"Emang ngajak gelut bukan niat jahat".

"Bukan gitu maksud gue bang. Bisa aja kan dia ngelakuin hal nekat kayak pembunuhan. Kan kalian pasti ngerasa aneh sama rencana yang dibuat . Apalagi satu bulan lamanya".

Mendengarkan hal itu Fajar langsung melirik Roy.  "Ya itu juga bisa jadi. Terus lo mau apa?" Tanyanya dengan dingin.

"Kalau dia pake senjata kenapa kita enggak".

"Heh kita ni adu tonjok, bukan adu golok. Lo jangan aneh-aneh".

"Tapi kita kalah gimana. Kenapa kalau bawa senjata buat jaga-jaga".

"Bener kata Roy" ucap Rico  menyetujui.

"Heh... Jangan ngawur kalian, lo pikir ini kartun, jika ketusuk cuma mental doang. Ini dunia nyata, ditambah negara hukum. Kalian bisa gak sih cari aman" seru Fajar dengan nada bicara yang meninggi.

"Bang kan bisa-bisa malah kita yang mati" sahut Roy.

"Gue setuju sama Roy sih" ucap Rico sambil merangkul pundak Roy.

"Plis, jangan goblok jadi manusia. Kita gelut-gelut aja. Gak usah bawa senjata. Kalau itu biar urusan mereka".

"Tapi kalau di tim kita ada yang mati gimana?"

"Tapi..."

"Fajar, udah. Bener kata Roy. Buat jaga-jaga kita bawa senjata" ucap Bintang yang sukses membuat Fajar menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Bintang, jangan gara-gara cewek lo bahayain semua orang dong. Lebih baik kita tolak aja ".

Bintang membulatkan matanya. "Dan lo nyuruh gue biarin Rasta diambil sama dia" ucapnya dengan suara berat.

"Heh cewek tu banyak.  Jangan gara-gara dia lo buat hal nekat kayak gitu" balas Fajar dengan wajah mulai memerah.

Bintang meraih kerah baju Fajar. "Lo jangan banyak bacot. Suka-suka gue mau ngapain, disini gue ketuanya".

"Udah-udah. Jangan makin memperkeruh suasana" ucap Kasa sambil melerai mereka berdua.

Fajar menatap Kasa dengan tajam. "Keadaan udah buruk. Di tambah kalian yang gak mau bergerak pake otak" Fajar beralih menatap Bintang. "Kalau lo lebih milih cewek lo daripada kita, lebih baik lo turun jadi ketua, muak gue sama kegoblokan lo".

"Eh lo mau kemana?" Tanya Rico ketika melihat Fajar yang berjalan menuju motornya.

"Bukan urusan lo. Gue keluar" ucapnya sambil melemparkan jaket dengan lambang Aodra di dada kirinya.

"Eh... Lo jangan gitu dong" Kasa berusaha menahan Fajar pergi.

"Biarin dia pergi" sahut Bintang tak perduli.

"Lo jangan gitu dong Bintang".

*****

Amanda menatap pisau yang dia beli tempo hari. Dia tidak tau alasannya kenapa dia membeli benda itu tapi ketika melihatnya entah kenapa rasanya seperti sebuah benda yang harus dia miliki.

"Kenapa gue beli benda ini yak. Ngeri banget" Amanda tertawa kecil. "Gila sih, buat nusuk orang ya lumayan nih.

Amanda menatap cermin berukuran besar yang ada di kamar itu.

"Heh Rasta. Ini lo kan, gak mungkin gue beli benda kayak gini, kurang kerjaan banget. Sebenernya lo mau apa?. Kan gue jadi kepo".

Amanda menatap setiap ujung cermin yang menempel di tembok itu. Dan disaat yang bersamaan dia menyadari. Jika cermin itu bukanlah sembarang cermin.

Dia beranjak dari tempatnya lalu berdiri tepat di depannya dengan tangan yang meraba setiap ujung.

"Klak" cermin terbuka menampakkan ruang gelap yang tampak tak terawat.  "Ternyata ini pintu ya"

"Haha... Dasar bajingan kecil" gumam Amanda ketika mengetahui jika selama ini benda yang dapat memantulkan gambar itu adalah cermin dua arah.

Dia menatap ruangan yang ada di depannya. "Anjing lo emang. Jadi selama ini lo minta gue buat ngelakuin ini" ucap Amanda sambil terkekeh. 

Dia masuk kedalam ruangan itu dan perlahan pintu kembali tertutup.

*****

Jangam lupa vote dan comment kawan kawan.

Selamat membaca

See you☺️

CRAZY GIRL (transmigrasi) ENDWhere stories live. Discover now