Chapter: Forty Seven

2.2K 331 27
                                    

CHAPTER TAMBAHAN (part yang ketinggalan diupload). BUKAN EXTRA CHAPTER YA.

"May be young for a teacher, I'll teach you what you don't know. I could teach you the things that you wanna know."
Sabrina Carpenter - Looking At Me

*

Meera mengantarkan Daemon yang pamit pulang sampai ke depan pintu utama griya tawang. "Kamu nggak mau bawa mobil aku aja?" tanya gadis itu, entah sudah ke berapa kalinya.

"Nggak," tegas Daemon. "Aku bisa naik ojek kayak biasa. Lagian, ini malam minggu. Pasti ramai. Kamu nggak perlu khawatir."

"Wajar dong! Kan, rata-rata yang pacaran begitu." Meera tersenyum manis. "Aku percaya kamu bakal baik-baik aja soalnya body kamu pun udah mirip begal. Dan satu-satunya yang bisa ngelukain kamu ya aku sendiri." Lalu gadis itu membuat gerakan seolah tengah memanah ke dada Daemon seperti cupid. "Karena langsung telak ke hati."

Daemon terkekeh mendengar gurauan gadisnya yang berdasarkan fakta. Ia bahkan tidak peduli jika keduanya berbicara di depan pintu. Rasanya, seperti tidak ingin buru-buru berpisah. "Makasih ya untuk malam minggunya. Aku senang ngelihat sisi lain kamu hari ini."

"Huh?" Sebelah alis Meera menukik. "Sisi lain? Khodam aku maksudnya?"

Daemon mengembuskan napas. "Bukan, Meera. Maksud aku, kepribadian kamu di depan keluarga kamu." Kedua sudut bibir Daemon tertarik. "Entah kenapa aku merasa kamu kelihatan lebih ceria tadi dibanding di hadapan dunia."

Meera mengibas tangannya. "Perasaan kamu aja."

"Aku serius. Aku senang banget ngelihat kamu tadi. Kamu kayak sumber bahagia keluarga ini."

"Berarti kemarin-kemarin kamu nggak senang lihat aku?" sewot Meera seraya bertolak pinggang.

Daemon sontak menepuk dahi. "Haduh, salah lagi."

"You know what? Aku sendiri nggak paham." Meera mengangkat bahu. "Mungkin karena keluarga bagi aku adalah tempat yang paling bisa dipercaya. Aku merasa nyaman. Tapi sama kalau di luar beda, bukan berarti aku nggak jadi diri sendiri. Istilahnya, menyesuaikan."

Daemon mengangguk. "Paham kok. Aku juga begitu. Kalau sama ambu, penginnya dimanja. Kalau sama kamu, penginnya manjain."

Meera lantas menyentuh kedua pipinya yang memanas. "OMG! Jangan bilang kamu udah terkontaminasi sama Mas Bar?!"

"Kok begitu?" Daemon menelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Mas Bar, kan, paling jago bermulut manis. Modusnya begitu pas dekatin Kak Ras." Meera berdecak. "Anyway, aku lupa bilang tadi ..."

"Hmm?"

"Kalau kamu mau lihat aku yang kayak tadi setiap hari, yuk jadi bagian dari keluarga aku?" Meera menatap Daemon dengan kedua mata berbinar.

"Perjuangan aku masih panjang, Meera. Kamu sabar ya?" Daemon menjawil hidung mancung nan ramping gadisnya. "Jangan nakal! Karena katanya, kesetiaan Leo itu fifty-fifty," ujar pemuda itu dengan nada jenaka, sama sekali tidak bermaksud menyinggung. Karena ia sendiri pun paham, zodiak tidak bisa dijadikan tolak ukur.

"WHO SAID THAT?!" Meera mengibas rambutnya. "Jangan percaya sama zodiak!"

"Kayaknya ada yang pernah nggak diterima sebagai bodyguard kamu cuma karena dia capricorn." Daemon tersenyum jahil. "It's okay. Aku senang sama fakta kalau kamu Leo yang bossy dan kalau marah kayak singa," lanjutnya dari lubuk hati terdalam. Tapi semua itu bukanlah kekurangan yang dimiliki gadisnya, melainkan kelebihan.

DANGER: The Devil Wears High Heels #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang