PROLOGUE

352 10 4
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

~ Chronophile ~

"Chrono" dalam bahasa Yunani berarti waktu. Selain akhiran “phile”, digunakan juga akhiran “philia” dan "philic" untuk menyatakan suatu kecintaan. Hal tersebut merujuk pada perasaan suka, tertarik, dan mencintai sesuatu. Maka chronophile adalah orang yang menyukai waktu. Chronophile sangat menghargai waktu, mereka juga suka pada hal-hal yang berhubungan dengan waktu seperti jam dan juga arloji.

⏰⏰⏰

Di sebuah Sekolah Menengah Pertama, terlihat siswa-siswi yang sedang memeriahkan pesta seni sekolah tahunan yang biasa dilaksanakan oleh beberapa sekolah dalam rangka kenaikan kelas.

Beberapa perwakilan kelas satu per satu menunjukkan bakat mereka di stage. Tidak hanya bernyanyi dan menari, ada juga yang membaca puisi, storytelling, bahkan ada yang live painting di depan para penonton, dan masih banyak lagi.

Terlihat tiga orang gadis bersiap di belakang stage.

"Kita akan tampil setelah Kelas 7-D," kata salah satu dari ketiga gadis itu sambil menunjukkan kertas pada kedua temannya. Tertera nama Evelyn di seragamnya.

Dua gadis lainnya, yaitu Lyra dan Aprilla melihat ke kertas di tangan Evelyn.

Laki-laki yang sedari tadi berdiri di tangga menuju stage menoleh pada ketiga perempuan itu. Lebih tepatnya ia menatap Lyra. Ia tersenyum kecil.

"Wah, penampilan yang luar biasa dari perwakilan Kelas 9-B. Baiklah, mari kita berikan tepuk tangan untuk Kelas 9-B," kata MC.

Semua murid yang menonton bertepuk tangan.

"Selanjutnya adalah perwakilan dari kelas 7-D," lanjut MC.

Laki-laki itu pun naik ke stage. Dari tanda mengenalnya tertera nama Aero.

"Aku gugup sekali. Setelah ini giliran kita," bisik Aprilla.

Evelyn menarik napas dari hidung lalu menghembuskannya perlahan dari mulutnya untuk mengurangi rasa gugup.

Lyra merangkul kedua temannya itu. "Kita pasti bisa, kita bisa."

MC menghampiri ketiga gadis itu. "Lyra, bisakah kau ke depan sebentar?"

"Aku?" Lyra menunjuk dirinya sendiri. "Tapi, kenapa?"

MC mengangguk. "Iya, sebentar saja. Tolong berdiri di depan stage bersama para penonton, ya."

Lyra tampak berpikir. Ia akan mengeluarkan suaranya lagi, tapi MC sudah pergi.

"Ada apa, ya? Kenapa aku disuruh ke depan?" tanya Lyra kebingungan.

"Entahlah, tapi mungkin itu penting," ujar Aprilla.

"Benar, mungkin saja itu penting. Kalau kau mau, aku akan menemanimu ke depan," sahut Evelyn.

Lyra menggeleng. "Tidak, tidak perlu. Kalian harus latihan vokal agar nanti suara kalian stabil. Aku pergi ke depan sendirian saja."

Setelah itu, Lyra pun pergi ke depan bergabung bersama para penonton. Gadis itu melihat ke stage di mana Aero sedang bernyanyi dengan suara merdunya.

Para penonton tampak terhanyut ke dalam lagu. Mereka menggerakkan tangan ke kiri dan ke kanan mengikuti melodi.

MC memberikan buket bunga pada Aero. Laki-laki itu menuruni tangga depan stage dengan tatapan tertuju pada Lyra. Para gadis berteriak histeris melihat itu.

Lyra berpikir kalau Aero sedang melihat pada seseorang di sampingnya atau mungkin di belakangnya, sebelum ia menyadari kalau Aero benar-benar tengah menatap padanya saat laki-laki itu berdiri tepat di depannya.

Aero menyodorkan buket bunga tersebut pada Lyra membuat Lyra membeku seperti mati kutu. Ia tidak segera menerima buket bunga itu bahkan ketika lagu berakhir. Lyra menatap Aero dengan tatapan penuh tanya.

"Terima, terima, terima!" Semua orang menyatukan suara mendukung Aero yang menyatakan perasaannya secara tersirat pada Lyra.

Lyra melihat laki-laki yang berdiri di antara para penonton. Laki-laki itu tampaknya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, tapi kemudian laki-laki tersenyum tipis.

Tangan Lyra perlahan bergerak menerima bunga tersebut dari Aero. Semua penonton bersorak.

Aero tersenyum senang, karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

"Peluk, peluk, peluk!" Semua orang bersorak untuk Aero dan Lyra.

Aero dan Lyra menunduk, karena malu. Mereka tidak mungkin berpelukan di depan umum. Apalagi ada dua orang guru yang mengawasi kegiatan tersebut.

"Sungguh indah percintaan mereka. Ini adalah PENSI (Pentas Seni) yang berkesan dan tidak akan terlupakan," ucap MC. "Baiklah, selanjutnya perwakilan dan 9-A."

Lyra segera pergi ke belakang stage meninggalkan Aero tanpa mengatakan apa pun. Aero menatap punggung Lyra yang terlihat buru-buru.

Saat Lyra menemui Aprilla dan Evelyn, kedua temannya itu menatap agak lama padanya, kemudian mereka tersenyum senang.

"Selamat, ya." Keduanya memeluk Lyra.

"Kau benar-benar menerima cinta Aero? Oh, manis sekali. Bukankah laki-laki itu sangat tampan dan imut?" ucap Evelyn.

"Lyra yang cantik berpacaran dengan laki-laki tampan dan imut. Kalian benar-benar serasi," sahut Aprilla.

"Kita melupakan stage-nya," ucap Lyra yang terlihat sangat gugup.

"Ah! Benar! Ayo!" Aprilla dan Evelyn tampak semangat, sementara Lyra tampak murung.

Di stage, Lyra duduk sambil memainkan gitarnya, sementara Evelyn dan Aprilia bernyanyi.

Aero yang berdiri bersama penonton tersenyum melihat Lyra yang kini resmi menjadi pacarnya.

Lyra menatap ke arah penonton, tepatnya laki-laki yang tadi dilihatnya sewaktu Aero memberikan bunga di depan para penonton. Dari pin nama di seragamnya, tertulis nama Gavin.

Tatapan Aero tertuju ke arah pandang Lyra. Gavin melambaikan tangannya saat Lyra menatapnya. Lyra tersenyum kecil.

"Apa mungkin mereka saling menyukai? Jika iya, mana mungkin tadi dia menerimaku," gumam Aero dengan tatapan tertuju pada Lyra.

"April dan Eve memang penyanyi yang bersuara emas dari kelas 9-A. Dan Lyra juga seorang multitalenta, ingat guys, Lyra sudah memiliki pacar, jangan ada yang mendekatinya," kata MC.

Semua murid menyambut dengan gembira ucapan MC. Gavin tersenyum kecut, sementara Aero tersenyum senang.

Lyra sendiri tidak memberikan respon apa pun.

"Kalian bertiga sangat luar biasa. Baiklah semuanya, ayo bertepuk tangan untuk perwakilan 9-A," ucap MC.

Semua penonton bertepuk tangan riuh.

Setelah penampilan Lyra dan teman-temannya di stage selesai, ia menemui Aero di perpustakaan. Pentas seni masih berlangsung, bahkan suara musik dari lapangan basket sampai terdengar ke perpustakaan.

Lyra mengembalikan buket bunga yang diberikan Aero padanya. Aero menatap Lyra dengan ekspresi penuh tanya. Namun, ia pun menerima kembali buket tersebut.

Tanpa mengatakan apa pun, Lyra pergi, tapi Aero segera meraih tangan Lyra membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

"Tapi, kenapa? Kenapa bunganya dikembalikan padaku?" tanya Aero. "Kenapa berubah pikiran?"

Lyra kembali menatap Aero. "Maafkan aku, Aero. Aku bukan berubah pikiran."

Aero terdiam setelah mendengar jawaban Lyra. Ia masih menatap gadis yang dicintainya itu.

"Aku menerima bungamu, karena aku tidak ingin membuatmu malu di depan orang-orang. Aku tidak ingin kau terluka saat aku mengatakan tidak di depan mereka," kata Lyra.

Aero melepaskan tangan Lyra. Gadis itu pun melanjutkan langkahnya meninggalkan Aero yang masih berdiri mematung.

◣─────•~❉✿❉~•─────◢

09.36 | 10 Maret 2022
By Ucu Irna Marhamah

CHRONOPHILEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt