Chapter 9

420 32 7
                                    

Ditengah sesaknya ruangan kosong, debu-debu beterbangan bahkan sarang laba-laba juga ada dimana-mana. Suasana yang sepi kadang memang menenangkan akan tetapi suasana sepi kadang juga dapat menyebabkan ketakutan. Ditempat itulah Taehyung mulai merenung apa yang ia lakukan hingga mendapat perlakuan seperti ini.

Rasa sakit akan penghianatan akan terasa lebih perih daripada rasa sakit akibat pukulan. Kalau kalian diberi pilihan. Menangis dalam diam atau tertawa dibalik kesedihan, kalian akan memilih yang mana? Bukankah itu sama saja. Keduanya sama-sama menyakitkan walau memiliki kata yang berbeda.

Sama seperti Taehyung juga, penghianatan yang dilakukan ibunya dan juga sahabat masa kecilnya cukup membuatnya hancur. Selalu berkata bahwa tidak terjadi apa-apa pada ayahnya. Orang yang seharusnya ada di tingkat tertinggi malah dijatuhkan hanya gara-gara tampilan fisik yang tidak memenuhi kriteria. Pada saat diam malah direndahkan. Pada saat melawan malah dikata pembangkang dan sok jagoan. Serba salah sekali ia dalam hidup ini.

Taehyung menghela napas panjang untuk menenangkan diri. Disini, ia dikunci digudang oleh Jungkook dan teman-temannya. Ia seperti ingin menangis sekarang, Sekarang Taehyung sudah pasrah akan keadaannya saat ini, Ia melihat keatas tepatnya dilangit-langit gudang yang dilapisi oleh plafon dan genteng. Namun, sepasrah apapun Taehyung, ia tetap memiliki otak encer yang mampu bekerja walaupun tanpa diasuruh sekalipun.

1001 cara ada di kepala Taehyung, hanya saja ia berfikir mana cara yang mudah untuknya keluar dari gudang. Dengan melihat sekeliling, Taehyung memiliki satu ide yang bisa dibilang random tapi itu yang paling simpel baginya dari pada harus mendobrak pintu besi atau merobohkan tembok semen.

Dan ide itu adalah menjebol atap. Lagi pula itu hanya plafon bukan besi, dan lagi lapisannya itu hanya genting bukan gafalum. Bukan hal yang sulit bagi Taehyung untuk keluar dari gudang sebenarnya. Tapi kadang karena panik Taehyung biasa bertindak gegabah bahkan hilang kendali.

"Aaahh... Kau memang pintar Kim. Kau itu memang jenius sejak lahir" ucap Taehyung bangga pada dirinya sendiri. Yeahh.. bisa diakui kalau Taehyung memang memiliki otak encer dan limited edition.

Taehyung menyusun meja, kursi bahkan lemari hingga menjulang tinggi kelangit.

Langit-langit atap maksudnya.

Taehyung naik keatas sambil membawa palu dan gergaji. Ia memukul plafon hingga jebol, lalu dilanjut ia melepas 6-8 genting setelah itu ia memotong kayu penompang genting dengan menggunakan gergaji.

"Ini benar-benar menjengkelkan" gerutu Taehyung.

Setelah keluar, Taehyung menghirup udara segar dari atas genteng. Cuaca yang tidak terlalu panas sangat mendukung suasana yang dirasakan Taehyung saat ini.

"Hahh... Udara bebas memang sangat segar" ucap Taehyung lirih. 'Aku berhasil keluar kook-ah, kau tau kan kalau tidak ada yang tidak bisa Kim Taehyung lakukan' ucap Taehyung dalam hati mengingat Jungkook lah yang telah menguncinya di gudang ini.

'Hap!..

Taehyung turun dengan sekali lompatan. Setelah itu ia langsung berlari menuju kelas dengan tergesa-gesa. Masa bodohlah dengan atap gudang, toh sekolah ini milik ayahnya.

*****

Sampai didepan kelas, Taehyung heran kenapa kelasnya masih sangat ramai. Dengan langkah pelan dan napas yang terengah-engah Taehyung membuka pintu kelas.

'Clekek!'

'Bughh..'

Baru saja membuka pintu, Taehyung langsung terkena pukulan dipipi kirinya.

"Wah.. lihatlah si culun ini. Masih baru sudah berani terlambat masuk kelas, Kau berniat memboloskan?!!" Gertak sang pemukul yang ternyata ada Yoongi.

My Friend and My BestfriendWhere stories live. Discover now