Chapter 20

430 32 24
                                    

Apakah kalian tahu? Sebenarnya penyesalan itu adalah siksaan paling buruk di dunia. Dan sayangnya juga penyesalan itu selalu berada di akhir peristiwa. Namun kalian ingatlah ini, saat kita berhasil bangkit dari sebuah penyesalan maka saat itu akan menjadi awal yang baru untuk keberhasilan kita.

Jimin memandangi wajah Taehyung yang terlihat tenang sambil menutup matanya. Ia memegang tangan Taehyung dan sesekali mengusap rambut dan pipi halusnya, meskipun terdapat luka lembab disana, tidak bisa dipungkiri kalau Taehyung memiliki kulit halus dan  berwarna indah. Sawo matang. Hal itu benar-benar menambah kesan kepemimpinan dan ketampanan seorang Kim Taehyung.

"Mau sampai kapan kau tidur begini heum??" Jimin berkata lirih sambil menatap Taehyung sendu. "Maafkan aku Taehyung-ah.. cepat bangun lahh.. aku khawatir.."

Mungkin Tuhan mendengar itu. Keajaiban langsung datang. Taehyung membuka matanya secara perlahan.

"Eunghh.. Jimin-ah.." Satu kata yang langsung keluar dari mulut Taehyung adalah Jimin. Jimin tersentuh mendengar hal itu. Benar kata Seokjin-hyung pikirnya.

"Ya, aku disini Tae-ah" Jimin mencoba menarik perhatian Taehyung yang saat ini terlihat kebingungan.

"Ini di mana?" tanya Taehyung sambil mengedarkan pandangannya.

"UKS, kau lupa? tadi kau pingsan, kau membuatku panik tauu.." Jimin kesal dan dibalas kekehan pelan dari Taehyung.

"Mianhaeyoo.. aku tidak tahu kalau aku akan tumbang seperti tadi" ucap Taehyung dengan menunjukkan wajah memelasnya.

Jimin membalasnya dengan tawa pelan. Ia  sangat bahagia karena Taehyung sudah bersikap biasa saja padanya. Jujur saja Jimin masih sangat merasa bersalah atas semua yang pernah ia lakukan pada Taehyung. Namun yang berlalu biarlah berlalu. Kedepannya sebisanya mungkin ia akan menjaga adik non sedarahnya ini.

"Jim, ayo ke kelas" pinta Taehyung tiba-tiba. Jimin mendelik mendengarnya.

"Ha? Kau bercanda kan??" Tanya Jimin memastikan, bisa sajakan Taehyung hanya mengigau, diakan baru bangun.

"Ani, aku 100% sadar dengan ucapanku" ucap Taehyung mantap disertai senyum kotak yang terpatri dibibirnya.

"Kau baru bangun Taehyung-ah.." Jimin mulai jengah dengan sifat keras kepala Taehyung. Mau bagaimana lagi? Sikap keras kepala ulung yang diderita Taehyung sudah memasuki stasiun akhir, jadi sulit untuk menolaknya.

"Aku bosan jimmm.." Taehyung memohon dan Jimin hanya menghela nafas sambil memijat keningnya pelan. Kepalanya tiba-tiba sakit saat menghadapi Taehyung yang keras kepala.

Ditengah semua itu di tengah semua itu pintu ke UKS tiba-tiba dibuka, dan tampaklah Seokjin yang memakai jubah dokter berwarna putih.

"Kau sudah bangun Saeng? Apa yang kau rasakan?" Tanyanya saat ia sudah berada di samping ranjang Taehyung.

"Aku baik Hyung.. Tapi apa kau tau Hyung? sekarang ini aku hampir mati karena bosan" Jawabnya pada Seokjin. Semoga saja Seokjin peka dengan apa yang diinginkannya. Ia sangat muak dengan bau-bau ruangan ini.

"Aku tahu kau bosan, tapi jangan coba-coba untuk meminta masuk kelas, aku tidak menginginkanmu" Ucap Seokjin seakan membaca pikiran Taehyung. Ia tau apa yang akan diminta tehyung, makanya Ia sudah bersiap-siap untuk segala kemungkinan.

Taehyung menghela napas kesal. "Kenapa sih aku harus dikurung di sini?" Ungkapnya gregetan pada Seokjin.

"Siapa suruh kau sakit, makanya cepatlah sehat.. wleek.." Ejek Jimin sambil memeletkan lidahnya. Taehyung hanya memalingkan wajahnya kesal. Seokjin dan Jimin terkikik geli melihat Taehyung yang begitu menggemaskan dimata mereka.

My Friend and My BestfriendWhere stories live. Discover now