Perjanjian

1.8K 154 26
                                    

Jangan lupa VOTE+KOMEN yaa!
-
-
-
Happy Reading gaes!

Jangan lupa VOTE+KOMEN yaa!---Happy Reading gaes!

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.


"Jaga jarak lo dari Ranna." Kavandra yang baru saja keluar dari ruangan Ranna menghentikan langkahnya, menolehkan kepalanya ke arah kiri.

Di sana sudah ada laki-laki tampan menggunakan pakaian santai. Laki-laki itu berdiri dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya.

Yang tidak lain, ia adalah Elfino. Laki-laki gila yang entah sejak kapan di sana. Kavandra menautkan alisnya. "Lo siapa?" tanya bocah yang 2 tahun lebih muda darinya.

Elfino menyungikan senyum. "Gue calon suami Ranna," ucapnya begitu yakin. Sungguh, Kavandra ingin tertawa rasanya mendengar lelucon Elfino.

"Yakin banget sih. Yakin Ranna mau? Hahaha lucu," kekeh Kavandra sembari menepuk pundak Elfino.

Laki-laki yang memiliki rahang indah itu segera menepis tangan Kavandra yang bertengger dipundaknya.

"Lo itu luka buat Ranna. Jadi jangan terlalu berharap," kata Kavandra dengan menajamkan matanya.

"Gue cuman mau ngasih tau lo. Gue gak akan biarin Ranna hidup sama laki-laki berengsek kayak lo, paham?!" tegas Kavandra. Kedua mata mereka saling menajam, tatapan tak bersahabat itu saling bertaut.

Kavandra yang tak ingin terus-terusan menatap mata Elfino segera memutuskan kontak matanya. Ia hendak melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Elfino.

Namun, baru tiga langkah yang ia ambil. Suara Elfino menghentikan langkahnya. Laki-laki itu berkata, "kalo gue gak dapet Ranna, lo juga gak boleh dapet."

"Oh ya satu lagi. Lo udah tau dong soal gue dan Ranna." Elfino mengubah posisi menghadap punggung lebar Kavandra.

"Gue udah nyicip Ranna lebih dulu," ungakapnya. Tangan Kavandra terkenal kuat. Laki-laki bertubuh tinggi dan pundak lebar itu rasanya ingin menghajar Elfino habis-habis.

Namun, semaksimal mungkin Kavandra menahannya. Karena menggunakan emosi bukanlah Kavandra, tapi adanya emosi itu Kavandra. Paham gak lo pada? Gak? Sama.

Wajah Kavandra memanas, telinga laki-laki itu juga merah.

"Gak bisa gue dipungkiri. Ranna seindah itu," lanjutnya.

Tahan, sekali lagi Kavandra menahan diri untuk tidak melakukan hal gila. Kavandra tidak ingin bermain gila, tapi permainan gila akan Kavandra mainkan. Itu akan bermain pada Elfino.

Kali ini Kavandra membalikkan badannya. Sekali lagi menghadap Elfino.

"Simpen ocehan lo. Gue bisa dapet itu tanpa maksa. Waktu gue abis buat ngadepin orang kek lo," kata-kata Kavandra kali ini sukses membuat Elfino diam.

'Tuhan. Bisa-bisa Kavan bilang gini. Padahal mana pernah,' batin Kavandra meringis.

Dirasa tidak ada lagi yang dibicarakan. Kavandra pun melenggang pergi meninggalkan Elfino yang masih siaga berdiri didepan ruangan Ranna.

RANNA • END • TELAH TERBITWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu