Part 020

57 3 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Jessica sedang menyiram tanaman di pot. Ia melihat mobil Nicholas yang memasuki pelataran rumah. Jessica tidak peduli. Ia kembali melanjutkan menyiram tanaman di pot.

"Jessica?" panggil Nicholas sambil menghampiri mantan istrinya.

"Hmm?" jawab Jessica tanpa menoleh sedikit pun.

"Apa Aero di rumah?" tanya Nicholas.

"Dia pergi ke kantor tadi," jawab Jessica acuh tak acuh.

Nicholas tampak berpikir. "Tapi, dia tidak ada di kantor. Aku juga sudah menghubunginya, dia tidak mengangkat panggilan dariku."

Jessica terdiam sejenak. Ia tampak berpikir.

Nicholas pun kembali memasuki mobilnya. Jessica menoleh melihat mobil mantan suaminya yang melaju pergi.

Air memenuhi pot bunga bahkan sampai meluber ke tanah. Jessica terkejut. Ia kembali melihat ke pot.

"Oh! Tidak!" Jessica mengeluarkan air dari pot tersebut dengan cara menumpahkannya. Tapi, tanamannya ikut tumpah.

"Bagaimana ini?"

⏰⏰⏰

Di dalam mobil, Gavin terlihat senang. Begitu pun dengan Aero yang fokus menyetir. Ia tersenyum senang.

"Rekomendasi darimu sangat bagus. Aku menyukai tempat itu. Secepatnya aku akan membawa barang-barangku. Kenapa kau tidak tinggal di sana saja?" tanya Gavin.

"Aku sudah punya rumah saat temanku merekomendasikan tempat itu. Seperti yang aku katakan tadi kalau aku juga baru datang ke mari," ucap Aero.

"Sayang sekali apartemennya jauh dari kantorku," ucap Gavin.

"Tapi, kau bisa menggunakan helikopter setiap hari. Bukankah kau kaya raya?" ucap Aero.

"Benar juga." Gavin tertawa.

Aero juga tertawa dipaksakan. Ponselnya berdering. Ia pun mengangkat panggilan tersebut.

"Kau di mana, Aero?" tanya Nicholas dari seberang sana.

"Aku sedang ada urusan dengan klienku, Tuan Danuarga," jawab Aero.

"Oh, aku kira kau pergi ke mana. Lain kali beri tahu aku kalau mau pergi. Jauh-jauh aku datang ke kantormu," ucap Nicholas.

"Maafkan aku, Ayah. Aku lupa memberitahu Ayah." Aero menyesal.

Setelah sedikit berbasa-basi, panggilan pun berakhir.

"Ayahmu?" tanya Gavin.

Aero mengangguk.

Tiba-tiba ponsel Gavin berdering. Pria itu merogoh ponselnya di saku celana lalu ia melihat ke layar. Gavin mengangkat panggilan tersebut.

"Iya, Ayah?"

Aero menoleh sesaat pada Gavin yang ternyata juga ditelepon oleh ayahnya.

"Aku sedang ada urusan dengan klienku, Tuan Fernanda," ucap Gavin.

"..."

"Tuan Fernanda merekomendasikan apartemen mewah di lokasi yang sangat strategis. Aku rasa aku akan nyaman tinggal di sana."

Aero tersenyum mendengar ucapan Gavin.

"Oh, benarkah?" Gavin tampak terkejut. "Baiklah, kalau begitu."

Panggilan pun berakhir.

"Aero, sepertinya aku tidak jadi membeli apartemen...." Gavin belum sempat menyelesaikan kalimatnya, karena tiba-tiba Aero menghentikan mobilnya.

CHRONOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang