Part 075

33 4 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Prajas dan Albert duduk berhadapan di kantor Adiwijaya Group (kantor pusat Adiwijaya Group yang di Indonesia).

"Aku mengerti dengan kedatanganmu ke mari. Aku akan mengirimkan sisa dana yang pernah kau berikan pada perusahaan ini. Kau tidak perlu khawatir," kata Albert.

Prajas masih menatap pria paruh baya itu yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri.

"Kenapa kau meninggalkan ibuku, Tuan Adiwijaya?" tanya Prajas. Ia tidak berniat menanggapi ucapan Albert mengenai dana perusahaan yang mereka bahas.

Albert tidak menjawab. Ia juga menatap pria di depannya yang merupakan putra kandungnya.

"Aku pernah bilang, kalau aku memang tulus memberikan dana untuk perusahaanmu. Jika Tuan Adiwijaya ingin mengembalikannya, aku tidak akan menerimanya, tapi...." Prajas menggantung kalimatnya.

Albert menautkan alisnya menunggu lanjutan kalimat Prajas.

"Jika Tuan Adiwijaya menukarnya dengan Lyra, aku akan menerimanya," sambung Prajas.

Albert menautkan alisnya geram. "Bukankah kau sudah tahu kalau dia adikmu?"

"Memangnya kau ayahku?" sahut Prajas.

Albert tidak menanggapi.

"Yang terjadi antara kau dan ibuku hanyalah masa lalu, tidak ada hubungannya denganku mau pun Lyra," ucap Prajas penuh penekanan.

"Kau pasti sudah gila," ucap Albert.

"Kalau begitu, jawab pertanyaanku, kenapa kau meninggalkan ibuku?" tanya Prajas yang sengaja memancing kemarahan Albert agar menjawab pertanyaannya di awal.

"Aku hanya ingin membahas tentang masalah bisnis. Aku tidak mau membahas urusan pribadi denganmu di sini." Albert menyandarkan punggungnya ke kursi. Tampaknya ia bisa membaca umpan yang diberikan Prajas.

Prajas mendecih pelan.

Meski pun Prajas menolak, Albert tetap mengembalikan sisa dana yang pernah diberikan Prajas. Namun, karena Albert mengeluarkan banyak uang untuk pengembalian dana, keuangan perusahaan Adiwijaya Group semakin merosot. Albert melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan perusahaan pusat agar tidak ber-impact pada perusahaan cabangnya.

Waktu berjalan begitu cepat hingga satu tahun pun berlalu. Tibalah saatnya wisuda bagi Lyra. Hellena datang sebagai orang tua ke wisuda putrinya itu, sementara Albert tidak bisa datang, karena ia sedang berada di Amerika saat ini. Bahkan beberapa bodyguard, termasuk Darius ikut pergi ke sana bersama Albert.

Lyra terlihat cantik dengan kebaya merah dan kain samping yang melilit pinggangnya. Hellena juga mengenakan kebaya merah, hanya saja warnanya lebih gelap. Mereka berdua berfoto. Ada dua fotografer di ruangan itu.

Fotografer memberikan aba-aba, "Satu, dua, tiga."

Blitz kamera menyala.

"Sekarang Lyra difoto sendirian, ya," kata Hellena.

Lyra mengangguk. Hellena pun berlalu dan duduk di kursi di belakang kamera.

Lyra tersenyum ke arah kamera.

"Satu, dua, tiga."

Blitz kamera menyala lalu saat blitz mati, Lyra merasakan ada tangan kekar yang merangkul pinggangnya. Ia mendongkak menatap siapa pemilik tangan itu.

Lyra terkejut, ternyata Prajas. Pria itu memberikan buket bunga pada Lyra. Lyra yang masih terbengong-bengong pun menerimanya.

Hellena juga terkejut melihat kehadiran Prajas yang entah datang lewat mana.

CHRONOPHILEWhere stories live. Discover now