Chapter 18

305 25 12
                                    

Semua hal di dunia ini pasti memiliki imbasnya. Tidak perlu terlalu menyombongkan apa yang ada di dunia, semua itu hanya kesenangan semata, semua itu hanyalah titipan Tuhan yang bisa hilang kapan saja. Berhentilah sebelum menyesal. Sesungguhnya penyesalan adalah neraka terdalam di dunia.

---------------------------------------------------------

Di ruangan yang penuh dengan buku, seorang namja berkacamata sedang duduk sambil memandang buku-buku di depannya dengan tatapan kosong.

Tidak ada siapapun di perpustakaan tersebut karena sekarang adalah jam pelajaran. Bahkan penjaga perpustakaan juga sama sekali tidak memperlihatkan batang hidungnya sedikitpun.

Taehyung melamun pada buku-buku di depannya, meskipun terlihat sedang membaca namun sebenarnya pikiran Taehyung sedang berterbangan dimana-mana.

Ia mengingat bagaimana hidupnya saat ini, bayangan bagaimana orang-orang selalu menyakitinya benar-benar membekas di kepalanya.

"Hei culun kenapa kau bersekolah disini?!"

"Oh Mianhae.. kupikir kau tempat sampah, karena kau dan tempat sampah sangatlah mirip, apa kalian bersaudara hahaha.."

"Dasar anak tidak tau diri!! Darimana saja kau jam segini baru pulang?!"

"Akh.. sakit.." "Rasakan itu miskin, itulah akibat apabila berani melawanku!!"

Taehyung menggelengkan kepalanya untuk menghilang semua bayangan menyakitkan itu. Ia menghela napas lalu menundukkan kepalanya.

Tanpa sadar setetes air mata jatuh dari mata indahnya, dan disusul dengan air mata yang lainnya.

"Hiks.. kenapa hidupku seperti ini... Hiks.."

"Apa salahku hiks.."

"Appa.. aku merindukanmu.. hiks.. aku butuh kau Appa..hiks.."

Rancau Taehyung disela-sela tangisnya. Ia menundukkan kepalanya diatas meja. Air mata tidak bisa dicegah untuk keluar. Suara isakkan semakin lama semakin terdengar pilu. Perpustakaan tersebut menjadi saksi bisu bagaimana Taehyung meluapkan semua isi hatinya.

Namun, ternyata ada satu orang pemuda yang melihatnya dengan tatapan sedih dan penuh rasa bersalah. Pemuda itu Jimin.

Jimin melihat Taehyung dari balik salah satu rak, dikarenakan suasana perpustakaan yang sepi ia bisa mendengar semua keluh kesah Taehyung.

Hati Jimin terasa tercubit saat mendengar semua rancauan Taehyung. Air mata juga ikut mengalir deras di pipinya  ia menutup mulutnya sendiri untuk meredam suara isaknya. Seluruh tubuh Jimin bergetar hebat, ia bahkan sudah jatuh terduduk dibalikan rak tersebut.

"Hiks.. Mianhae.. hiks.. Mianhae Taehyung-ah.. Kenapa kau tidak bilang padaku hiks.."

Satu tangan Jimin menutup mulutnya sedangkan tangan yang lainnya ia gunakan untuk menjambak rambutnya sendiri. Ia benar-benar tertampar dengan semua kenyataan ini.

"Aku benar-benar sahabat yang bodoh hiks.." makinya pada dirinya sendiri

Tiba-tiba bayangkan bagaimana Taehyung disakiti olehnya dan teman-temannya yang lain melintas di kepalanya.

My Friend and My BestfriendWhere stories live. Discover now