Part 064

38 3 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Untuk menghindari permasalahan, Lyra dan Prajas memilih untuk tidak terlalu sering bertemu secara langsung dan membatasi komunikasi mereka. Mereka sengaja melakukannya agar Albert mengira kalau keduanya sudah putus.

Saat ada waktu, misalnya hari Minggu di mana kedua orang tua Lyra tidak ada di rumah, maka Lyra akan pergi bersama Prajas hanya sekedar makan siang. Yang mengetahui hubungan tesembunyi Prajas dan Lyra hanya Evan seorang.

Sebenarnya Evan juga tidak menyetujui hubungan Lyra dengan Prajas membayangkan betapa murkanya Albert kalau mengetahui tentang hubungan mereka.

Namun, Evan memilih jalan aman, yaitu ia akan pura-pura tidak mengetahui apa pun dan tidak memihak siapa pun.

Hari ini Lyra dan Prajas berjalan-jalan di taman kota. Lyra menggandeng lengan kekar Prajas.

"Ada permen kapas!" Lyra menunjuk penjual permen kapas di depan sana.

"Kau mau permen kapas?" tanya Prajas.

Lyra mengangguk. Prajas membelikan permen kapas rasa permen karet untuk Lyra.

"Terima kasih, tapi kenapa hanya membeli satu? Mas Prajas tidak mau?" tanya Lyra sambil memakannya langsung dari stiknya.

Prajas tersenyum lalu ia juga memakan permen kapas tersebut langsung dari stiknya sehingga wajah mereka menjadi berdekatan.

Lyra mengedipkan matanya berkali-kali. Prajas menggigit sedikit permen kapasnya lalu kembali ke posisi normal.

Sementara Lyra masih mengigit permen kapasnya di stik. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya lalu bersikap normal.

"Kau tahu ini tanggal berapa?" tanya Prajas.

"Tanggal 10 Maret, tanggal jadian kita, kan?" jawab Lyra.

"Tidak terasa hubungan kita sudah berjalan selama satu tahun," ucap Prajas.

Lyra membuang stik permen kapasnya ke wadah sampah. Namun, Prajas menghentikan langkahnya. Ia berjalan ke depan Lyra. Kini keduanya berdiri berhadapan.

Prajas mengeluarkan kotak beludru berwarna merah. Ia membukanya, ternyata sebuah kalung yang Indah dengan permata berwarna merah delima sebagai gantelnya.

"Aku bukan melamarmu, maksudku, tidak sekarang. Aku hanya ingin hubungan kita lebih serius lagi. Aku ingin bertunangan denganmu," ucap Prajas.

Lyra terkejut, karena ia tidak mengira Prajas akan memberikan benda mahal seperti itu padanya.

"Tapi, tidakkah ini terlalu berlebihan?" tanya Lyra yang merasa tidak enak.

"Aku bisa membeli seribu kalung yang sama, tapi aku tidak bisa menemukan Lyra yang lain di dunia ini," ucap Prajas sambil memasangkan kalung tersebut ke leher Lyra.

Sementara itu, Evan sedang berada di apartemennya. Pria itu memegangi kepalanya yang terasa sakit sekali. Ia membuka lemari dan mengambil bubuk putih yang terbungkus plastik di dalam lemari tersebut. Karena tergesa-gesa, plastik berisi bubuk putih itu jatuh ke lantai dan isinya berhamburan di lantai.

Evan mendekatkan wajahnya ke lantai dan menghisap bubuk-bubuk putih itu hingga ia merasa lebih baik.

Lyra pulang ke mansion. Ia menutupi kalung yang terpasang di lehernya dengan syal. Gadis itu menaiki tangga dan segera masuk ke kamarnya. Lyra mengunci pintu kamarnya lalu ia melepaskan syal dan bercermin.

"Cantik sekali." Lyra tersenyum sambil menyentuh kalung tersebut. "Mas Prajas tahu, aku suka warna merah."

Lyra menjadi teringat akan pertemuan pertamanya dengan Prajas.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang