58|| Rumah yang Kokoh

7.2K 448 37
                                    

Happy reading ❤️

58|| Rumah yang kokoh

Hari-hari Agrensi tak luput dari sekolah dan belajar, begitupun Naresh. Kini laki-laki itu tengah berada di kampus, kelas sudah berlangsung namun beberapa menit kemudian dosen keluar dari ruangan itu dan seketika mahasiswa yang ada di sana ricuh dan berdesak-desakan untuk keluar dari kelas itu.

"Resh, cabut yok!" Ajak Alger yang kebetulan duduk di samping Naresh.

Naresh menaikkan sebelah alisnya. "Cabut?"

"Iya, kita nongkrong. Gue udah ajak Arrio sama Ken, kelas mereka udah kelar juga!"

"Kita masih ada satu mata kuliah," sahut Naresh.

"Yaelah Resh, gak asik Lo! Cabut sekali doang."

"Kalau Lo mau cabut ya cabut aja, gue gak mau ngulang mata kuliah," tegas Naresh seraya merapikan laptop dan alat tulisnya yang lain.

"Terus Lo mau kemana?" Tanya Alger saat Naresh meranjak dari kursinya.

"Kantin," balas laki-laki itu sambil terus melangkahkan kakinya.

"Gue ikut!" Ujar Alger lalu mengikuti langkah Naresh dengan berlarian kecil.

Di depan kelas, Naresh di kejutkan oleh kedatangan seorang gadis, dan gadis itu tengah tersenyum manis seraya menyodorkan sebatang coklat padanya.

"Hai kak Naresh!" Sapa gadis itu dengan senyum termanisnya.

Bukannya menerima coklat itu, Naresh malah menatap gadis di depannya itu dengan datar.

"Tau dari mana kelas gue disini?"

"Aku cari tau sendiri," balas gadis itu lalu menyodorkan coklat itu lagi. "Ini coklat buat kakak, hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih karena kakak udah bantuin aku kemarin."

"Buat Lo aja."

"Ih kak Naresh gak baik tau nolak pemberian orang."

Naresh berdecak. "Mending gue tolak daripada gue minta, tapi coklatnya gue buang."

"Kenapa harus di buang?"

Naresh tak mau ambil pusing dengan hal itu, ia pun berjalan meninggalkan gadis itu di sana. Sementara Alger yang tak sempat mendengar pembicaraan mereka malah langsung mengambil coklat itu dari tangan gadis yang kini menatap punggung Naresh.

"Coklat buat Naresh kan? Ntar gue yang kasihin." Ujar Alger lalu mengejar langkah Naresh.

Asik, dapat coklat gratis! Kasih ke Letta ah kali aja kalau gue kasih coklat dia gak ngambek lagi. Batin Alger.

Gadis itu diam seribu bahasa, Apa gue di tolak lagi? Tanya nya dalam hati.

"Ah, bodoh ah! Jangan panggil gue Reyna kalau gue gak bisa dapatin hatinya!" Gadis itu berbicara sendiri, mungkin kalau ada orang yang melihatnya, ia sudah di sangka gila.

Tanpa gadis itu sadari, Naresh menoleh ke arahnya.

<<<•>>>

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Parkiran kampus sudah sepi, hanya ada motor Naresh dan beberapa kendaraan lain juga di sana. 

Laki-laki itu mengeluarkan motornya dari parkiran lalu menjalankan motornya keluar dari lingkungan kampus.

Di halte bus dekat kampus, Naresh dapat melihat Reyna tengah menunggu bus. Awalnya ia tak perduli dengan itu, namun saat melihat ada pria paruh baya yang terlihat mencurigakan dan melirik gadis itu terus-menerus, Naresh pun menghentikan motornya tepat di depan mereka.

NARESH: HARI BERSAMAMU Where stories live. Discover now