ucapnya sembari sesunggukan.

Satya segera berlari menuju kamar Ranna, ketika Rey melapor bahwa Ranna kembali kumat. Cowok itu membuka pintu kamar dengan sangat tergesa-gesa. Sampai lupa jika cara itu juga akan membuat gadis itu semakin takut.

Saat mendengar pintu kamar terbuka kasar, gadis itu semakin takut dia semakin menggeser tubuhnya bersembunyi seraya membekap mulut.

"Nana ...." lirih Satya, ia masih bisa mendengar suara isak tangis adiknya itu. Namun, ia tidak tau di mana ia berada.

"Ini abang, Nana di mana?" Satya mengeratkan padanganya mencari sosok Ranna.

Hingga ia melihat sosok berbaju coklat, tengah bersembunyi di samping lemari sembari menyembunyikan wajahnya di dengkul, dan menutup telinganya dengan tangan kecilnya.

Satya mendekat. "Ranna ...," panggilnya.

"Pergi!! Jangan deket-deket! Gue mohon! Hiks ... hiks ...." Gadis itu menatap dengan tatapan memohon, matanya sudah basah.

RANNA • END • TELAH TERBITWhere stories live. Discover now