Part 027

48 4 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Pelayan menyajikan tiga mangkuk ramen kuah pedas ke meja. Uap lembut menari-nari di atas mangkuk ramen.

"Wah." Kedua mata Lyra berbinar melihat kuah ramen yang terlihat sangat menggugah selera.

"Aromanya membuatku semakin lapar," ucap Gavin.

Sementara Aero tampak ragu memakan ramen pesanannya apalagi ia memesan yang level 3. Pria itu meneguk saliva membayangkan lidah dan tenggorokannya yang terbakar.

Gavin mematahkan sumpit sekali pakai lalu ia memakan ramennya, begitu pun dengan Lyra.

Aero melihat Gavin dan Lyra. Ia pun mematahkan sumpitnya lalu menggunakannya untuk makan ramen. Tampaknya Aero tidak terlalu pandai menggunakan sumpit. Berkali-kali mie ramennya jatuh kembali ke mangkuk.

Ternyata menggunakan sumpit tidak semudah yang terlihat, batin Aero.

Lyra yang melihat kesulitan Aero pun memberikan sendok dan garpu pada Aero. Bahkan dirinya juga menggunakan sendok dan garpu untuk menemani Aero agar tidak malu, karena menggunakan sendok dan garpu sendirian.

"Kadang kuahnya terciprat ke mata kalau kita memakai sumpit," kata Lyra. Ia pun melanjutkan makan

Baru satu suap, Aero sudah kepedesan. Ia langsung minum.

"Baru juga minum kuahnya," ledek Gavin sambil melanjutkan memakan ramennya.

Lyra melihat wajah Aero yang sudah memerah karena kepedesan, tapi masih memaksakan memakan ramen.

"Sudah, hentikan. Kau tidak suka makanan pedas. Kau tidak pernah memakan ramen," kata Lyra.

Perhatian Gavin teralihkan pada Lyra yang terlihat sangat mengkhawatirkan Aero. Ia merasa seperti nyamuk yang berada di tengah-tengah antara Aero dan Lyra.

"Aku bisa memakannya," sanggah Aero.

"Berhenti atau...." Lyra menggantung kalimatnya. "Atau aku akan marah padamu dan tidak ingin lagi makan bersamamu."

Aero pun berhenti dengan air mata yang terus mengalir tanpa kehendaknya. Ia terlihat begitu sengsara.

Lyra menyodorkan minuman miliknya pada Aero. "Minum jus rasa taro ini. Semoga bisa membuat rasa pedasnya berkurang."

"Kau bahkan belum memakan mie-nya. Ini enak sekali," kata Gavin.

"Berhenti memprovokasinya, Gavin," tegur Lyra dengan ekspresi kesal.

Gavin pun terdiam setelah Lyra menegur perkataannya.

"Tidak semua pria jantan harus bisa memakan makanan pedas, jadi jangan menyamakan semua pria dalam sebuah standar yang tidak pasti. Bahkan tidak semua pria bisa berenang di lautan tanpa pengamanan atau berdiri di atas ketinggian," sambung Lyra yang terlihat masih kesal.

"Maafkan aku," kata Gavin.

"Aku juga tidak bisa berenang di lautan tanpa pengamanan dan juga berdiri di atas ketinggian," kata Aero yang masih tersiksa.

"Jangan banyak bicara, kau sedang kepedesan," Lyra menggerutu pelan.

Aero pun diam, tidak mengatakan apa-apa, karena sensasi terbakar di mulutnya yang tidak bisa membuatnya bicara banyak.

Aero menghabiskan tiga gelas minuman. Ia merasa lebih baik setelahnya.

"Ada yang ingin aku berikan padamu, Tuan Danuarga," ucap Aero sambil memberikan kartu undangan sampel dari Lyra pada Gavin.

Lyra tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Ia masih melanjutkan memakan ramen.

Gavin terdiam untuk sesaat kala melihat nama Aero dan Lyra yang terpatri di dalam kartu tersebut.

CHRONOPHILEWhere stories live. Discover now