Part 099

29 1 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Tamparan keras mendarat di wajah Nella membuat gadis itu tersungkur jatuh ke tanah sambil meringis memegangi pipinya yang terasa panas. Sudut bibirnya memerah karena tamparan ayahnya.

Pria paruh baya itu menarik bagian depan jas Nella dan mengangkat tangannya akan memukul Nella lagi. Namun, sebuah tangan kekar mencengkeram tangan pria tua itu.

Nella mendongkak menatap pemilik tangan tersebut. Kedua matanya terbelalak melihat siapa yang datang menolongnya. "Tuan Adiwijaya."

Ya, Evan yang datang dan menahan ayahnya Nella agar tidak memukul Nella lagi.

"Siapa kau?!"

Evan menoleh pada Nella. "Jika kau mengizinkan aku akan memukulnya."

"Pukul saja," sahut Nella tanpa beban. Ia terlihat sangat kesal pada ayahnya.

"Itu artinya kau memang pantas dipukil!" Evan memukul perut pria tua itu hingga tersungkur kesakitan.

Di rumah sakit.

Dokter sedang memberikan pertolongan pada ibunya Nella, sementara Nella dan Evan duduk di kursi tunggu. Mereka sama-sama diam. Tidak ada yang berniat memulai pembicaraan.

Nella menunduk khawatir. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya.

Evan menoleh pada Nella. "Jangan salah paham, aku tidak mengikutimu ke rumah. Aku hanya kebetulan sedang lewat dan mendengar suara teriakanmu dari dalam rumah. Jadi, aku pikir kau mendapatkan masalah, sehingga aku pun masuk ke rumahmu tanpa permisi."

Nella mendongkak menatap Evan lalu ia mengangguk. "Terima kasih sudah menolongku, Tuan Adiwijaya."

Evan hanya mengangguk. Evan bertanya, "Apa kau hanya tinggal berdua dengan ibumu?"

Nella mengangguk. "Ibuku sakit karena ayahku. Ayah suka mabuk, bermain judi, dan berselingkuh. Ayah selalu meminta uang padaku untuk membeli minuman atau berjudi. Dengan tabunganku, aku membeli rumah baru (yang sekarang ditempati) dan merasa sudah aman dari ayahku. Karena aku pikir ayahku tidak akan tahu di mana tempat tinggal kami. Tapi, hari ini dia datang."

Evan mendengarkan.

"Aku tidak suka melihat pria rendahan seperti itu. Aku selalu merasa takut dan khawatir saat mencium bau alkohol," sambung Nella.

"Wah, aku baru tahu kau bisa memaki juga rupanya," kata Evan.

Nella menghela napas berat. "Maafkan aku."

"Tidak apa-apa, ayahmu memang menyebalkan," celetuk Evan.

Ibunya Nella harus dirawat di rumah sakit. Evan memberikan Nella cuti beberapa hari sampai ibunya sembuh.

⏰⏰⏰

Di ruang kerjanya, Evan duduk di kursi kebesarannya. Ia melihat ke depannya. Biasanya ada Nella berdiri di sana sambil membacakan agenda rutin.

⏰ Flashback On ⏰

Selesai acara pertemuan makan malam, Evan mengantar Nella pulang ke rumah. Meski Nella menolak, tapi Evan tetap mengantarkannya pulang.

Dalam perjalanan, keduanya sama-sama diam.

Mobil Evan berhenti di depan rumah Nella. Gadis itu keluar dari mobil.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang, Tuan Adiwijaya," kata Nella sambil mengangguk sopan.

Evan mengangguk tanpa mengatakan apa pun. Pria itu melajukan mobilnya meninggalkan rumah Nella.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang