21|| Khawatir

15K 755 4
                                    

Follow akun ini karena beberapa part akan aku private!

Happy reading ❤️

21|| Khawatir

Setelah mengantar Agrensi ke apartemen dan mengganti baju, Naresh menyusul geng Trayton di warkop Pak De. Tadi sebelum jalan ke warkop, Naresh sempat meminta izin dari Agrensi terlebih dahulu dan untungnya Agrensi memberikannya izin.

"MENGAPA SULIT UNTUKKU BISA MILIKI HATIMU... BAHKAN SELAMA INI, HATIKU TAK BERHARGA UNTUKMU..."

Lagu berjudul rumah singgah dari Fabio Asher kini dinyanyikan oleh para anggota inti Trayton yang tengah berkumpul di warkop Pak De. Dengan Evander sebagai gitaris. Jangan tanyakan bagaimana suasana warkop saat ini, kalian pasti sudah dapat membayangkannya sendiri. Apalagi saat ini Pak De ikut serta dalam meramaikan suasana itu.

"Pak De, kopi hitam satu! Sekalian pinjemin korek," ucap Naresh yang baru saja datang.

"Udah datang Lo Resh?" Tanya Evan seraya memberhentikan petikan gitar akustik yang dimainkannya tadi.

"Udah Van!" Jawab Naresh seadanya. "Btw si Arrio mana? Tumben gak ngoceh!"

"Noh, tidur di pojok. Diem aja dari tadi, sariawan kali!" Ucap Alger memasuki pembicaraan.

"Kenapa dah?" Tanya Naya yang baru saja kembali dari toilet.

"Noh bestie Lo, diem aja dari tadi gak kaya biasanya!" Ucap Alger pada Naya seraya menunjuk ke arah Arrio.

"Gak enak badan kali!" Ucap Ken ikut bergabung dengan pembahasan itu.

"Patah hati itu mah, cintanya di tolak Mikha untuk yang kesekian kalinya!" Kata Evander yang lainpun tertawa menanggapinya.

"Woii Ri, kenapa Lo?" Tanya Naresh untuk memastikan keadaan lelaki itu.
Naresh pun menghampiri Arrio di sofa yang terletak di pojok warkop.

Arrio merasa sedikit terganggu dengan suara gaduh yang di timbulkan oleh para sahabatnya. Ia meringis seraya memegang pipinya yang terasa nyeri.

"Sorry nih guys ya, tapi Lo pada bisa diem gak?" Ucap Arrio dengan posisi rahang yang tak terbuka sempurna saat bicara.

"Lo kenapa dah? Patah hati lagi?" Tanya Naya meledek.

"Gigi gue sakit anjir, Lo pada jangan bikin gue tambah emosi napa!" Ucap Arrio kesal.

"Lo tau kagak? Temen gue kemarin ada yang sakit gigi, besoknya mati!" Ucap Evander menakut-nakuti Arrio.

"Hati-hati Lo RI, siapa tau malaikat pencabut nyawa sedang mengintai rumah Lo!" Timpal Alger.

"Bisa jadi malaikat pencabut nyawanya udah disini, mending Lo balik deh Ri, takutnya tuh malaikat malah salah cabut nyawa lagi!" Ujar Naya yang lain malah tertawa karenanya.

Arrio merasa kesal pada sahabatnya itu. Namun, dengan kondisi seperti ini ia tak mampu banyak bicara ia hanya bisa diam saja.

"Gimana sih rasanya sakit gigi Ri? Sakitan mana sama ditolak Mikha?" Tanya Naresh yang lain malah ikut menunggu jawaban dari Arrio.

"Kalau gue sih, mending sakit gigi dari pada di tolak. Kalau ditolak mah sakit nya sampai ubun-ubun!" Ucap Alger lagi-lagi meledek Arrio.

"Lo ngomong gitu karena Lo belum pernah di posisi gue Al!" Ucap Arrio.

"Makanya gue bersyukur, lagipula mana mungkin gue mau diposisi yang sama kaya Lo!" Timpal Alger.

"Gue sumpahin besok sakit gigi tau rasa Lo!' ucap Arrio semakin kesal, lalu melempar bantal sofa pada Alger.

NARESH: HARI BERSAMAMU Where stories live. Discover now