Chapter: Ten

2.8K 723 72
                                    

"I am protected, well respected. I'm a queen, I'm a dream."
Baby Tate & Slade Da Monsta – I Am

*

Hari ini Meera berniat datang ke markas untuk mengecek keadaan para anak buahnya. Hanya saja ia tidak melihat keberadaan Daemon di antara mereka. Akan tetapi, saat Meera masuk ke dalam ruangannya, gadis itu justru menemukan sosok tersebut di sana. Tubuh menjulangnya, ditambah posisi Daemon yang tengah memunggungi pintu, membuat Meera tidak bisa melihat apa yang tengah lelaki itu lakukan di depan mejanya.

"Lo ngapain?"

Suara Meera sontak membuat Daemon berbalik badan dan tersenyum pada bosnya. "Hai."

"Jawab pertanyaan gue." Dengan perlahan, Meera melangkah menghampiri lelaki itu sambil melemparkan tatapan curiga. "Lo ngapain di sini?"

"Maaf sembarangan masuk, gue sebelumnya udah minta izin anggota lain kok." Kemudian Daemon kembali meraih box yang ia hendak letakkan di atas meja Meera, hadiah yang sejak lama ia ingin berikan pada Meera. "Gue mau naruh ini doang," ujarnya, seraya menunjukkan benda di tangan.

"Apa tuh?" Sebelah alis Meera menukik. "Kenapa nggak langsung lo kasih ke gue?"

Kemudian Meera mendapati kilat sedih di kedua mata Daemon yang tidak dapat lelaki itu sembunyikan meski sudah memaksakan diri mengulas senyum. "Nggak sempat, Bos," dalihnya. Meskipun Daemon tidak mengatakan secara gamblang, Meera cukup paham apa yang sebenarnya lelaki itu maksud. Apa lagi jika bukan keputusan gadis itu sendiri untuk berjaga jarak?

Meera hanya menggigit pipi bagian dalamnya saat rasa bersalah mulai muncul di dada.

"Tapi karena sekarang lo udah di sini ..." Daemon pun menyerahkan hal spesial tersebut pada Meera. "Here, Boss, take it. Gue harap lo bakal suka."

Tanpa basa-basi, Meera menerimanya. Penasaran, gadis itu pun membukanya tanpa menunggu perintah dari Daemon. Keningnya mengernyit saat menemukan sebuah matic eyeliner di dalamnya. "Ng ..., thank you ... I guess," ucap Meera, ragu harus merespons apa.

Meera gemar berdandan ria. Ia bukan kalangan cewek "natural" yang mengaku hanya pakai bedak bayi. Meera memiliki meja rias yang super lengkap, bahkan lebih dari Jannah. Tapi khusus make up dan skincare, ia sangat pemilih. Ia tidak akan menggunakan produk yang ia tidak sukai. Apalagi, produk tidak jelas seperti ini.

Senyum Daemon mengembang. Kali ini, kilat sedih di matanya berubah menjadi binar antusias. "Coba diputar, Bos. Tapi jangan diarahin ke mata."

Lagi-lagi Meera dibuat kebingungan mendengar ucapan Daemon. Apa mungkin sebenarnya ini pensil alis? Tapi dugaan tersebut langsung ditampik begitu saja saat Daemon justru mengambilkan selembar kertas yang dibentangkan di depan dinding kosong sebagai alas untuk mencoba produk pemberiannya.

Tanpa banyak bertanya, Meera mencoba memutarnya dan mengarahkan ujungnya ke tengah lembaran putih itu sesuai instruksi Daemon. Dan betapa terkejutnya ia melihat sebuah cahaya lurus berwarna merah keluar dari sana, menembus melubangi kertas, lantas memberikan tanda setitik tanda "terbakar" pada dinding di belakangnya.

"What? How?!"

Antusias Meera terhadap hadiah pemberiannya membuat Daemon merasa percaya diri. "Sebenarnya, masih ada dua lagi buat Bos. Cuma belum selesai."

Meera melemparkan tatapan kagum pada Daemon. "Cool! Nggak bakal ada yang nyangka kalau di tas gue ada senjata kayak laser ini."

Daemon mengulum senyum. "Iya, emang itu tujuannya. Nggak akan ada yang nyangka kalau benda kecil dengan tampilan begitu adalah benda yang cukup berbahaya. Kayak lo," ucapnya, tulus.

DANGER: The Devil Wears High Heels #3Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora