37. Straight to Hell pt 1

2K 212 50
                                    

Jay masih terisak dengan kedua tangan di angkat ke atas selama beberapa puluh menit lamanya membuat keseluruhan tubuhnya sakit. "Ayah, Jay-ya sungguh minta maaf. Jay tak akan melakukan hal itu lagi." Katanya dengan terisak membuat Chanyeol tak sampai hati segera berjongkok di depan kursi roda si anak bungsu yang teramat ia sayangi.

"Kau janji, jika bertemu dengan anak seumuranmu lagi disini tak akan melukainya Jay?"

Jay mengangguk. Dia sebetulnya ingin membeberkan kebenaran bahwa itu Jongseong tapi si kakak masih berdiri di ambang pintu mengawasinya.

"Iya, Jay janji." Katanya membuat Chanyeol menurunkan kedua tangan si anak dan mengusap lengannya lembut. "Maaf diterima."

"Gomawo ayah.." Jay ingin memeluk Chanyeol tapi tak jadi tatkala Jongseong berjalan mendekat membuatnya hanya meremat kedua tangannya. "Tidurlah."

"Jongseong bantu Jay tidur." Titahnya pada si putra sulung karna ia perlu berbicara dengan Sehun untuk hal yang terjadi hari ini.

Jongseong seperti biasa membantu Jay terbaring di atas ranjangnya dan menyelimuti tubuhnya yang kurus kering berbeda dengannya. "Kakak.."

"Hm?"

"Boleh pijitin tangan Jay?"

"Ck." Jongseong meski berdecak tetap memijat lengan si adik. "Kakak tadi ikut ke rumah sakit juga?"

"Iya."

"Terus Bella gimana?"

"Dia selamat kok cuman gak ingat apa yang terjadi hari ini."

"Bella gak inget Jay lagi dong."

"Hm."

"Hiks..."

Jongseong berdecak lagi, "Kau itu lelaki Jay. Berhentilah cengeng seperti itu." Kesalnya yang tidak suka melihat rupa seperti dirinya menangis.

"Tapi Jay mau Bella ingat lagi sama Jay."

"Ck. Dia tak penting." Katanya mengusap air mata si adik kasar. "Kau hanya perlu aku, ingat itu Jay."

Jay hanya mengangguk karna takut membuat si kakak marah sampai kemudian Jongseong naik ke atas ranjang tidur memeluknya sambil menyanyikan lulabby. "Ini hadiah karna kau bungkam hari ini." Katanya dan Jay hanya memeluk si kakak erat.

Wendy yang sejak tadi mendengarkan hanya terdiam dengan hati terkepal erat. Ia sudah tahu sejak lama bahwa anak yang Sehun maksud dengan gen psikopat adalah Jongseong bukanlah Jay. Tapi ia tak mau memberikan kebenaran itu pada Chanyeol atau siapapun itu karna dengan fakta tersembunyi itu ia bisa menyelamatkan kedua putranya sekaligus.

••••

Jongseong terbangun dengan jarum jam masih mengarah pada angka tiga pagi. Tapi tak menyurutkan apa niatannya dan perlahan melepas pelukan Jay yang masih memeluknya erat.

Lantas turun dari atas ranjang menuju ruangan sebelah tempat penelitian kecilnya yang kemudian membuka pintu rahasia bawah tanah yang hanya di ketahui oleh dirinya sendiri.

Terus berjalan dengan lampu senter yang ia bawa sampai pada ruangan bawah tanah milik Namjoon. Ia naik ke atas dan membuka pintu di mana ia bisa melihat sejauh mata memandang semua proyek penelitian milik Namjoon yang memiliki usia jauh dari dirinya.

"Hai Jongseong."

"Bagaimana rakitan robotnya?" Tanyanya mendekat dan melihat rakitan yang ia buat bersama tetangga cerdasnya sudah hampir mencapai 75% selama beberapa bulan ini. "Hampir sama seperti Jay." Komentarnya melihat rupa si robot.

"Kita hanya perlu DNA adikmu Jongseong untuk menyempurnakan robot ini."

"Yah aku masih menunggu waktu yang tepat untuk membawanya kesini."

"Ayolah lebih cepat lebih baik."

Jongseong mengangguk dan mengatur segala rencana di kepalanya karna ia sungguh ingin segera memulai proyek besarnya dengan Namjoon secepat mungkin.

Lantas beranjak kembali ke ruangan Jay setelah melakukan penyempurnan rakitan yang perlu ia selesaikan. Sampai tak terasa saat kembali jam sudah menunjuk angka tujuh pagi dan si adik masih meringkuk tidur.

"Jay bangun.." Katanya menepuk pipi si adik sampai perlahan membuka mata. "Kak Jongseong?"

"Hm. Ayo bangun." Ia menarik si adik duduk yang masih menguap dan mengerjap menatapnya. "Kakak kok udah bangun?"

"Iya. Sekarang mandilah."

Jay pun menurut turun dengan susah payah ke kursi rodanya yang Jongseong perhatikan dengan lamat, "Kau tidak bosan bergantung di atas kursi roda terus menerus Jay?"

Mendapati pertanyaan itu Jay mengembungkan kedua pipinya, "Tentu saja bosan kak, Jay juga ingin seperti kakak bisa jalan dan berlari bebas." Katanya menggebu membuat Jongseong mendekat menumpukan kedua tangannya di sekitaran kursi roda Jay sampai pandangan keduanya bertemu lamat.

"Aku bisa membuatmu berjalan sepertiku Jay-ya." []

FRACTEDWhere stories live. Discover now