28. Sign

2K 246 63
                                    

Aku terbangun dan mendapati diri sudah berada di ruang rawat inap sampai netraku terpaku pada Jake yang duduk di bangku samping ranjangku tengah tertidur.

"Jake.." Aku mengusap puncak kepalanya yang menelungkup di kedua lipatan tangannya yang bersandar pada sisi ranjang.

Ia terusik dan terbangun mendongak menatapku dengan kedua matanya yang mengantuk, "Akhirnya kau sadar juga Bella." Katanya dengan suara lega dan membawa satu tanganku yang ia kecup lamat.

"Dimana Sunghoon?" Tanyaku kemudian saat tak melihat eksistensinya di dalam ruangan ini padahal aku yakin aku di bawa kesini olehnya.

"Dia pergi setelah dokter mengatakan kau tengah hamil sekarang." Katanya membuatku terdiam dan bisa kurasakan genggaman tangan Jake mengerat. "Usia kandunganmu baru tiga minggu." Sambungnya.

"Kata dokter kandunganmu pun lemah yang ada besar kemungkinan tak akan selamat jika kau memiliki beban pikiran terlalu banyak Bella."

Aku terdiam dengan getir yang semakin mencuat, "Bella.."

"Ya?"

"Kau berpikir ingin mempertahankan anak itu?"

"Tentu saja." Kataku pasti, "Aku tidak mungkin menggugurkannya Jake."

"Pada kondisi seperti ini bukankah kau egois Bella."

"A-apa?"

Ia melepas genggaman dan beranjak memunggungiku, "Aku punya kenalan yang bisa menggugurkan kandungan."

"Besok setelah kondisimu pulih kita ke tempatnya dan gugurkan kandunganmu Bella."

"KAU TIDAK BERHAK MEMUTUSKAN HAL ITU JAKE."

"Aku berhak Bella." Katanya berbalik dan menyentak kedua bahuku erat. "Itu bisa saja anakku dan aku tidak ingin ia lahir hanya untuk menderita di dunia ini."

"Ini anak Jay bukan anakmu sialan." Desisku dan menyentak kedua tangannya dari bahuku, "Kau juga bukan Tuhan, kau tidak bisa mengklaim takdir seseorang itu buruk."

Ia terdiam sesaat dengan pandangan kami yang saling tertaut penuh getir dan kemarahan yang menggebu. "Aku tetap akan mempertahankan anakku bagaimana pun keadaannya."

"Kau akan menyesal mengambil keputusan ini Bella." Katanya setelah itu berlalu pergi dan aku terisak menangis memeluk perutku setelah kepergiannya.

"Tak apa, tak apa nak..."

"Kau milik ibu, hanya milik ibu." Ucapku lirih mengusap perutku lamat sampai getaran ponsel aku dengar di atas nakas dekat ranjang yang adalah ponselku.

Itu dari Jay.

Aku dengan gamang menatap sesaat ponsel sampai panggilan itu mati dan satu pesan muncul.

Jay🤨
Aku bermimpi buruk tentang bayimu. Apa kalian baik-baik saja?

Aku dengan gemetar segera menghubungi Jay namun yang menjawab malah suara operator. Terus aku mencobanya namun tetap saja sambungannya mati.

Menyesal tadi tak segera menjawab panggilan teleponnya sampai suara senandung itu terdengar mendekat membuatku ntah mengapa segera berbaring mencoba untuk berpura-pura tertidur.

Aku mendengar pintu ruang rawat terbuka, "Aku tahu kau sudah bangun Bella." Katanya yang membuatku perlahan membuka mata dan melihat Jay atau mungkin bisa kupanggil sekarang Jongseong?

"Ya." Aku bangun dan duduk menatapnya yang sudah lebih dulu menatapku mengintimidasi. "Aku tidak suka berbasa-basi." Katanya lalu duduk di bangku yang sempat Jake pakai.

FRACTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang