Part 037

61 5 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Jam menunjukkan pukul 5 sore. Aero tiba di rumah. Ia keluar dari mobilnya lalu memasuki rumah dan melihat istrinya sedang sibuk memasak. Aero menatap buket bunga mawar merah muda di tangannya.

"Kau tahu aku pulang lebih awal?" tanya Aero.

Mendengar suara suaminya, Lyra berbalik. Aero menyodorkan buket bunga mawarnya pada Lyra.

"Oh?" Lyra mematikan kompor kemudian menerima buket bunga mawar tersebut lalu menghirupnya.

"Wangi, aromanya menyegarkan," ucap Lyra.

"Aroma itu juga yang sering aku hirup dari tubuhmu, Sayang," kata Aero sambil mendekat lalu mengecup kening istrinya.

Lyra mengernyit menghirup aroma feminim dari tubuh suaminya yang pasti bukan aroma parfum miliknya, apalagi parfum Aero. Pandangan Lyra tertuju ke kemeja Aero. Kedua matanya terbelalak kala melihat bekas lipstik di kerah kemeja suaminya itu.

"Aku mandi dulu, ya." Aero berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Lyra yang masih membeku.

"Apa dia benar-benar... ah, tapi jika iya, kenapa jelas sekali bekasnya?" gumam Lyra.

Selesai mandi dan berganti pakaian, Aero pun makan malam bersama istrinya.

Menyadari kalau Lyra lebih pendiam dari biasanya, Aero pun bertanya, "Kau baik-baik saja? Ada yang ingin kau katakan?"

"Tidak, aku hanya... aku baik-baik saja." Lyra tersenyum dipaksakan.

Aero tahu ada sesuatu yang mengganjal di hati istrinya, tapi ia tidak ingin memaksa Lyra menceritakannya.

"Tadi para pelayan datang ke mari?" tanya Aero.

Lyra mengangguk. "Iya."

Hening.

Keduanya fokus makan.

Tidak ingin berlarut-larut dalam keheningan, Aero pun kembali bersuara, "Ada tiket bulan madu ke Korea Selatan dan Swis dari dua temanku sebagai kado pernikahan. Kau mau berbulan madu ke mana dulu?"

Lyra tampak berpikir. Bulan madu? Itu artinya... tidak, tidak! Bagaimana jika Aero punya penyakit menular karena sering meniduri wanita-wanita sebelumnya. Jika dia sampai menyentuhku, bisa-bisa aku juga tertular virus.

"Bagaimana?" tanya Aero.

"Untuk saat ini aku belum siap pergi ke mana pun. Apakah bisa lain kali?" ucap Lyra diakhiri dengan pertanyaan.

Aero mengangguk. "Baiklah, lain kali."

Malamnya, Lyra dan Aero masih sama-sama diam. Tidak ada yang memulai interaksi. Keduanya tidur dengan saling membelakangi.

Aero menarik selimut dan menutupi sekujur tubuhnya. Tampaknya ia merasa kedinginan.

Lyra menoleh pada suaminya. "Kau kedinginan?"

Aero mengangguk tanpa menoleh pada Lyra. "Iya, boleh aku matikan AC-nya?"

Lyra mengambil remot AC lalu mematikan AC-nya.

Karena Aero masih terlihat kedinginan meski pun sudah bergelung selimut, Lyra tidak tega melihatnya sehingga ia pun memeluk Aero yang membelakanginya.

Aero melepaskan selimutnya lalu berbalik menghadap pada Lyra dan memeluk istrinya itu. Lyra sedikit terkejut dengan pelukan erat Aero.

Mau bagaimana pun juga, hubungan mereka sudah resmi menjadi suami istri. Tidak ada batasan lagi di antara mereka. Bahkan Aero berhak atas dirinya.

"Kau hangat sekali," ucap Aero sambil mengeratkan pelukannya.

CHRONOPHILEWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu