Buna

2.8K 221 23
                                    

Kabar soal Ranna kini menyebar di sekolah. Semuanya benar-benar kaget dengan kehadirannya.

Hampir terhitung 4 bulan lamanya gadis itu tidak menampakan batang hidungnya, kini dateng membawa kegemparan.

Seperti pagi ini hampir seluruh siswa membahas soal Ranna. Ranna ini, Ranna itu, dan sebagainya.

"Jujurly gue kaget banget pas Seno buka topi am masker tuh cewek. Benar-benar gak nyangka kalo itu Ranna," seorang siswa berambut sepunggung. Sebut saja Suci namannya.

"Bener! Gila dia makin cantik ya. Mana kelihatan berisi gitu," timpal temannya. Dia Indri.

"Hooh! Tapi liat, gak sih? Kalo badan dia tuh ada banyak bekas luka. Ditambah lo pada liat cara dia jalan? Kayak aneh banget!" kata Suci heboh.

"Yes! Gue pikir gue doang yang liat," imbuh Naura teman suci yang bertubuh pendek.

"Apa jangan-jangan ...." Suci mulai berpikir positif, eh gak dong. Negatif maksudnya.

"Jangan-jangan apa?" Naura mendekatkan wajahnya, jiwa kepo dalam dirinya sudah meronta-ronta bak cintaku padamu eaaa.

"Udah gak pw! Kata mak gue sih gitu. Kalo jalannya kayak gitu udah gak pw namanya," kata Suci dengan penuh keyakinan.

"Ah! Masa sih anjir? Semarang mulut lo," sahut Indri menolak tebakan temannya.

"Lah, kan cuman tebakan doang. Kita gak tau loh yang terjadi selama ini," kata Suci seraya melipat tangan ke dada.

Indri merotasikan matanya malas. "Maka dari itu kita gak tau, jangan sok tau ataupun menebak-nebak dodol! Jaga mulut lo, kalo di denger pawangnya apa gak kena semprot."

"Iya! Lo tau kan? Kavandra itu diam-diam menghanyutkan. Dia paling gak suka kalo crushnya dijelek-jelekin," timpal Naura.

"Cih! Kalo dia marah artinya benar dong? Kalo gak bener buat apa marah? Aneh!" ujar Suci mulai songong.

"Udah, ah! Buat apa kita bahas Ranna. Ujian di depan mata lo kita malah ngerumpi," kata Naura.

"Dih! Gak usah ngalihin pembicaraan deh. Jujur aja kalo kalian juga mikir sama, kan? Kalo Rana itu udah gak perawan lagi. Kata-kata gue bikin lo pada mikir ke gitu, kan? Ngaku aj-"

"Udah deh. Diem!" potong Indri seraya mengisyaratkan tanganya ke bibir.

"Hiss! Apa jangan-jangan dia hamil ya?"

"Suci!" Naura melotot, dengan mata seperti mengokode.

"Diem!" pinta Indri lagi.

"Dih! Kalian apa-apa sih anjir?! Kok pada nyuruh gue diem, mana pake melotot gitu. Nyebelin," kesalnya.

"Gue mau cari tau deh soal Ra-"

"Emang Ranna kenapa? Sampai-sampai lo kepo banget sama idupnya," ucap seseorang di belakang Suci. Suci reflek membalikkan badannya, dan taraaa. Siapa laki-laki yang dia liat di belakangnya.

Mata gadis itu melotot sempurna. Rasanya ia ingin menarik semua kata-katanya yang buruk itu soal Ranna.

Tubuhnya membeku kala mendapatkan tatapan sinis dari laki-laki berpundak lebar, dan bertubuh tinggi.

Dia Kavandra yang sedari tadi mendengarkan kalimat-kalimat buruk dari mulut Suci. Rasanya sangat geram, ingin sekali Kavandra menguncir bibir itu.

"Rajin-rajin puasa deh lo. Biar mulut lo gak ngeluarin kata-kata busuk kayak gitu," ucap Kavandra dengan tatapan mengintimidasi.

Suci bungkam, rasa takut dan malu bercampur jadi satu. Bukannya apa, semua mata sudah tertuju padanya. Suara Kavandra yang lantang, dan ocehan yang sedari tadi di denger karena Suci berbicara cukup keras. So pasti menarik perhatian orang-orang.

RANNA • END • TELAH TERBITWhere stories live. Discover now