65

51 5 0
                                    

Matahari telah memamerkan sinarnya di pagi hari, langit tampak indah berhiaskan beberapa gumpalan kapas. Namun tidak dengan (name) yg bermuram durja dalam nestapa usai menerima kabar kematian kakeknya, lalu di susul kematian emma.

"Harusnya gua terima tawarin tadi" lirih (name) penuh penyesalan, jika ia menerimanya tadi, harusnya sekarang mereka masih hidup kan?

Tak lama beberapa notifikasi pesan dari nomor asing masuk, kala membaca isi pesan tersebut (name) terbelalak kaget. Pesan itu berisi beberapa foto unit apartemen, 2 orang wanita, dan satu remaja laki-laki dengan pesan terakhir berisi.

Itu bibi sama sepupu lo kan?

Oh, gua juga nemu alamat seorang wanita yg juga mengunjungi makam tempat kita ketemu, dia ibu dari pacar lo ya?

Cepet ambil keputusan atau mereka bakal bernasib sama kaya kakek lo dan Emma.

.
.
.

Setelah membaca pesan tersebut, (name) langsung mendatangi markas tenjiku dengan wajah tertekuk serius.

Kemunculannya di markas Tenjiku membuat mereka waspada. Namun diantara ketegangan yg terjadi, Izana muncul dengan senyum khas yg selalu terpampang di wajahnya, tangannya tampak merentang menyambut kedatangan seseorang yg ia nantikan.

"Cukup! Gua terima tawaran untuk gabung" Pinta (name) menatap Izana dengan manik hazelnya yg terlihat hampa.

Seringai puas tampak terbit di wajah Izana. Ia berhasil mendapatkan apa yg dia inginkan, (name) datang padanya atas diri sendiri, Izana berhasil menaklukkan serigala Touman yg kini menjadi miliknya. Sekarang tinggal satu langkah lagi ia akan mencapai tujuannya. Menghancurkan Touman.

"Kakucho, kasih seragamnya" titah Izana yg langsung dipatuhi pelayan setianya.

Seragam merah yg kakucho berikan pun langsung puan kenakan.

"Lu keliatan manis kalo penurut" kata Izana seraya mengelus Surai pendek sang gadis kemudian menariknya ke dalam pelukan. "Kau milikku, hanya milikku, my queen"

(Name) yg sudah tunduk pada pemuda Kurokawa hanya manut tak memberontak ataupun membantah, ia rela menjadi boneka Izana demi melindungi orang-orang yang ia sayang.

Harap besar puan genggam, meminta Baji dan keluarganya yg telah pergi untuk membantunya, juga berharap Takemichi datang dan menyelamatkannya malam nanti.

~•~

Angin berhembus kencang kala itu, langit pun terbilang cerah, suara klakson kapal kapal besar saling bersautan bersiap meninggalkan pelabuhan.

(Name) dengan seragam geng berwarna merah tengah asik terduduk di tepi dermaga menatapi pemandangan yg tersaji dengan manik hazel kosongnya, raut datarnya pun tampak suram kehilangan semangat hidup namun tampak tegas di saat yg bersamaan.

Untuk kesekian kalinya, sebatang rokok kembali puan bakar, menyesapnya, lalu menghembuskannya hingga terbawa angin meninggalkan rasa manis di mulutnya.

Harusnya sekarang ia tengah memakai baju serba hitam dan mengunjungi penghormatan terakhir kakeknya, menangis tersedu sedu di depan peti sang kakek, namun tak ia lakukan, rasa sedih pun tak mampir barang sebentar saja di hatinya.

Alasannya? Karna (name) selalu merasa pedih mengingat sebenarnya ia bukan bagian dari keluarga tersebut. Benar yg izana katakan padanya, ia tak punya siapapun di dunia ini.

Baji Keisuke | Meu NamoradoWhere stories live. Discover now