29

79 8 0
                                    

Typo bilang ya readers
Biasakan vote sebelum membaca dan aktif kan data ketika memvote.

Selamat membaca.

"HAH!"

Seorang gadis tersentak bangun dari tidurnya, kepalanya terasa pusing, jantung nya berdetak cepat dengan keringat yg bercucuran, nafasnya sempat tercekat. Ia menunduk, kedua tangannya terangkat menutup wajahnya dan bergumam, "itu cuma mimpi ternyata"

Jari jari tangannya beralih menyelip diantara rambut, memijitnya pelan guna meredakan pusing, lalu menghela nafas lega dan menopang kepalanya.

Tak lama kemudian si gadis mendongak menelisik ruangan yg ia tempati, ia juga sempat melirik jam yg kini menunjukan pukul 4.

"Kamar Taka?"

Si puan terdiam menatap kosong kedepan. Sejak kapan ia tertidur? Bagaimana bisa disini? Apa arti mimpinya? Ketiga pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, pasalnya mimpi tersebut terasa nyata, sulit baginya membedakan mana yg nyata dan tidak.

Ia juga teringat pertengkaran hebatnya dengan sang kekasih, Baji bilang ia cemburu dengan kedekatannya dengan misuya, ntah lah apa itu benar apa—'wait, itu mimpi atau beneran?'

"Gua kek kena skizofrenia, ah ngadi Ngadi lu (name) nambah nambahin penyakit aja" gumamnya bermonolog.

Lagi lagi sang gadis menghela nafas berusaha setenang mungkin. Kemudian menyikap selimut yg menutupi separuh tubuhnya, kakinya beranjak turun berjalan keluar dari kamar. Sekilas ia melihat dua gadis kecil tertidur nyenyak ketika melewati kamar Mitsuya takashi.

Seluruh ruangan di kediaman Mitsuya telah ditelusuri, namun sosok pemuda bersurai lilac tersebut tak di temukan, mau berteriak pun segan takut takut membangunkan dua malaikat kecil dari tidurnya.

(Name) pun akhirnya mendudukkan diri di sofa, mengais kantongnya tuk mencari telpon guna menghubungi seseorang. Detik berikutnya ia membeku baru menyadari pakaian yg membalut tubuhnya.

"Toppoku Touman?" Pikiran negatif kembali menyerang kepalanya, dengan cepat (name) menekan dan menggerakkan bahu kanannya mengingat di mimpinya ia terjatuh. "Tunggu, itu cuma mimpi kan? Gua pasti abis rapat trus ketiduran di rumah Taka. Boong kan? Bahu gua gak sakit sakit banget" ucapan (name) terhenti ketika mencium bau anyir dari tubuhnya, "darah?"

Dengan cepat (name) membuka kancing toppoku Touman sebab samar samar ia mencium bau amis darah. Dan benar saja, kini sarashi* yg melilit tubuhnya sebagai pelapis memiliki bercak darah kecoklatan tanda darah tak lagi segar dan mulai mengering.

*fyi Sarashi tuh kain putih/perban yg dililit ke dada/perut, kaya yg senju pake

Oke lanjut

"Apa gua masih mimpi?" (Name) terdiam sejenak dan menggeleng, "gua bisa ngerasa sakit kok. Apa delusi? Gua abis minum obat kah? Atau belum minum? Kalo udah obatnya mana? Apa gw cuma bawa satu trus bungkusnya di buang"

(Name) benar benar kelimpungan, bertubi tubi dilanda kebingungan. Otaknya terasa berbelit mencoba memahami apa yg sebenarnya terjadi.

Ia pun kembali meraih ponselnya segera menghubungi Mitsuya selaku orang yg ia duga terakhir bersamanya.

Di seberang sana Mitsuya terdiam sejenak melihat nama (name) yg tertera di layar ponselnya, ia berjalan keluar rumah sakit lalu menghela nafas berusaha menetralkan suaranya sebelum menerima telpon (name).

"Oh (name), dah bangun ternyata, tunggu ya bentar lagi gw balik kok"

"..."

Dahi Mitsuya berkerut sebab tak mendengar apapun dari sang penelpon. Sedangkan (name) masih merenung bingung pertanyaan mana yg harus ia ajukan dari sekian banyak pertanyaan di kepalanya.

Baji Keisuke | Meu NamoradoWhere stories live. Discover now