36. Reveal

1.8K 217 8
                                    

"Aku tahu dimana ayahmu berada." Kata kak Junkyu dan aku sudah kehilangan minat untuk mengetahui hal itu. Jadi aku tidak menyahut apapun sampai kembali berada di ruang rawat inap.

"Kau bisa bertanya apapun tentangnya padaku setelah kau siap." Katanya kemudian pergi. Sementara aku tercenung dengan helaan nafas berharap sedikit saja mengurangi rasa sesak yang kian mengepal erat.

Lantas mendorong kursi rodaku ke arah jendela ruangan yang memperlihatkan taman selatan rumah sakit ini dengan daun-daun mapple turun berterbangan memberikan kesan sendu. "Kau dimana Jay-ya?" Lirihku karna demi apapun aku yakin bahwa dia tetap bernafas sama sepertiku saat ini. "Bukankah kau ingin ke Norwegia? Atau kau sudah lebih dulu disana?"

Aku terisak memeluk perutku lamat sampai suara pintu ruangan terbuka menampilkan Sunghoon yang dengan air muka penuh teror mendekat padaku, "Bella, ayo kita harus bergegas pergi sekarang." Katanya membereskan apa yang perlu dan menggendongku.

"Kita mau kemana Hoon?"

"Jongseong sudah tahu. Kita harus cepat pergi dari sini." Katanya terenggah terus berlari sambil menggendongku keluar dari rumah sakit ini.

Ia mendudukanku di dalam mobil dan memberikan tasnya pada pangkuanku. "Wah ternyata kalian ada disini." Suara si Jongseong terdengar membuat Sunghoon sontak memberiku kunci mobil dan menutup pintu samping kemudi. "Ayolah Hoon, bertentangan denganku adalah hal merugikan."

"Jay akan selalu kalah dariku, kau tahu itu bukan?"

Sunghoon terdengar mendecih keras, "Aku tidak peduli karna aku bukanlah iblis sepertimu Jongseong."

"Kau-" Geramnya dan meninju Sunghoon keras yang kemudian bisa kulihat keduanya saling baku hantam dengan sengit.

Sampai Jongseong membanting tubuh Sunghoon di bawah tubuhnya dan akan menembak yang segera dengan cepat Sunghoon menendang tubuhnya.

"Sunghoon cepat masuk!!" Aku membuka pintu saat ia mendekat namun ia malah menutup pintu bersamaan dengan suara tembakkan terdengar membuatku memekik keras.

"Sunghoon!!" Jongseong menembak kaki Sunghoon dan mendekat dengan moncong pistol terarah padaku. "Pergi Bella!! Cepat pergilah!!" Teriak Sunghoon keras menyentak kesadaranku yang dengan gemetar berpindah ke kursi kemudi sambil memasukkan kunci mobil yang segera aku tancap gas.

Sesekali melihat ke belakang dan melihat beberapa orang yang sepertinya anak buah si keparat Jongseong mengerubungi Sunghoon membuatku menangis keras. "Hoon hiksss Sunghoon mianhae.."

Aku terisak dan berusaha kuat menahan rasa sakit di kaki kananku untuk terus menjalankan mobil dengan cepat keluar dari rumah sakit.

Jalanan tampak sepi yang sepertinya rumah sakit ini di sekitar pedalaman jauh dari keramaian kota dan aku terus mengikuti jalan sesuai dengan kata hatiku sampai berada di jalan yang cukup ramai.

Dari arah belakang aku tidak melihat ada mobil yang mengikuti dan terus menjalankan mobil sampai aku berhenti di pom bensin terdekat karna isi bensin mobil ini sudah menipis.

Aku dengan hati kian terkepal erat membuka tas Sunghoon berharap di dalamnya ada dompet atau uangnya namun ternyata tak ada dua hal itu melainkan buku harian milik Jay yang sempat aku baca waktu itu.

Aku dengan perasaan menggebu segera membuka buku harian itu untuk membaca halaman selanjutnya. Isinya masih dengan cerita hal-hal keseharian Jay sampai aku berhenti di satu halaman yang janggal.

Kak Jongseong sering kali berada disini menemaniku. Tapi akhir-akhir ini ia selalu berada di ruangan sebelah yang katanya sedang membuat suatu maha karya fantastis yang akan merubah bumi.

Aku tidak terlalu berminat mengetahui karna terkadang cara berpikir kak Jongseong sukar dimengerti. Sampai sore tadi hal mencengangkan datang dimana kak Jongseong memperlihatkanku karyanya.

Ada robot kecil di dalam kepalan tangannya. Bergerak lamat seperti kodok yang membuatku tertawa karna lucu namun di pelototi oleh kak Jongseong karna merasa ia menghinaku padahal tidak.

Aku hanya merasa robot itu lucu. Ia marah dan membanting robot itu karna aku tertawa bukan memujinya.

Hei buku, terkadang aku takut oleh kak Jongseong yang tempramen dan itu hanya di tujukan padaku. Apa aku ini cocok menjadi samsak tinju?

Aku kembali membalik halaman baru dengan gemetar karna jantungku kian bertalu tak karuan.

Setelah kejadian sore itu aku tidak mendapati kak Jongseong lagi kesini menemaniku. Ia sepertinya marah dan merajuk sampai di hari ketujuh ini ia tetap tak datang.

Padahal aku bosan dan merindukannya. Meski ia kasar dan sering mengatakan hal-hal menyakitkan tapi aku menyayanginya karna hanya dia yang peduli padaku.

Tapi hari ini aku tidak terlalu kesepian karna ada anak gadis seumuranku datang kesini yang sepertinya tersesat saat menjelajahi mansion nenek.

Namanya Bella. Punya mata biru yang indah seperti bentangan langit atau pun lautan. Aku juga melukisnya atas permintaannya meski di robek oleh kak Jongseong.

Iya. Dia datang lagi membuat kekacauan dan melimpahkannya padaku membuat nenek marah besar sampai ayah pulang memberiku hukuman.

Tapi dari semua hal panjang hari ini aku hanya mengkhawatirkan Bella, apa dia baik-baik saja?

Aku tercenung lama. Mengapa gadis yang Jay maksud itu seperti merujuk padaku? Tapi aku tidak ingat pernah bertemunya saat kecil.

Tok! Tok!

Pintu kaca mobil yang di gedor keras membuatku terkesiap yang ternyata adalah petugas pom bensin membuatku menurunkan kaca, "Ada apa?" Tanyaku.

"Maaf nona. Ini mobilnya tidak bisa parkir lama disini."

"Ah iya, maaf." Aku membungkuk sekilas dan segera menjalankan mobil lagi dengan harap-harap cemas karna keadaan bensin yang kian menipis.

Aku juga tak punya uang dan dari sekitaran sini aku merasa ini bukanlah kota Seoul maupun Daegu atau pun Busan. Kota yang tak kukenal tanpa uang sepeserpun dalam keadaan tubuh lemah begini, apa yang harus aku lakukan?

Sampai aku menemukan lahan luas yang membuatku lega bukan main segera memarkirkan mobil dan kembali membaca buku harian Jay untuk mencari jalan keluar dari semua kelumit teror ini. []

______________

Next chap mulai flashback ya dengan sudut pandang orang ketiga lagi. Anggap aja ntar di flashback itu yang ada tertulis di buku harian Jay oke.
.
See next chap👋

FRACTEDOù les histoires vivent. Découvrez maintenant