Chapter: Thirty One

2.1K 516 85
                                    

"Like have you seen my silhouette? Sheesh! It's giving main character energy."
Qveen HerbyRabbit Hole

*

"Did you dye your—"

"Listen, Daemon. Sekali lagi kamu berusaha menghalangi, aku akan benar-benar menghubungi ayah dan kamu tahu sendiri akibatnya," potong perempuan di hadapannya, mengancam.

Daemon meneguk ludah. "I just wanna say, red suits you better," dalih pemuda itu, menghindari masalah baru.

"The old me is dead," tukasnya lantas memunggungi Daemon. "My favorite color is 'aquamarine' from now on."

Daemon menatap sedih punggung sang kakak. Apakah "tanda" ikatan mereka juga sudah hilang atau hanya tersembunyi seperti biasa di balik jaket hitam tersebut? "So, I just lost my sister," gumamnya lirih.

"Don't be so dramatic, Daemon." Perempuan itu mendengus seraya memutar mata. "Ini cuma untuk sementara waktu. Hanya sampai aku benar-benar bisa mendapatkan laki-laki itu untuk dia!" tukasnya, tidak terbantahkan.

Daemon hanya manggut-manggut. Mau dibantah bagaimanapun juga, ia akan tetap kalah. Ia tetap tidak akan mampu menghalangi perempuan itu. "Does she know about this? About your plan?"

Hening sejenak sebelum akhirnya sosok keras kepala tersebut hanya menjawab, "I've met her."

Sekalipun waktu itu Daemon sangat menentang rencana sang kakak, ia justru tanpa sadar telah memberikan bantuan-bantuan untuk mempermudah aksinya. Tidak semua, tapi cukup berperan. Ya, karena biar bagaimanapun, Daemon menyayangi perempuan itu. Satu-satunya "keluarga" yang memanusiakan dan menemaninya sejak kecil.

Daemon menuangkan cairan pembersih kosmetik untuk diusapkan pada tengkuknya hingga memperlihatkan tato yang ia miliki sejak usia 16 tahun. Simbol ikatan bagi seluruh anak-anak angkat pria yang membesarkannya.

Sejarahnya, logo "S" berbentuk kobra itu merupakan wujud dari kekuasaan. Huruf "s" dipilih pria itu sebagai lambang dari "snake" juga nama belakangnya, Severus.

Dan secara kebetulan, Sandara hadir. Dutch yang selalu menginginkan anak angkat laki-laki agar bisa menyeimbangi dan meneruskan usaha haramnya, sampai mengunjungi berbagai negara demi menemukan kandidat yang berkualitas, tertarik untuk membeli salah satu dari bayi kembat tersebut.

Hanya Sandara, satu-satunya anak yang tidak diubah namanya. Dutch menyukainya karena telah mewakili lambang kawanannya. Tidak hanya nama, karakter Sandara yang tumbuh menjadi kuat dan keras seperti dirinya membuat Dutch semakin menyayangi gadis itu. Berbadan ramping juga mungil di antara yang lainnya, tidak menjadikan Sandara gentar ketika mengikuti "pertandingan" bela diri. Ia cerdik serta manipulatif, bukan mengandalkan otot.

Sayangnya, tidak dengan Daemon. Meski posturnya paling tinggi di antara anak-anak angkat Dutch lainnya, garis wajahnya pun cukup tegas dengan sorot mata tajam, pemuda itu memiliki kelemahan...

Mudah berperasaan.

Ia selalu gagal dalam pertandingan. Dutch tidak pernah bangga terhadapnya, sedikit pun. Hal tersebut membuat segala yang ia lakukan selalu dipandang skeptis oleh pria itu. Nyalinya yang ciut, tidak jarang menjadi bahan olok-olok saudaranya yang lain.

Mereka menyebut Daemon pengecut dan tidak pantas berada di markas. Lebih parah, salah satu dari mereka pernah mengusulkan ide ke Dutch langsung untuk membuang Daemon kembali ke Jepang, negara asal pemuda itu. Tempat di mana Dutch "memungutnya" alih-alih "membeli" seperti yang lain.

Namun, Sandara tidak pernah mengejek Daemon. Gadis itu malah membiarkan Daemon selalu mengekori dan berada di sampingnya. Sandara tahu, Daemon merasa aman dengannya karena tidak seorang pun berani mengusik "anak emas" sang ketua mafia. Oleh karenanya, mereka terbilang dekat. Sandara bahkan mengajarkan Daemon untuk tidak selalu melibatkan emosi hingga pemuda itu sesekali berhasil dalam pertandingan bela diri.

DANGER: The Devil Wears High Heels #3Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora