Part 065

42 4 0
                                    

◤─────•~❉✿❉~•─────◥

Polisi menangkap kedua preman itu setelah mendapatkan telepon dari si penjaga kasir.

Sementara Prajas berdiri di depan supermarket sambil mengompres luka di telapak tangannya dengan botol bir dingin.

"Permisi, Tuan."

Mendengar suara lembut itu, Prajas menoleh, ternyata Lyra yang memanggilnya.

"Aku seorang PMR, kalau Tuan bersedia, aku akan mengobati luka di tangan Tuan," ucap Lyra menawarkan bantuan.

Prajas segera menyodorkan tangannya pada Lyra tanpa mengatakan apa-apa.

"Kita duduk di sana, ya. Agar lebih nyaman." Lyra menunjuk bangku di depan supermarket.

Mereka pun duduk di bangku tersebut. Lyra mengobati luka di telapak tangan Prajas dengan hati-hati. Kebetulan ia membawa kotak P3K di tasnya. Sebagai seorang anggota PMR, Lyra akan selalu membawa kotak P3K ke mana pun ia pergi.

Prajas memperhatikan Lyra yang terlihat begitu serius dan telaten merawat luka di tangannya. Pandangannya tertuju pada tanda pengenal di seragam Lyra. Prajas menyipitkan matanya. Tertera nama Lyra di tanda pengenal tersebut.

"Terima kasih telah menolong kami semua," ucap Lyra membuat perhatian Prajas teralihkan.

Prajas tersenyum. "Itu bukan apa-apa."

Pandangan Prajas tertuju pada leher Lyra. Ada luka sayatan kecil di sana yang masih segar dan masih mengeluarkan darah meski tidak banyak.

"Kau juga terluka? Apa karena botol kaca yang aku lempar tadi?" tanya Prajas sambil menggerakkan tangannya akan menyentuh leher itu, tapi Lyra menghindar.

"Oh, maaf," kata Prajas pelan.

"Luka ini karena pisau pria yang menyanderaku," ujar Lyra. "Sudah selesai."

Prajas melihat luka di tangannya yang sudah selesai diperban. "Terima kasih."

Lyra tersenyum. Saat ia akan pergi, Prajas segera meraih tangan Lyra. Gadis itu pun kembali menoleh pada Prajas.

"Karena kau baru saja mengobati tanganku, bisakah kau juga sekalian mengobati luka di wajahku?" ucap Prajas sambil menunjuk luka lebam di wajahnya.

Lyra mengangguk. Ia kembali duduk dan membuka kotak P3K miliknya. Gadis itu mengambil salep untuk luka lebam. Lyra mengoleskannya pelan-pelan ke luka di wajah Prajas.

"Sakit? Kalau sakit, bilang, ya," kata Lyra.

"Tidak, kok," jawab Prajas sambil menatap Lyra di jarak yang sedekat itu.

"Salep ini memberikan efek dingin dan nyaman di kulit. Jangan dulu mencuci muka sampai salepnya benar-benar kering, ya," kata Lyra.

Prajas mengangguk. "Terima kasih lagi"

Prajas memasuki mobil sport birunya. Ia melihat Lyra bersama kedua siswi lainnya pun pergi.

"Dia tampan sekali, ya?"

"Iya, dia juga kaya. Lihatlah mobil sport-nya itu."

"Dia benar-benar pemberani. Kau lihat saat pria itu menahan pisau preman tadi?"

"Iya, dia benar-benar pria yang luar biasa."

Aprilla dan Evelyn sibuk bergosip. Padahal mereka baru saja terkena musibah dan hampir meregang nyawa. Tapi, mereka seolah lupa dan malah membicarakan hal lain.

Lyra hanya menggeleng mendengar percakapan kedua temannya itu.

Prajas tersenyum kecil. Ia pun melajukan mobilnya. Prajas hanya bisa menggunakan tangan kirinya untuk memegang stir. Di kursi belakang ada kotak P3K yang lebih besar. Tapi, ia membiarkan Lyra mengobatinya dengan obat dan perban seadanya di kotak P3K milik gadis itu.

CHRONOPHILEWhere stories live. Discover now