Part 081

32 3 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

⏰ Flashback On ⏰

Saat duduk dibangku SMA, Evan adalah seorang anak laki-laki yang baik dan polos. Tapi, sayangnya ia tidak punya teman satu pun. Semua orang menjauhinya dan menganggapnya laki-laki yang lemah dan lembek (tidak maskulin).

Evan menjadi bahan bullyan. Padahal semua orang tahu ia adalah putra dari keluarga Adiwijaya, yaitu keluarga terkaya kedua di Indonesia dan keluarga yang (bisa dibilang) cukup berpengaruh.

Tapi, hal tersebut tidak membuat Evan diperlakukan istimewa oleh teman-teman di sekolahnya. Mereka menjadikan Evan sebagai bahan candaan dan ejekan.

Diperlakukan seperti itu, Evan tidak melawan. Ia terlalu takut melawan teman-temannya.

Prajas sebagai kakak kelas dan juga ketua PMR sekolah sering bertemu dengan Evan yang menjadi pasiennya. Hampir setiap minggu Evan datang ke UKS dengan luka di tubuhnya.

"Kau lagi yang datang? Kau terluka lagi?" tanya Prajas saat melihat Evan datang ke ruang UKS.

Evan membuka bajunya dan menunjukkan lengannya yang memar.

"Apa yang terjadi? Kenapa tanganmu bisa memar begini?" tanya Prajas.

Evan menjawab dengan pelan, "Aku terjatuh dari tangga."

"Jangan konyol. Kau kelas 10, kan? Kelasmu di lantai bawah," gerutu Prajas.

Evan segera menyahut, "Tadi aku disuruh membawa buku dari perpustakaan di lantai tiga. Karena aku tidak berhati-hati, jadi aku jatuh."

Tampaknya Prajas masih tidak percaya dengan perkataan Evan. Ia menyentuh luka memar itu, tapi Evan meringis dan menghindar.

"Ini bukan luka yang disebabkan karena jatuh. Lenganmu terkilir karena dipelintir oleh seseorang. Iya, kan?" tanya Prajas.

Evan tidak menjawab.

"Ada pembullyan di kelas 10 rupanya. Kau tidak mau melapor pada guru? Siapa namamu? Aku akan melaporkannya," tanya Prajas sambil membawa buku dan pulpen.

"Evan," jawab Evan pendek.

"Nama lengkapmu," suruh Prajas.

"Evan Adiwijaya."

Sesaat Prajas menghentikan aktivitasnya kemudian ia mendongkak menatap adik kelasnya itu.

Adiwijaya? Batin Prajas.

Namun, Prajas tetap menuliskan nama Evan Adiwijaya ke buku.

"Kau berasal dari keluarga besar yang berpengaruh. Kenapa tidak melawan mereka atau melaporkannya pada keluargamu agar mereka mendapatkan hukuman yang setimpal?" tanya Prajas.

"Aku pernah biang pada ayahku, tapi Ayah malah memarahiku dan menyuruhku melawan mereka. Tapi, mereka 'kan banyak," ucap Evan pelan.

Ayah macam apa yang hanya mengatakan itu pada anaknya yang dibully. Kadang aku berpikir, apa gunanya ayah jika setiap hari hanya marah-marah. Beruntung aku tidak punya ayah, batin Prajas.

Ia juga memberitahukan tentang pembullyan tersebut pada guru BK.

Keesokan harinya, Prajas melihat beberapa siswa dan bahkan siswi dibariskan di lapangan upacara. Tampaknya mereka mendapatkan hukuman dari guru BK karena telah membully Evan.

"Banyak juga yang menindas anak itu. Mereka memiliki keberanian dari mana sampai-sampai membully seorang putra dari keluarga Adiwijaya?" gumam Prajas.

"Bahkan ada murid perempuan yang membullynya," gumam Prajas.

CHRONOPHILEWhere stories live. Discover now