Part 073

31 3 1
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Prajas dan Lyra berjalan-jalan di tepi pantai sembari melihat keindahan senja. Cahaya jingga kemerahan itu terlihat sangat indah menghiasi langit.

"Apa ayahmu mengizinkanmu menemuiku hari ini?" tanya Prajas yang terlihat senang.

Lyra mengangguk seraya tersenyum tipis. Ia menatap Prajas.

Apa benar dia kakakku? Apakah Ayah pernah berhubungan dengan Nyonya Roselyn Danuarga di masa lalu? Batin Lyra.

"Aku sempat berpikir, mungkin aku melakukan kesalahan yang membuat Tuan Adiwijaya membenciku," ucap Prajas.

Lyra mendengarkan.

Prajas melanjutkan, "Ayahmu bahkan memutuskan kerja sama dengan perusahaanku secara sepihak dan mengembalikan sebagian dana yang aku berikan padanya."

"Mungkin Ayah tidak ingin merepotkan Mas Prajas, jadi saat Ayah mendapatkan sedikit keuntungan, Ayah mengembalikan suntikan dan dari Mas Prajas untuknya sedikit demi sedikit," kata Lyra.

Prajas mendongkak menatap langit yang semakin gelap. "Aku tidak terlalu mengkhawatirkan masalah perusahaan. Saat ini aku hanya ingin kita tetap bersama sampai kita menikah, memiliki anak, dan menua."

Lyra menunduk, langkahnya terhenti. Karena Lyra berhenti, Prajas juga menghentikan langkahnya.

Aku juga menginginkan hal yang sama, tapi jika kau kakakku... kita tidak bisa menentang takdir, kata Lyra dalam hati.

"Lyra?"

"Aku mau pulang," kata Lyra tiba-tiba.

"Kenapa? Kita baru berkeliling sebentar," tanya Prajas. "Bagaimana jika kita makan malam dulu di restoran terdekat?"

Akhirnya Lyra mengangguk setuju.

Hari mulai gelap.

Mobil Prjass tiba di mansion Adiwijaya, bodyguard membukakan gerbang. Prajas pun melajukan mobilnya dan berhenti di pelataran.

"Bisakah Mas Prajas menginap malam ini?" tanya Lyra pelan.

Prajas tampak berpikir. Ia tidak yakin itu ide yang bagus. "Tapi, bagaimana jika ayahmu marah? Datang ke sini saja aku dilarang, apalagi menginap"

"Ayah dan ibuku tidak ada di mansion. Mereka sedang pergi ke luar. Mungkin mereka sedang mengunjungi Kak Evan dan setelah itu, mereka akan pergi ke luar kota. Besok mereka baru kembali," jawab Lyra.

Pandangan Prajas tertuju pada Darius yang berdiri di depan sana yang menatap ke arah mobilnya.

"Lalu bagaimana dengan kepala bodyguard-mu? Dia sangat setia pada Tuan Adiwijaya. Dia pasti akan melaporkan kita," ucap Prajas.

"Dia tidak akan melaporkan apa pun pada Ayah," sahut Lyra sambil membuka pintu mobil dan turun. Gadis itu melangkahkan kakinya memasuki mansion.

Prajas juga turun dan mengikuti Lyra memasuki mansion melewati Darius begitu saja.

Darius tidak bereaksi sama sekali. Ia hanya menatap pasangan kekasih itu yang memasuki mansion.

"Mas Prajas harus tidur di kamarku," ucap Lyra tanpa beban sambil menaiki tangga.

Prajas terkejut mendengar ucapan Lyra. Ia menghentikan langkahnya. "Kau... kau mau aku tidur di kamarmu? Bersamamu?"

Lyra mengangguk sambil menarik tangan Prajas agar melanjutkan langkah menaiki tangga. "Hanya tidur bersamaku, jangan melakukan apa-apa. Saat besok orang tuaku kembali dan melihat kita tidur di kamar yang sama, mereka pasti akan panik dan tidak punya pilihan lain selain merestui hubungan kita."

"Kau pasti sudah kehilangan akal, bagaimana jika mereka justru semakin membenciku dan membunuhku?" gerutu Prajas yang masih mencoba menjernihkan akal sehat Lyra. Ia menarik tangannya dari genggaman Lyra.

"Masuk kamar," suruh Lyra sambil menarik lengan Prajas agar memasuki kamarnya. Tampaknya ia tidak mau dibantah.

"Tunggu di sini," ucap Lyra lagi lalu ia pergi keluar dari kamarnya dan menutup pintu.

"Dia pasti sudah gila. Dulu dia menolak ciuman dariku dan sekarang dia menyuruhku tidur bersamanya. Apakah dia tidak sadar kalau tidur bersama lebih berbahaya dari berciuman?" gumam Prajas yang tidak habis pikir dengan apa yang direncanakan oleh Lyra.

Lyra kembali dengan camilan dam dua botol air mineral. Ia melihat Prajas duduk di tepi ranjang.

"Mau minuman? Camilan? Atau mandi dulu?" tanya Lyra sambil meletakkan semua camilan dan botol air mineral yang dibawanya ke meja.

"Tidak perlu," tolak Prajas.

Lyra mengangguk. Ia pun masuk ke kamar mandi dan menguncinya. Gadis itu bersandar ke pintu kamar mandi sambil menutup matanya.

Prajas mengambil botol air dan meneguknya. Prajas melihat ke sekeliling kamar Lyra yang rapi dan bersih. Namun, lama-lama ia merasakan kantuk yang melanda. Kedua matanya terasa berat sehingga Prajas pun memilih untuk merebahkan tubuhnya ke ranjang dan ia pun tertidur.

Lyra keluar dari kamar mandi dan melihat Prajas sudah tertidur. Pandangannya tertuju pada botol air mineral di meja yang isinya tinggal setengah. Ternyata Lyra memasukkan obat tidur ke dalam botol air mineral tersebut.

Lyra melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 6. "Mas Prajas akan sadar sekitar jam 4-5 pagi."

Lyra mengambil sisir dan gunting kuku. Ia menyisir rambut Prajas dan memotong kuku pria itu. Rambut yang menyangkut di sisir dan juga potongan kuku tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Ditatapnya wajah tampan Prajas ketika tertidur. "Semoga ucapan ayahku hanya kebohongan belaka."

⏰⏰ Flashback On ⏰⏰

"Aku tidak percaya dengan apa yang Ayah katakan, bahkan meski Ibu membenarkan ucapan Ayah," kata Lyra penuh penekanan.

Albert memijit pelipisnya. "Dengar, kau bisa bertanya langsung pada ibunya Prajas. Bukankah kalian pernah bertemu?"

Lyra tampak berpikir. "Ayah konyol, apakah Ayah tidak punya bukti lain yang lebih nyata yang bisa aku percayai?"

"Tanda lahir di kakinya sama dengan tanda lahirku, bentuk rahang, mata, dan hidungnya juga sama denganku, warna rambutnya juga sama denganku. Bukankah itu sudah terlihat jelas?" jawab Albert diakhiri dengan pertanyaan.

Lyra tidak terlalu memperhatikan sampai sedetail itu. Ia masih terlihat ragu. "Bagaimana jika tes DNA?"

"Lakukan saja," kata Albert. "Saat kau mendapatkan hasilnya dan jika hasilnya 100% akurat, maka kau harus mendengarkanku. Kau tidak bisa menjalin hubungan dengan saudaramu sendiri."

Tatapan Lyra berubah menyendu. "Baiklah, berikan aku waktu untuk membuktikannya."

⏰⏰ Flashback Off ⏰⏰

Lyra membelai lembut rambut Prajas lalu ia melelapkan tubuhnya di samping pria itu.

Jam menunjukkan pukul 5 pagi.

Perlahan Prajas membuka matanya. Ia melihat ke sekeliling, sebuah ruangan asing yang tidak ia kenali. Prajas terkejut melihat Lyra tidur di sampingnya. Prajas baru ingat kalau semalam dirinya menginap di mansion Adiwijaya. Dan saat ini ia tidur di kamar Lyra.

"Aku tidak melewati batasanku, kan?" gumam Prajas sambil memegangi tubuhnya sendiri yang masih memakai pakaian lengkap.

Prajas melihat Lyra yang masih tertidur pulas. Ia pun beranjak bangun.

"Apakah ayah dan ibunya sudah tiba di rumah?" Prajas terlihat khawatir.

Prajas tidak ingin mengganggu tidurnya Lyra. Jadi, ia memilih untuk segera pergi.

Sebelum pergi, Prajas membelai rambut Lyra dan mengecup kening gadis itu sekilas. "Aku pergi, yaaa."

Mendengar suara pintu kamar yang ditutup, Lyra membuka matanya. Ternyata ia tidak benar-benar tidur.

◣─────•~❉✿❉~•─────◢

08.14 | 10 Maret 2022
By Ucu Irna Marhamah

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang