Chapter: Thirty Eight

1.7K 491 74
                                    

"I'm a Porsche with no breaks. I'm invincible. Yeah, I win every single game."
Sia – Unstoppable

*

"So, where are we going?"

Daemon tidak menjawab. Pemuda itu hanya tersenyum sambil menyerahkan helm berwarna merah untuk bosnya usai terlebih dulu memasang benda yang serupa di kepalanya. "Pakai dulu."

Tanpa bantahan, Meera menuruti perintah itu meski setelahnya lagi-lagi melayangkan pertanyaan yang sama. Ia bahkan enggan naik ke motor seolah-olah tidak ingin ikut sebelum diberi tahu ke mana tujuan mereka.

"Nanti juga Bos tahu."

Meera memutar mata. "Gue benci kejutan."

Ucapan gadis itu membuat sebuah memori tidak dikenal berputar di kepala Daemon.

"Gue nggak suka kejutan."

"Oh ya?" Daemon menelengkan kepala. "Kenapa?"

"Karena kejutan nggak selalu sesuai keinginan gue." Meera menatap lurus Daemon tanpa kilat bergurau di kedua matanya. "Bahkan terkadang merugikan gue."

Kejadian yang tidak pernah dirinya alami. Namun, ia mengerti mengapa lagi-lagi dirinya diperingatkan oleh mimpi Meera. Karena semua ini juga merupakan mimpi. Dan Daemon ingin terbangun.

"Daemon?"

Daemon mengerjap saat suara Meera mengenyahkan lamunannya. "Yes, Boss?"

"Kita mau ke mana?" Meera tidak lelah mengulangi pertanyaannya.

"Jalan-jalan."

Sebelah alis Meera terangkat. "Dalam rangka apa?"

Daemon terkekeh. "Harus ada alasan tertentukah buat nyenangin someone special?"

"Ng ..." Meera hanya dapat mematung sejenak sebelum akhirnya memilih naik ke motor daripada harus terjebak lebih lama dalam situasi yang membuatnya salah tingkah. "Ayo, buruan!"

"Pegang yang erat ya."

"Oke."

Daemon tersenyum ketika merasakan hangat sepasang lengan Meera melingkar di perutnya. Sambil berbincang kecil, tertawa, serta bersenda gurau, mereka menikmati "jalan-jalan" absurd keduanya di sore yang masih sangat cerah ini. Persis perasaan sang gadis yang kini sedang memeluknya dari belakang.

Hanya saja saat Daemon nyaris terlena dengan bahagia kamuflase ini, setetes air di langit tiba-tiba jatuh membasahi punggung tangannya. Daemon merasakan kehangatan yang menjalar di seluruh jemarinya hingga perlahan awan menggelap dan hujan deras pun turun.

"Daemon, neduh dulu! Makin deras!"

"It's okay, Boss!"

"I'm not!"

"You'll be okay," I promise, lanjut Daemon dalam hati.

Setelahnya, tabrakan tidak dapat dihindari. Derasnya hujan yang membuat jalan semakin licin serta pandangan kabur, hingga laju motor Daemon yang sengaja tidak dikontrol olehnya membuat kendaraan beroda dua tersebut hilang keseimbangan dan menabrak pengendara motor lainnya dari arah berlawanan.

Di tempat yang begitu jauh tapi terasa sangat dekat, seseorang lagi-lagi menitikkan air matanya untuk dia yang masih tertidur. Meera tidak peduli jika cairan hangat itu membasahi punggung tangan Daemon dan mengusiknya yang sedang damai di alam bawah sadar, ia justru berharap jiwa dalam tubuh menjulang tersebut bangun untuk kembali padanya.

Perlahan, jemari lentiknya ditautkan pada jemari panjang pemuda yang sedang tertidur. Meera tersenyum melihat betapa pasnya mereka jika saling menggenggam. Sayang, senyum itu tidak bertahan lama.

DANGER: The Devil Wears High Heels #3Where stories live. Discover now