Part 003

120 8 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

"Gadis itu cantik dan memiliki kepribadian yang baik. Aku sebenarnya mengkhawatirkanmu juga, karena kau tidak pernah terlihat bersama perempuan. Aku hanya takut kau menjadi berubah setelah dua belas tahun lamanya tinggal di Amerika," kata Nicholas.

"Aku akan mencari pasanganku sendiri. Ayah tidak perlu repot-repot ikut campur dalam hidupku," gerutu Aero. "Lagi pula gadis macam apa yang mau dijodoh-jodohkan? Mungkin saja dia gadis nakal yang tidak punya pilihan lagi."

"Jangan sembarangan kalau bicara. Keluarga mereka bukanlah keluarga yang seperti itu. Mereka sangat menjunjung tinggi kehormatan. Aku juga mengenal baik gadis itu," kata Nicholas.

"Kalau Ayah mengenalnya dengan baik, kenapa Ayah tidak menjadikannya sugar baby saja? Bukankah Ayah pernah bilang, kalau Ayah tidak mungkin kembali pada Ibu?" ucap Aero.

Nicholas tidak segera menjawab. Ia menjitak kepala anaknya. "Kalau aku memelihara sugar baby, apa kata orang-orang perusahaan nantinya? Lagi pula gadis itu tidak akan mau menjadi sugar baby-ku."

Aero meringis sambil memegangi kepalanya yang terkena jitakan sang ayah.

"Baiklah, Ayah tidak akan memaksamu. Setidaknya ikutlah bersamaku ke pertemuan nanti malam. Hanya pertemuan biasa. Lagi pula gadis itu belum tentu menyukaimu," celetuk Nicholas.

Aero tampak berpikir. "Perusahaan besar yang Ayah maksud itu perusahaan mana?"

Nicholas mencondongkan tubuhnya mendekat pada putranya. "Kau tahu Adiwijaya Group?"

Aero tampak terkejut. "Perusahaan terbesar di Indonesia?"

Nicholas mengangguk. "Ya, sebenarnya perusahaan pusat mereka berada di sini. Yang bermasalah adalah perusahaan pusat mereka ini. Sebelum masalah di perusahaan pusat merebak ke perusahaan-perusahaan cabang di Indonesia dan di negara lainnya, jadi dia menghubungiku untuk membicarakan masalah ini."

Aero mencerna ucapan ayahnya.

Nicholas menghela napas berat. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi. "Kau pasti tidak mengira perusahaan sebesar Adiwijaya Group memiliki masalah serius, kan?"

"Apa yang membuat perusahaan mereka memiliki masalah?" tanya Aero.

Nicholas melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku tahu, tapi aku tidak mau memberitahumu. Itu masalah internal perusahaan mereka. Lagi pula, yang akan membantu mereka perusahaanku, bukan perusahaanmu."

Aero memutar bola matanya.

Nicholas kembali mencondongkan tubuhnya. "Seandainya kalau kau menikah dengan putri permilik Adiwijaya Group dan memiliki anak darinya, perusahaan pusat itu bisa jadi hak milik anakmu. Bukankah itu keuntungan ganda?"

"Aku tidak mengira Ayah punya pemikiran selicik itu," ujar Aero.

Nicholas terkekeh. "Apa cara bicaraku mirip tokoh antagonis? Pikirkan saja Adiwijaya Group di tangan anakmu. Perusahaan itu sangat besar."

"Mereka hanya besar di Indonesia. Di sini masih banyak perusahaan yang lebih besar dari Adiwijaya Group. Aku juga tidak berminat dengan perusahaan itu," ucap Aero.

Nicholas membuang napas kasar sambil menatap putranya yang keras kepala.

Nicholas bangkit dari tempat duduknya. "Baiklah, malam ini jam 7 kau bersiap-siap, ya. Sekarang aku mau pergi saja. Di sini ada ibumu. Aku tidak senang."

Setelah berkata demikian, Nicholas pun pergi tanpa menunggu jawaban putranya.

"Ah, malas sekali," gumam Aero sambil mengacak rambutnya.

CHRONOPHILEWhere stories live. Discover now