Alasan

2.3K 212 41
                                    

Happy Reading gaes!
Jangan lupa vote+komen ya!
***

Hal baru yang kerap Ranna lakukan semenjak pulang dari rumah sakit adalah diam di atas kursi roda menatap keluar jendela kamar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hal baru yang kerap Ranna lakukan semenjak pulang dari rumah sakit adalah diam di atas kursi roda menatap keluar jendela kamar.

Gadis itu hanya diam tanpa berkata-kata, termenung, kadang-kadang juga menangis.

Satya sengaja memberikannya ruang untuk sendiri, meskipun hal ini cukup berbahaya. Namun, hanya itu satu-satunya yang mampu membuat gadis itu tenang.

Kesendirian sudah biasa gadis itu rasakan. Lelah? Ya, ia lelah dengan semuanya. Jika saja bunuh diri bukan sebuah dosa, mungkin detik ini ia sudah menyusul ibu dan anaknya.

Kamar Ranna benar-benar dingin, dan sunyi.

Kesunyian itu hilang kala knop di sentuh mahluk astral.

Cklek ....

Pintu kamar terbuka, menghadirkan laki-laki yang sangat menjengkelkan yang memiliki perilaku seperti setan. Siapa lagi kalo bukan Leo, si musibah besar Ranna.

"Masih mikirin anak itu?" suara itu membuyarkan lamunan Ranna. Netra sendunya menatap laki-laki yang sudah berdiri di sampingnya dengan kedua tangan berada di dalam saku.

"Udahlah Ranna, kamu terlihat bodoh dengan terus berlarut-larut seperti ini. Dia sudah tenang di sana," ucap Leo enteng.

"Aku rasa gak," sahut Ranna dingin. "Aku rasa dia lagi memohon balasan atas apa yang udah papa lakuin," lanjut gadis itu sembari kembali menatap ke arah luar jendela.

"Dia gak salah apa-apa. Tapi kenapa papa buat dia pergi?" Leo benar-benar bosan dengan pertanyaan Ranna.

"Kehadirannya itu sebuah kesalahan," sahut Leo dengan wajah tak suka.

"Oh, ya? Ranna tau papa, papa pasti punya alasan gila. Apa itu?" Gadis itu kini mengubah posisinya dengan menggerakkan kursi rodanya menghadap Leo.

Leo berjongkok menatap Ranna. "Kehadirannya itu musibah besar dalam semua rencana papa. Papa sudah membuat perjanjian dari setahun lalu dengan teman papa untuk menjodohkan kamu sama anaknya," jawab Leo dengan menatap lekat manik gadis itu.

"Kalo anak itu lahir, dia bakalan jadi masalah besar. Jadi satu-satunya cara ya papa harus nyingkirin dia dalam permainan ini," lanjut Leo.

Ranna menelan salivahnya dengan susah payah. Matanya kembali berkaca-kaca, dadanya sesak mendengarnya penuturan ayahnya itu.

"Bisnis?"
Leo tersenyum smrik, dan menganggukkan kepalanya.

"Benar! Demi memajukan perusahaan, papa butuh kamu," ujarnya seraya menjentikan jarinya.

"Dia adalah pebisnis sukses. Pebisnis ke dua tersukses setelah Abiyanata, bukan cuman papa yang untung kalo kamu menikah dengana anaknya. Tapi kamu juga, masa depan kamu akan jauh terjamin. Papa sudah menyusun ini semua dengan rapih untuk kamu." Leo mengusap pipi tirus gadis itu.

RANNA • END • TELAH TERBITWhere stories live. Discover now