53. Favor

1.9K 171 16
                                    

Jay mengetahui dengan benar bahwa rencana Jake untuk masuk ke dalam rumah Joonmyeon bukanlah hal yang baik. Itu seperti bom waktu yang bisa kapan saja meledak menghentikan denyut jantung.

Tapi ia tak menolak. Sepenuhnya percaya bahwa Jake tipikal orang cerdas yang memiliki segudang taktik jika mungkin nantinya ada satu sekon waktu membahayakan keduanya.

"Kau pasti mengerti dengan benar Jay, ruang apa ini." Katanya pelan sekali nyaris berupa bisikan angin dan Jay mendapati apa yang Jake katakan dari gerak mulutnya.

Ia mengangguk menatap sekitar ruangan yang temaram. Butuh senter dari ponsel untuk melihat dengan benar seisi ruangan.

Ada banyak pahatan robot yang belum di selesaikan atau pun terbengkalai di hentikan tanpa minat lagi. Sampai netra Jay terpaku mati pada tabung besar yang memuat robot menyerupai Bella. "Ini-" Ia tercekat.

Rasanya tungkainya melemas dengan penemuan baru kali pertama ia lihat.

Jake menahan punggung Jay yang masih terlihat syok. Sama seperti apa yang ia rasakan tempo lalu, "Apa Jongseong juga membuat robot seperti ini?" Tanyanya yang di balas berupa gelengan dan air muka Jay yang sudah penuh teror absolut.

"Kita harus cepat pergi." Katanya tersendat dengan gemetar. Pikirannya penuh akan Bella. Joonmyeon dan Jongseong sama tidak warasnya.

"Bella dalam bahaya."

"Tenang Jay, tenanglah." Sentak Jake meremat kedua bahu Jay kasar. "Ini kesempatan kita untuk mencari celah. Mempelajari titik kelemahan Joonmyeon." Katanya yang Jay masih bergetar berusaha mengais nafas dengan benar.

Jake yang melihat itu hanya menatap redup. Jelas sekali psikis Jay tidak akan pernah membaik seperti dulu.

"Okay, okay..." Jay mengangguk dengan gemetar duduk di salah satu bangku mencoba menenangkan degupan jantungnya yang menggila. Menghitung hitungan mundur sampai nafasnya berangsur normal.

"Itu." Katanya menunjuk tabung yang memuat robot menyerupai Bella, "Penemuan paling mengerikan." Katanya yang jelas sekali di balut oleh kulit dan daging manusia.

"Kita harus menghentikan Joonmyeon dan Jongseong."

"Dengan cara apa?"

"Joonmyeon menginginkan Bella dan Jongseong menginginkan aku, kau tahu tempat terbaik satu pertemuankan Jake?"

Jake mengeraskan rahang dan mendekat, "Kau tidak berpikir untuk mengorbankan diri kan Jay?"

"Aku tidak punya pilihan lain Jake."

••••

Salju terlihat turun semakin lebat. Sementara Bella menanti kepulangan Jay dan Jake dengan gelisah di beranda rumah meski berulang kali Sunghoon membujuk untuk menunggu di dalam.

Sampai satu mobil berderak masuk ke perkarangan rumah mereka.

Itu Jay dan Jake yang datang memberikan rasa lega luar biasa pada Bella yang menyambut memeluk keduanya bersamaan, "Akhirnya kalian pulang."

Mereka pun masuk. Sunghoon menyiapkan meja untuk makan malam sederhana yang Bella siapkan.

Setelah semuanya kenyang mereka pun duduk berjajar  di ruang tengah dengan perapian menyala. Selimbut menyelubungi dengan berbagai cerita kecil di kuapkan.

Bagaimana natal pertama kali di ingat.

Atau bongkahan es serut di kala musim panas.

Hal-hal kecil saja. Tanpa ingin memberatkan beban pikiran lain sampai kantuk satu sama lain mendera.

Jay dengan sigap mengusap puncak kepala Bella lembut membuat si gadis tersenyum dengan rasa bersalah terselip. Bagaimana bayang kejadian tadi bersama Sunghoon seolah mengoloknya.

"Kenapa hm?" Tanyanya lembut dan mengusap pipi pucat Bella lamat, "Kau sakit?"

"Aniyaa..." Bella menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya pada Jay sementara Sunghoon serta Jake mencoba untuk membutakan diri.

Jay pun menggendong Bella ke dalam kamar dan membaringkannya dengan hati-hati membuat si gadis tersenyum. Lantas mengulurkan satu tangannya pada sisi wajah Jay dengan lembut.

"Mianhae..."

"Kenapa meminta maaf?"

"Tak apa. Aku hanya merasa banyak salah padamu Jay." Katanya membuat dahi si lelaki berkerut.

"Malah aku yang banyak salah Bella." Katanya mengecup singkat ujung hidung Bella dan ikut terbaring di sampingnya sambil memeluknya hangat dalam selimbut.

Bella semakin melesakkan kepalanya di dada Jay untuk mendengar ritme jantung kekasihnya yang berdetak memberikan kenyamanan lain.

"Jay..."

"Hm?"

"Kalau di antara kita ada yang mati lebih dulu bagaimana?"

Jay perlahan melonggarkan pelukan untuk menatap netra biru Bella yang mempesona dalam keadaan apapun itu, "Kalau aku pergi lebih dulu, aku hanya ingin kau hidup dengan baik Bella. Meski yahh kau tahu, itu tak akan mudah."

Bella menatap Jay lamat, "Kalau aku pergi lebih dulu?"

"Aku akan menyusulmu." Kata Jay ringan membuat Bella memukul dada si kekasih keras. "Jawaban macam apa itu."

"Aku serius." Jay mengamit satu tangan Bella dan mengecupinya, "Aku tidak bisa hidup tanpamu Bella."

"Aku juga begitu." Katanya yang sedikit menaikkan tubuh memeluk Jay kelewat erat, "Aku tak bisa hidup tanpamu. Jadi jika nanti, saat kita kembali berjuang di pulau itu, jangan pernah kau berpikir aku akan mudah melepasmu Jay."

"Mati bersama atau hidup bersama. Apapun itu akhirnya aku tidak ingin kau pergi dalam hidupku Jay."

Jay mengusap punggung Bella dengan pahit. Ia tahu akhirnya dengan jelas bahwa dirinya mungkin tak akan pernah kembali hidup-hidup setelah berada di pulau itu.

Bella, terkadang hidup memang tidak berjalan sesuai dengan keinginan.

Ingin sekali ia mengucapkan hal itu. Tapi mulutnya tertutup rapat. Hanya memeluk si gadis untuk mungkin kali terakhirnya. "Aku mencintaimu Bella." Bisiknya pada Bella yang sudah jatuh terlelap.

Ke esokkan paginya. Mereka pun bergegas bersiap untuk segera pergi menuju pulau Dohju. Tentunya Joonmyeon pun ikut serta dengan dalih ingin melindungi padahal Jay maupun Jake sudah tahu isi otak busuknya.

"Jja, sudah? Tidak ada yang tertinggal?" Kata Joonmyeon riang seolah mereka akan pergi rekreasi alih-alih berperang melawan Jongseong berserta robot-robot sialannya.

"Iya ayah." Bella menyahut pelan tanpa semangat yang menggebu. Ia menggengam Jay erat, takut jika si kekasih pergi menghilang.

Jay membalas genggaman dengan satu senyuman simpul, "Ayo, kita selesaikan semuanya dan hidup dengan tenang."

Jake dan Sunghoon mendengus, "Ayolah, kau seperti berpidato di acara akhir tahunan kelas." Komentar Sunghoon dan berjalan masuk ke dalam mobil lebih dulu.

"Ayo, aku tak kuat ingin segera menghajar para robot itu." Sunghoon melambai tak sabaran membuat Jake menggeleng tak habis pikir.

"Kalau kau kabur setelah di sentil satu robot, awas saja." Seloroh Jake sambil masuk di ikuti oleh Jay dan Bella.

Sementara Jongseong menatap dari teropongnya dengan satu senyuman lebar, "Aku sepertinya harus membuat makan malam yang enak, bukankah begitu Kang Minhye?" []

FRACTEDWhere stories live. Discover now