Part 041

55 6 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

"Oh?" Aero melihat telunjuknya yang berdarah.

Sebuah tangan menarik tangan Aero yang terluka. Aero menoleh, tenyata istrinya. Tanpa diduga, Lyra memasukkan jari telunjuk Aero yang terluka ke dalam mulutnya lalu mengulumnya.

Aero terkejut dengan apa yang dilakukan istrinya.

"Jadi terluka, kan? Lain kali kau tidak perlu memasak. Aku bisa memasak meski baru pulang dari kantor. Paling tidak, kita bisa memesan makanan untuk makan malam kalau malas memasak," celoteh Lyra.

Aero hanya diam sambil sesekali tersenyum kecil melihat istrinya yang mengomel karena khawatir. Ia kembali teringat dengan kekonyolannya sewaktu masih SMP yang sengaja melukai dirinya sendiri agar mendapatkan perhatian Lyra.

"Aku akan mengambil kotak P3K dulu," kata Lyra kemudian berlalu.

"Di lemari itu juga ada kotak P3K," ucap Aero sambil menunjuk ke salah lemari gantung dapur.

Lyra pun mengambil kursi lalu naik dan mencari kotak P3K dari lemari tersebut.

Saat Lyra membelakanginya, Aero memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulutnya meniru Lyra. Ia terdiam untuk sesaat lalu mengeluarkan telunjuknya dan mengecap rasa yang tertinggal di lidahnya.

"Hmm, enak." Aero kembali memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut.

Lyra turun dari kursi setelah menemukan kotak P3K. Aero segera mengeluarkan jarinya dari mulutnya dan bersikap normal.

Dengan telaten, Lyra mengobati luka di telunjuk Aero. "Seharusnya aku tidak memasukkan jarimu ke mulutku, karena bisa saja lukanya terinfeksi oleh air liur. Tapi, karena aku terbiasa melakukannya saat terluka, jadi aku refleks."

Aero mendengarkan.

"Dulu saat aku tidak sengaja melukai jariku, kakak tertuaku akan memasukkan jariku ke mulutnya. Itu semacam kebiasaan yang dia tularkan padaku," sambung Lyra sambil memasangkan plester ke jari telunjuk Aero.

Aero mengernyit saat Lyra menyebutkan "Kakak tertua". Karena yang ia pikirkan adalah Prajas.

Aero tidak senang memikirkan bagaimana Lyra menyukai pria itu sebelum Lyra sendiri mengetahui kalau pria itu sebenarnya adalah kakak tirinya.

"Kakak tertua...."

"Kak Evan, kakak tertua ku," potong Lyra.

"Oh," Aero mengakhiri pembahasan mengenai kakak tertuanya Lyra.

"Aku akan meneruskan memasak. Sekarang giliran apa?" ucap Lyra diakhiri dengan pertanyaan.

"Tumis buncis."

"Kalau begitu, kau duduk saja," kata Lyra. Ia pun melanjutkan pekerjaan Aero memotong buncis.

Aero mengambil minuman dari lemari es dan menuangkannya ke dalam dua gelas.

Selesai menumis buncis, mereka pun makan malam bersama.

"Enak juga, kau pandai memasak rupanya," puji Lyra.

Aero hanya tersenyum. "Ibuku sering memasak dan aku memperhatikannya. Meski hanya sekedar membantunya, aku mengingat resepnya dengan baik."

"Iya, masakan Ibu mertua benar-benar lezat. Aku harus berguru padanya," ucap Lyra.

"Masakanmu juga enak, kok. Aku menyukainya," kata Aero.

Jam menunjukkan pukul 9 malam.

Aero dan Lyra sama-sama tidur, tapi tidak benar-benar tidur. Mereka hanya rebahan.

CHRONOPHILEWhere stories live. Discover now