47 | Dekor

564 47 0
                                    

>>>>>Jangan lupa divote<<<<<

Sepulang sekolah Renata, Aldi, Cici, Desi, Alan dan juga Haris sudah berada di sebuah cafe yang cukup terkenal di daerahnya karena tempatnya yang indah dan bersih.

"Tempatnya bagus nih buat nembak cewek," ucap Haris sembari melihat sekeliling caffe tersebut.

"Siapa dulu yang milih," sembur Renata sembari mengibaskan rambutnya sombong.

"Iya nih tempat bagus banget, gue juga suka," ujar Cici dan Desi ikut mengangguk.

Sesudah memesan meja untuk Fajar nanti malam mereka sudah menyiapkan semua keperluan yang di butuhkan.

Pelayan caffe menyetel musik yang membuat mereka bernyanyi dengan suara yang diatas rata-rata namun cukup menghibur mereka.

"Bunga pasang yang rapih jangan berantakan!" seru Desi kepada Haris.

"Ini udah rapih, Des."

"Belum itu miring."

"Otak lo tuh miring bukan bunganya!"

"Ngajak berantem?" tanya Desi yang sudah menggulung lengan bajunya keatas dan wajah keselnya.

"Buset serem banget, iya nih gue benerin!"

Lain dengan Renata dan Aldi yang asik menyicipi makanan yang ada di restoran ini tanpa mengajak teman-teman nya.

"Enak semua, gue jadi bingung mau pilih yang mana," kata Renata.

"Semuanya aja pesen," ucap Aldi dengan enteng.

"Pengennya sih begitu, cuman gue takut mas Fajar tiba-tiba bangkrut doang terus gue gak bisa malakin dia lagi."

"Bener juga, yaudah pilih ini aja." Aldi menunjuk salah satu makanan yang menurut ia enak.

Dekor mendekor sudah selesai mereka tinggal menunggu malam hari dimana Fajar dan wanita pujaannya datang.

Mereka yang lelah langsung terlelap di atas sofa caffe. Posisi tidur mereka yang sangat tidak jelas membuat pelayan menggelengkan kepalanya.

Ponsel Renata berbunyi membuat ia sedikit kesal.

"Siapa sih yang nelpon ga tau apa gue lagi enak tidur!" geram Renata yang langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Siapa sih! Ganggu orang tidur aja, gak ada kerjaan apa lo hah!" Renata langsung mengomel tanpa melihat siapa yang menelfon ya saat ini.

"Heh anak kampret! Makin singing Lo ya sama gue!" Suara Fajar yang tidak kalah kesal membuat Renata langsung membulatkan matanya sempurna.

"E-eh...mas Fajar toh, maaf gue kira tadi siapa," ujar Renata sembari tersenyum kecil.

"Gue gak mau banyak bacot, gimana malem ini lo udaj siapin semua kan? Awas aja kalo sampe aneh-aneh!"

"Siap! Aman semuanya jangan khawatir."

"Gue lagi jalan ke rumahnya paling sekitar jam 7 gue sampe sana."

"Oke." Renata langsung mematikan sambungan telefon itu tanpa mengucapkan salam.

"Emang adek durhaka nih anak, kalo bukan karna anak kandung Mamah sama Ayah udah gue jual di tukang rongsokan!"

Di malam hari pukul 7 Fajar sudah sampai di sebuah restoran bersama seorang wanita cantik berambut Bondol dan kacamata bulat yang membuat dirinya terlihat sangat imut dan lucu.

"Lo kenapa kaya orang gerogi gitu, Jar?" tanya wanita itu.

"A-hah? Gerogi? Enggak kok, cuman dingin aja cuacanya disini," jawab Fajar berbohong padahal ia benar-benar grogi.

Sebelum masuk kedalam caffe Fajar meminta wanita itu menutup matanya sampai ia menyuruh untuk buka. Sesampainya disana ia melihat Renata dan teman-temannya sedang tertidur pulas disana yang mambuat ia menepuk kepalanya cukup kuat.

"Lo kenapa?" tanya wanita itu

"Gakpapa, udah lo duduk disini jangan buka mata."

Setelah melihat anggukan kepala, Fajar langsung menghampiri Renata dan membangunkannya dengan perasaan kesal.

Mereka semua bangun dengan tergesa-gesa dan terkejut melihat keberadaan Fajar dengan wajah kesal.

"Kalian kenapa malah tidur ya ampun! Gue gak ngerti lagi," ucap Fajar sedikit frustasi.

"Maaf mas ketiduran tadi."

"Terus gimana semuanya udah siap?"

"Udah."

"Bagus, bangun lo semua ga ada yg tidur lagi!"

Fajar kembali menghampiri wanita cantik itu. "Itungan ketika lo buka mata ya."

"Satu...dua...ti..ga.."

Lampu-lampu menyala begitu indah saat di pandang wanita yang bernama Alika itu menutup mulutnya tidak percaya dan terkejut.

"Gimana lo suka?"

"Sumpah, ini bagus banget."

Fajar berjalan sampai ia tepat di depan Alika dan berlutut sembari menggenggam kotak cincin yang ia sudah beli beberapa hari lalu.

"Alika...gue mau ngomong sesuatu yang serius sama lo, gue sayang sama lo, gue juga cinta sama lo. Lo mau gak jadi pacar gue?"

Alika benar-benar dibuat terkejut bingung harus menjawab apa.

"Kenapa diem?"

"Iya, gue mau kok jadi pacar lo," ucap Alika dengan malu karena memang sejak lama ia mengagumi sosok Fajar saat mereka masih duduk di bangku SMP.

Fajar yang mendengar itu langsung tersenyum lebar dan memasangkan cincin itu ke jari lentik Alika setelah terpasang Fajar langsung memeluk tubuh Alika dengan lembut dan di balas oleh Alika.

Renata yang melihat itu langsung bertiak dengan kencang.

"AKHIRNYA LO MAS FAJAR LAKU JUGA! GUE TURUT SENANG MAS!"

Fajar melepas pelukan itu dan menatap adiknya yang sangat heboh di belakang sana.

"Sayang, kamu jangan teriak-teriak ini bukan hutan," ucap Aldi sembari menutup mulut Renata.

Alika justru tertawa saat Renata berteriak seperti itu.

"Itu adek lo?"

"Bukan! Dia anak pungut."

Renata yang tidak terima langsung mengigit tangan Aldi agar mulutnya bisa bebas berbicara.

"Maksud mas Fajar apa ya? Jangan sampe ini caffe aku obral abrik ya!"

Semua orang terdiam takut Renata benar melakukan hal tersebut.

"Sumpah demi apapun gue malu banget punya adek kaya dia," gumam Fajar sembari mengelus dadanya.

Setelah perdebatan yang lumayan panjang akhirnya mereka menikmati semua yang sudah disiapkan. Alika juga begitu senang dengan acara malam ini.

Setelah makan-makan mereka bernyanyi bersama untuk seru-seruan. Caffe malam itu begitu ricuh namun cukup menghibur.

>>>>>BaTaS-sUcI<<<<<

Lama banget ya aku gak up, mau sebulan gak up.

Masih ada gak yang baca?

Pacar Sengklek (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang