Part 068

31 3 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

"Semalam dia mengantarku pulang?"

Hellena mengangguk. "Iya, dia juga menginap."

"Apa? Lalu sekarang dia di mana? Bagaimana jika Ayah tahu?" bisik Lyra panik.

"Dia sudah pergi sebelum ayahmu pulang dari tempat Evan," kata Hellena menenangkan putrinya.

Lyra menghela napas lega.

"Sekarang cepat mandi. Ayahmu akan curiga dan menginterogasimu jika kau tidak segera turun dan sarapan bersama," kata Hellena.

Lyra mengangguk. Ia menatap ibunya yang berlalu keluar dari kamarnya.

"Ah, kepalaku masih sakit." Lyra meringis sambil memegangi kepalanya.

Di meja makan.

Albert dan Hellena makan dengan tenang, sementara Lyra berusaha tenang meski kepalanya masih terasa berat dan masih agak linglung.

"Dahimu kenapa?" tanya Albert.

Lyra mendongkak menatap ayahnya lalu ia menyentuh dahinya sendiri. "Kenapa dahiku? Memangnya ada apa dengan dariku?"

"Dahimu benjol, sepertinya kau terbentur oleh sesuatu," ucap Hellena.

Lyra tampak berpikir. "Oh, semalam aku jatuh dari tempat tidur. Mungkin gara-gara itu, dahiku jadi benjol begini."

"Tidurnya di tengah, tempat tidurmu sangat luas bisa dipakai lima orang. Bagaimana bisa kau jatuh dan terluka," ucap Albert.

Lyra terkekeh kecil. "Iya, Ayah."

Waktu berjalan seperti seharusnya. Meski pun banyak hal yang terjadi, tapi keluarga Adiwijaya tetap melanjutkan kegiatan mereka masing-masing seperti biasanya.

Lyra pergi ke kampus lalu pulang dan begitulah rotasi kegiatannya setiap hari. Sesekali Lyra dan Prajas melakukan video call untuk saling memberikan kabar.

Malam ini, Lyra sedang di kamarnya ia tampak fokus ke layar laptopnya. Namun, perhatiannya teralihkan saat mendengar suara ketukan di pintu.

"Nona, Tuan Besar menunggu Nona di ruang kerjanya," suara pelayan dari luar kamar.

Lyra mengernyit. Ia pun beranjak dari kursi belajarnya kemudian bergegas ke ruang kerja ayahnya. Lyra mengetuk pintu.

"Masuk," suara Albert dari dalam ruangan.

Lyra pun membuka pintu dan masuk. Ia disuruh duduk oleh ayahnya. Lyra pun duduk di kursi berhadapan dengan ayahnya.

"Apa ini?" Albert melemparkan beberapa foto ke meja. Di dalam foto itu ada Lyra dan Prajas di sebuah restoran. Ada botol anggur dan juga dua gelas anggur yang terisi.

Lyra tidak bisa menjawab. Ia tidak tahu harus mengatakan apa.

"Kau tahu situasiku bagaimana? Semua orang sedang mencoba menghancurkanku dan mencari celah kesalahanku saat ini. Paparazzi berkeliaran di luar untuk mendapatkan foto-foto ini dan memerasku. Aku tidak masalah dengan uang, tapi bagaimana dengan nama baikku? Nama baik keluarga Adiwijaya, dan semua yang telah aku bangun dari awal," sambung Albert.

Lyra menunduk dan merasa bersalah. "Maafkan aku, Ayah."

Albert memijit pelipisnya yang terasa begitu nyeri. "Aku tidak mau tahu, besok panggil pria bajingan ini ke rumah!"

"Ta-tapi, Ayah tidak akan melukainya kan?" tanya Lyra khawatir.

"Sekarang keluar dari ruanganku," kata Albert tanpa mau menjawab pertanyaan putrinya.

CHRONOPHILEOù les histoires vivent. Découvrez maintenant